Showing posts with label All about friend. Show all posts
Showing posts with label All about friend. Show all posts

Thursday, October 26, 2023

Happy Late 4th Anniversary of My Blog!

Catatan 27 Oktober 2023

Kayaknya lagi-lagi telat mau rayain milad empat tahunnya blog pribadi aku! Soalnya blog aku terbentuk itu kan tanggal 26 kemarin. Karena kemarin ada bimbingan skripsi sama dosen, jadi blank mau nulis apa di blog. Tidak apalah, yang penting nggak blank mau nulis apa buat abstrak di skripsinya aku!

Bersyukur banget deh bisa konsisten ngetik di blog pribadi sampai empat tahun sejak 2019! Sebelumnya udah berkali-kali bikin blog pribadi, tapi gak ada yang konsisten aku isi. Entah itu lupa password-nya, dulu masih mondok di asrama jadi jarang ada waktu dan device buat ngetiknya, atau sekadar nggak tau mau diisi apa blog yang dulu. Untung sekarang udah punya hape sendiri di saat udah kuliah dan tahun ini mau lulus. 

Aku juga tiap-tiap kali udah mulai kendor semangatnya ngisi blog, selalu balik lagi itu spirit kalo keingetan blog miliknya Diva atau Kak Mezty Mez. Sekarang ini udah mulai males nulis diary di buku-buku karena punya aplikasi blog di hape. Jadi, tiap kali keingetan segala hal yang berkaitan dengan misalnya Insiden Kelinci bisa jadi bahan update di blog. Meskipun topiknya cenderung itu-itu melulu, setidaknya blog aku bisa jalan terus hingga empat tahun! 

Monday, October 16, 2023

Gak Boleh Curhat di Buku Gegara Temen Kepo Maksimal

Catatan 17 Oktober 2023

Banyak medsos dan buku psikologi yang bilang untuk mengatasi stres dan overthinking, sebaiknya curhat aja di buku kalo gak bisa cerita sama orang. 📒📓 Tugas surat imajiner dari psikolog aku waktu itu juga tujuannya hampir sama kayak curhat di buku. Psikolog itu nyuruh bikin surat imajiner untuk almarhum Papah dan juga untuk Heinz Doofenshmirtz karena aku bilang udah gak berhasil lagi untuk mengatasi problem emosionalnya aku kalo curhat di buku diary. Ditambah jaman SMP itu beberapa temen ngelarang terus aku buat nulis keluh kesah di buku atau kertas! 

Sebenarnya nggak banyak sih temen jaman SMP itu yang ngelarang aku buat nulis kekesalan aku di buku atau kertas, tapi pelakunya tetep lebih dari satu orang! Paling sedikit itu dua orang pelakunya, dari dua itu ada satu yang paling sering cegah aku buat nulis perasaan sendiri.

"Mungkin karena isi tulisannya Teteh itu dianggap menyerang, kali," tanggap Mamah. 

Kalo mereka merasa tersinggung atau tersindir oleh curhatanku, kenapa malah baca? Mereka yang pengen baca, mereka sendiri yang gak suka! Kecuali kalo tulisannya itu dipajang di mading sekolah, baru masuk akal mereka gak suka. Curhatan di buku ya biar hati ini setidaknya lebih plong dikit-dikit, bukan buat dibaca orang-orang dan maksain pemikiran aku buat mereka. 

Terus, kenapa aku berani buat curhat di blog yang terkoneksi dengan internet? Curhat di blog itu gak segitunya bikin kepo kayak curhatan di buku! Anehnya, meskipun pemirsa blog itu adalah global, malah lebih kecil peluangnya buat dibaca sama mereka-mereka itu. Aku taroh link update blog di status WA, kayaknya hampir gak ada yang baca itu postingan. 

Karena kelakuan mereka yang "kemal" alias "kepo maksimal" itu, aku jadi sempat ragu mau ikutin tugas dari psikolog itu. Padahal mereka yang salah sendiri sukanya baca-baca tulisan pribadi orang lain, mereka sendiri yang gak suka kontennya terus malah aku gak boleh curhat di buku lagi! 

