Sejak Idul Adha kemarin, aku mulai malas lagi untuk menulis. Mungkin karena sudah tidak ada lagi ide yang akan dituliskan. Padahal kata psikolog aku menulis itu sangat penting bagiku karena kegiatan itu adalah bentuk terapiku agar tidak terus menerus diliputi dengan overthinking. Hampir selalu kemarahan dalam diriku ini penyebabnya adalah overthinking itu.
Oleh karena itu, jangan sampai kasih kendor buat menulis! Selain menulis, membaca juga penting, karena jadi banyak bahan untuk menulis. Kemarin aku VC-an dengan dua teman cewek waktu SMA, kata salah satunya dari mereka, salah satu cara untuk mengikis overthinking adalah membaca novel. Wajib bacanya berupa novel, bukan komik, supaya otak lebih terasah untuk berimajinasi, karena cerita dalam komik sudah disajikan dalam bentuk gambar sehingga otak tidak terlalu dilatih bekerja untuk berpikir dengan terarah.
Aha, aku jadi punya ide nih untuk memperbanyak menulis! Bagaimana dengan menulis resensi buku + dikaitkan dengan pengalaman pribadi tentang isi buku itu? Dengan mengaitkannya dengan pengalaman kita sendiri, hasilnya resensi kita akan lebih orisinal karena pengalaman setiap orang itu pastinya berbeda-beda. Berhubung koleksi novelku masih sedikit, jadinya sebagai permulaan tulis dulu referensi dari buku apa saja yang paling relatable dalam hidupku.
Untuk awalnya, mohon maaf jika aku masih saja akan menulis tentang insiden kelinci itu untuk artikel ke depannya. Karena impact-nya dalam hidupku juga nggak bisa dianggap kecil, banyak pemikiranku yang terbuka lebar akibat peristiwa itu tadi. Bahkan untuk resensi beberapa buku juga mungkin insiden itu masih akan di-mention olehku. Sebab, beberapa buku yang masuk dalam koleksiku memang ada saja yang membuatku teringat kembali dengan kisah nyataku itu.
No comments:
Post a Comment