Showing posts with label pengalaman di-bully. Show all posts
Showing posts with label pengalaman di-bully. Show all posts

Saturday, December 7, 2024

Ketakutan yang Tidak Wajar Karena Pengalaman dengan Perundungan

Catatan Sabtu, 7 Desember 2024

Ketakutan yang Tak Wajar: Dampak Perundungan dan Kesalahanku

Bullying sering kali meninggalkan bekas yang mendalam, baik bagi korban maupun—kadang tanpa sadar—pelakunya sendiri. Dalam cerita ini, aku ingin berbagi pengalaman pribadiku menghadapi seorang teman sekelas yang aku beri inisial "R." Namun, aku juga ingin bersikap adil dengan mengakui bahwa ada masa di mana aku pun tidak sepenuhnya tanpa salah. Bekas dari bullying itu sendiri, terkadang menimbulkan ketakutan yang irasional hingga paranoid!

Awal Mula Perundungan oleh R

Saat kelas lima SD, aku harus menghadapi seorang teman sekelas, R, yang tak henti-hentinya merundungku. Awalnya, R hanyalah anak laki-laki biasa yang mulai bersamaku di kelas empat. Perundungannya dimulai ketika dia mengejek gambarku dengan menulis "Danny Bajret," sebuah penghinaan terhadap karakter favoritku, Danny Phantom. Aku tidak terlalu sakit hati saat itu karena yang dihina hanyalah tokoh kartun (dalam bahasa Sunda, bajret itu artinya "kerusakan yang tidak dapat diperbaiki lagi"). Namun, situasinya berubah ketika dia mulai mengejek karya-karyaku secara langsung, dengan kalimat seperti "Ah, naon!" atau "Euleuh!" setiap kali melihat hasil gambaranku.

Awalnya, aku hanya menganggapnya sekadar teman iseng. Tapi ternyata, dia menyimpan dendam yang tak kusangka.

Eskalasi Perilaku R

Semua dimulai ketika aku sering menggambar di buku corat-coretku. R yang sekelas lagi denganku di kelas lima dan teman-temannya suka melihat buku itu dan terkadang memberikan komentar. Salah satu karakter yang sering aku ejek di buku itu adalah Cosmo, tokoh kartun dari The Fairly OddParents. Aku menuliskan hal-hal seperti "Cosmo itu gila dan bodoh," karena penasaran bagaimana rasanya mengejek tokoh kartun—terinspirasi dari ejekan R terhadap karakter favoritku, Danny Phantom.

Namun, ejekan itu malah menjadi bahan baru untuk R mengolok-olokku. Bersama teman-temannya, dia membela Cosmo, bahkan berkata, "Cosmo itu cakep, nggak jelek!" Aku hanya diam, bingung kenapa selera kami begitu berbeda. 

Aku sadar bahwa tulisan-tulisanku cukup kasar, bahkan mungkin berlebihan. Sampai akhirnya buku corat-coretku disita oleh wali kelas karena dianggap tidak pantas. Awalnya aku kecewa kehilangan tempat untuk menuangkan ide menggambar, tapi aku juga merasa lega karena setelah itu aku berhenti menuliskan ejekan untuk Cosmo.

Sayangnya, meski aku sudah berhenti, konflik dengan R tidak ikut berhenti! R sering menyerang saat aku tidak berada di tempat. Dia mencoret-coret gambarku dengan tanda X dan tulisan "digambar gila dengan tangan gila."

Aku mulai bertanya-tanya, apa salahku? Mengapa dia begitu marah terhadap sesuatu yang bahkan tidak menyangkut dirinya?

Pengaturan tempat duduk di kelas yang sering mendekatkanku dengannya semakin memperparah situasi. Setiap kali dia membaca bukuku, dia selalu punya sesuatu untuk dihina. Bahkan kekuranganku dalam matematika menjadi bahan ejekan. Aku mulai kehilangan rasa percaya diri, terutama dalam menggambar, hal yang dulu sangat aku sukai.

Insiden Sobekan Kertas

Salah satu momen yang paling membekas adalah ketika aku menulis tebak-tebakan sederhana di kertas matematika sambil menunjuk gambar Cosmo: "Apa bedanya HP dan monyet? Kalau HP itu Nokia, kalau monyet itu nukieu (bahasa Sunda, artinya 'yang begini')." Saat aku meninggalkan meja untuk mengumpulkan tugas, kertas itu sudah berubah menjadi sobekan kecil yang hampir tak terlihat ketika aku kembali. Puncaknya, sebuah kertas tebak-tebakan yang tadinya adalah kotretan matematika yang kubuat disobek menjadi bagian kecil-kecil, diduga oleh R. Aku tidak berani menuduhnya, hanya diam dalam kecewa dan bingung.