"Itu kan pengalaman kamu SMP! Mereka udah gak ada lagi di sekitar kamu. Supaya tulisannya kamu itu gak dibaca orang lain, surat imajiner itu harus kamu sobek-sobek sampai kecil banget gak kebaca lagi sama siapapun," papar psikolog aku. 

Ketika lagi nulis, emang tulisannya harus dimusnahkan biar gak memicu orang-orang "kemal" itu. Tapi jika dari habis nulis surat imajiner itu dapet insight, kayaknya harus aku share di blog pribadi, bahkan mungkin diterbitkan jadi buku! 

Tuesday, October 10, 2023

Rencana Galeri Foto Cosplay di Blog

Catatan 10 September 2023

Inget deh sepuluh tahun yang lalu bahkan udah lebih, sohib aku nunjukin foto momen milad salah satu idolanya. Idola yang lagi milad itu adalah Mezty, salah satu member 7ICONS (sang sohib ini ngidolain semua membernya, dia bukan akgae jadi semua member itu girlband dia demen). Waktu kami berdua masih kelas IX SMP semester kedua yaitu pada tahun 2013 lalu, Mezty membagikan foto-foto momen tersebut di blog pribadinya, meskipun pada tahun itu sudah lahir Instagram. Keingetan itu karena aku tepat seminggu yang lalu juga lagi ultah. 🎂🎉🎁

Karena tepat sehari setelah miladnya aku, ketauan deh sama Mamah aku pernah cosplay jadi Crystal Zilla! Itu adalah pertama kalinya pake banget aku ikutan event cosplay, jadi harap maklum kalo perutnya belum rata. Asli dah malu berat pas tampil di panggung, apalagiiii waktu video waktu tampil itu tercyduk oleh Mamah! Namun, ada ketakutan yang jauh lebih besar daripada itu, yaitu orang-orang edan yang bermedsos. 👻😱

Aku pernah bikin instastory tentang tanaman batu aja pernah di-DM cowok yang pengen VC an dengan tujuan ekshibisi dia mainkan "senjatanya"! Mengerikan, bukan? 😱💀❄

Jadi timbul ide, aku pengennya posting foto-foto aku lagi cosplay itu sebaiknya di blog pribadi aku aja. Isi blog aku selama ini boleh dibilang melulu tentang Insiden Kelinci. Boleh jadi insiden itu traumatis buat aku, tapi aku gak boleh terlalu lama larut di dalamnya sampai lupa ngetik hal-hal yang happy. Lagipula rasanya kagok kalo curhat tentang "behind the scene" dari foto-foto cosplay tersebut dalam caption, jadi alasan lainnya mengikuti jejak Mezty pajang foto-foto di blog pribadiku adalahhh biar bebas nulis cerita kenangan di balik fotonya. 👣👣

Oh hampir aja lupa untuk nambahin, apakah aku bakalan berhenti untuk update di Instagram dan Facebook? Jangan sampai berhenti dong untuk nge-post di kedua media sosial itu! Namun, yang mau dipajang di IG dan FB itu kayaknya cuma foto pas lagi jahit outfit items atau foto yang dicrop. Di blog baru deh berani posting fotonya secara full body. 

Sunday, September 24, 2023

Mau Bilang Apa ya Kepada Papah dalam Surat Imajiner Selanjutnya?

Catatan 25 September 2023

Setidaknya aku kini sudah tahu apa yang harus kulakukan ketika memori sedih itu memenuhi benakku. Sayangnya, walaupun sudah tahu harus menulis surat imajiner untuk Papah tetap saja hal itu kadang-kadang lupa untuk dilakukan atau kepalaku blank ketika akan menulis. Apalagi pekan-pekan di bulan September ini lagi sibuk menyiapkan sidang, mana sempat menulis surat yang seakan ditujukan untuk almarhum Papah itu. Apa lagi nih yang mau "disampaikan" kepada beliau karena semuanya sudah dikatakan dalam surat-surat imajiner sebelumnya.

Oh ya, aku ingin menyampaikan tentang teman akhwat SMA aku yang akhirnya memahami maksudku di balik pertanyaan itu! Pada saat kami masuk SMA pada sepuluh tahun yang lalu yaitu 2013, itu adalah satu tahunnya Papah meninggal dunia. Temanku itu tidak sempat untuk kuperkenalkan kepada beliau. Padahal andai saja beliau masih hidup saat ini, sang kawan bisa saja membantuku menjelaskan pertanyaan aneh itu ketika bertemu dengan beliau. 