Di sebelahku, R sedang menyentil sobekan-sobekan itu sambil bermuka masam. Meskipun aku tidak pernah yakin 100% bahwa dia pelakunya, sikap dan tingkah lakunya membuatku curiga. Dalam hati aku berpikir, "Kalau benar dia pelakunya, masa sih dia bisa semarah itu tentang ejekan untuk Cosmo? Memangnya dia itu Cosmo? 'Kan bukan!"

Ketakutan yang Muncul Mulai Irasional

Ketakutan ini akhirnya merambat ke hal-hal di luar sekolah. Ketika keluargaku liburan ke Apita Waterboom Cirebon pada tahun baru 2009, aku sampai mencurigai seorang anak laki-laki bercelana renang merah marun sebagai R. Padahal peluang untuk bertemu R di Cirebon sangat kecil, karena kami adalah orang Bandung. 

Untungnya, Papah menenangkan dengan logika sederhana, "Peluangnya kecil sekali bertemu R di Apita. Anak itu mungkin orang Cirebon biasa." Kata-kata Papah sedikit melegakan, meskipun rasa parno tetap ada.

Ketakutan ini muncul karena sikap R yang tidak pernah berhenti. Bahkan setelah aku berhenti mengejek Cosmo, karakter kartun dari The Fairly OddParents, yang dulu menjadi bahan olok-olokanku, R terus mengejekku. Ironisnya, dia dulu yang pertama kali menghina Danny Phantom, tapi aku yang akhirnya menanggung semua konsekuensi. Aku merasa tidak adil.

Aku mulai merasa seperti aku selalu diawasi, bahkan ketika aku jauh dari sekolah.

Dampak Perundungan Jangka Panjang

Pengalaman ini membuatku berhenti mengejek karakter fiksi apapun, karena aku tidak ingin ada hal kecil yang memancing dendam orang lain. Namun, meski aku mencoba memperbaiki diri, R tidak berhenti merundung. Ketidakadilan itu membekas hingga hari ini.

Setelah liburan keluarga ke Apita Waterboom, aku kembali ke sekolah dengan harapan bahwa segalanya akan menjadi lebih baik. Namun, harapanku pupus ketika R masih saja mengungkit masa lalu, khususnya kebiasaanku yang dulu sering menulis ejekan untuk Cosmo.

"Hanna nulisnya suka pake bahasa kasar," katanya dengan santai kepada salah satu teman lelakinya.

Aku terdiam mendengar perkataannya, meskipun hatiku terasa perih. "Kenapa dia masih mengungkit hal itu? Aku sudah lama berhenti menulis hal-hal seperti itu," pikirku. Bukannya merasa lega karena aku telah berubah, dia malah menjadikan masa laluku sebagai bahan pembicaraan dengan teman-temannya.

Rasanya tidak adil. Aku sudah berusaha mengoreksi diri, berhenti melakukan hal yang membuatnya marah atau terganggu, tapi dia tetap saja mempermasalahkannya. Ini seperti dia ingin mencari-cari kesalahan untuk terus merundungku, meskipun alasannya sudah usang.

Aku ingin melupakan semua yang terjadi di kelas lima itu, tapi sikapnya terus menghantuiku, seolah-olah perubahan yang kulakukan tidak ada artinya.

Pelajaran dari Pengalaman Ini

Melalui tulisan ini, aku menyadari bahwa ketakutan dan rasa tidak adil yang aku rasakan dulu bukanlah sesuatu yang harus kupendam sendiri. Pengalaman ini telah mengajarkanku untuk lebih peka terhadap perasaan orang lain, sekaligus memahami pentingnya bersikap tegas saat menghadapi perundungan.

Dari pengalaman ini, aku belajar bahwa konflik jarang terjadi tanpa alasan. Aku mengakui bahwa ejekanku terhadap Cosmo mungkin menjadi pemicu awal konflik dengan R. Namun, aku merasa bahwa tindakannya—merundung dan terus mengejek meskipun aku sudah berhenti—juga tidak adil.

Pengalaman ini mengajarkan aku untuk lebih berhati-hati dalam berbicara dan menulis, bahkan terhadap sesuatu yang terlihat sepele seperti karakter kartun. Namun, aku juga belajar pentingnya berbicara kepada orang dewasa jika merasa dirundung, karena perundungan bisa meninggalkan bekas yang mendalam, seperti rasa paranoid yang aku alami saat itu.

Kesimpulan

R yang dulu membuatku paranoid mungkin tidak menyadari dampak perbuatannya, dan aku sendiri juga belajar dari kesalahanku. Meski sulit, aku berusaha memaafkan baik diriku sendiri maupun R, karena pengalaman ini adalah bagian dari perjalanan hidupku yang membantu membentuk siapa aku hari ini.

Bagaimana denganmu? Pernahkah kamu menghadapi pengalaman serupa, terutama jika kamu pernah mengalami perang fandom dengan teman sekelas?


The Curious Connection Between Lou (UglyDolls) and Rancis Fluggerbutter (Wreck-It Ralph)

January 17, 2025 When it comes to animated characters, some connections are so striking that fans can’t help but imagine shared universes an...