Papah di sana pastinya akan senang dan bahagia karena ada seseorang di luar keluarga yang lebih mengerti sifat aneh aku. Dengan sepupu-sepupu perempuan saja kurang akrab aku ini karena sudah jarang sekali bertemu. Kecuali dengan Teh Alma, kami terkadang chat di DM Instagram. Semoga saja dengan menyapa kembali saudara-saudara dari Papah terutama sepupu dapat menjadi teman yang sama akrabnya dengan teman di sekolah dulu. 

Friday, February 24, 2023

Karena Hidup Sebagai Anak Kelas 8 Banyak Rasa

Catatan 24 Februari 2023

Hwaaaaw, kalo buka Twitter pastinya banyak trigger buat flashback ke jaman-jaman sekolah dulu. Udah akunya emang hobi banget flashback sama nostalgia (eh, apa bedanya sih? Ada deh bedanya!), ketemu terus sama kiriman-kiriman yang begini. Ditanya "Ada cerita apa di kelas 8 SMP?", bingung deh mau jawab apa soalnya banyak banget! Nah, kayaknya sih dari masing-masing cerita bisa diurai satu-satu jadi postingan terpisah.

Di sini aku cuma bisa tulis garis besarnya aja dari masing-masing cerita, karena bakalan terlalu panjang. Nanti diceritakan lebih detailnya di postingan selanjutnya atau tertunda beberapa postingan lagi (kayak kisahnya anak pesulap di Bogor aja yang lupa aja mau diketik)!

8️⃣ Bella Sang Belieber 🎱 
Kawan yang satu ini nich yang bikin aku mulai tertarik nonton acara-acaranya Selena Gomez! Sebenarnya dia itu justru KZL, tepatnya jealous sama Selena waktu masih pacaran sama Justin Bieber. Bella ini kalo ditanya pas pelajaran IPA, "Sebutkan contoh unsur biotik dan abiotik!", dia jawabnya "Justin Bieber and water". Karena Justin ini hampir nggak pernah main film atau acara serial (kecuali sebagai dirinya sendiri), makanya aku malah jadi kepo sama Selena. 

Waktu pelajaran Bahasa Indonesia di jam terakhir sekolah, kami dikasih tugas sama Bu Hilmi buat masing-masing bikin kalimat. Murid yang udah bikin kalimat boleh pulang.

Temen kami, Zharfan yang duduk tepat di belakangnya Bella malah nyengaja bilang begini, "Oh tidak, aku membunuh Justin Bieber!" 

Kontan aja Bella nepok mejanya Zharfan sambil ngeliatin pake mata marah ke si empunya nama. Yang diliat malah senyam-senyum aja. 

Sebenarnya masih ada banyak banget sih bukti kecintaannya Bella buat Justin. Bukan hanya kisah fangirling dia doang yang jadi sorotanku, lho. Ssstt, dia juga punya sisi aegyo alias "manja-manja" gitu. Pas nilai ulangan dia turun dikit aja dari biasanya dapet 95-an jadi 85, dia malah request gambar yang bikin mengernyitkan kening ke aku. 

"Hanna, tolong gambarin orang gila dong!" pinta Bella. 

"Kenapa minta yang gitu?" tanyaku.

"Nilai ulangan aku jeleeeek ..., aku serasa jadi orang gila," keluhnya pake gaya aegyo yang alamiah.

Apapun alasannya dari request gambar itu, aku terima. Hasilnya? Malah jadi kayak gambar orang bodoh yang pakaiannya compang-camping! Segitu aja dia udah seneng banget lho!

8️⃣ Julukan "Teh Botol" Buat Satu Temen Cewek yang Ngeselin Parah 🎱

Ada satu orang temen cewek yang kompak dimusuhi sama anak cewek satu kelas! Gara-garanya, dia suka tetiba marah nggak jelas, terus tiap kali mau ngomong itu mulutnya udah kayak teko mendidih, "Ssshhhhh". Aku nyebut "aljabar" jadi "Alijabar" aja dia udah akting jadi teko mendidih, langsung kebakaran! Kata satu temen aku, Anggun namanya, dia itu suka tiba-tiba marah.

Aku juga yakin banyak momen bikin kesel orang lain karena sifat aku yang kadang temperamental, tapi jelas nggak separah dia. Ini bukannya udah kepedean, karena Anggun nggak mau duduk deketan sama dia kecuali aku duduk ngehalangin antara itu anak sama Anggun.

Diva pas field trip muter lagunya Harry Roesli "Cio ... cio ... cio ... cio wer-wer-kewer", terus di liriknya ada bagian yang pantes banget buat itu orang! 

"Teh Botol, makin goblok dan tolol!" 

Ini bukannya karena dia bersikap dumb atau bloon, ya. Sama sekali bukan. Nah, udah panjang kan, ya? Ini baru secuil dari kelakuannya dia yang udah kayak bom waktu aja!

8️⃣ Bikin Buku Kumpulan Puisi Karya Sendiri 🎱 

Dari banyaknya tugas sekolah, ini yang kata aku paling menarik! Walaupun aku kurang bisa bikin puisi dan lebih bisa bikin cerpen, tapi enjoy aja rasanya. Pas aku udah kuliah, malah rasanya pengen nengok lagi semua buku kumpulan puisi karya semua orang di angkatan kami. Apalagi Bella Bieber, eh Bella Salsabila emang jago bikin puisi!

Cara bikin bukunya nggak mesti buku cetak kayak yang biasa kita baca. Cukup lembaran-lembaran kertas buku tulis distaples dan diberi sampul. Terus di halaman terakhirnya dikasih bionarasi, dech! Wah, hasilnya sekarang jadi unyu kalo nanti diliat lagi!

8️⃣ Pantatnya Ketombean! 🎱

Temen cowok yang duduknya sebaris sama aku dan Anggun, namanya Zaky P. K. (di kelas aku ada dua yang namanya Zaky), pernah diduga mengalami fenomena yang aneh! Zaky P. K. berdiri dari kursinya, terus nggak tau kenapa di tempat dia tadinya duduk itu banyak butiran putih-putih gitu. Mana dudukan kursinya warna item lagi, jadi makin jelas itu butiran putih-putihnya. Lalu, Anggun ngeluarin perkataan yang menggelitik abis, "Pantatnya ketombean, ya?"

"Omes! Omes!" sergah Zaky P. K. Tau kan ya omes itu singkatan dari "otak mesum". Padahal Anggun ini samsek nggak pernah mesum, lho.

Di situ aku ketawa kecil dengernya. Pas Zaky udah pergi, aku bilang gini ke Anggun, "Bukannya yang suka ketombean itu rambut ya? Harusnya yang ketombean itu bagian yang ditumbuhi rambut!" 

Anggun kaget dnegernya, ternyata ada orang selain dia yang lebih berhak mendapatkan gelar "omes" itu tadi. Hihihi untungnya yang ini Zaky P. K. nggak denger!

Udah cukup segini aja dulu, ya! Soalnya ada segudang sih!



Thursday, February 23, 2023

Hukuman Teraneh dan Yang Paling Efektif

Catatan 24 Februari 2023
Selama sekolah dulu, aku nggak pernah jadi murid yang populer karena akademik aku biasa-biasa aja bahkan sering remedial dan nggak mudah untuk bergaul kecuali duluan diajak bicara sama orang lain. Tapinya adaaa aja hal yang bikin aku jadi pembicaraan sekelas. Guru dan wali kelas bahkan nggak mau ketinggalan, lho! Lalu, gara-gara apa sih aku mendadak terkenal di sekolah walaupun bukan murid yang populer?

Ini pengalaman paling memorable jaman kelas VI SD : dikatain "Danny Phantom" kalo terlambat masuk kelas! Sebenarnya aku udah jadi fangirl Danny Phantom itu sejak kelas IV, tapi guru aku Pak Encang baru ngeh aku suka tokoh itu pas udah nyampe tahun terakhir SD. Sejak kelas satu udah suka telat dan nggak tau obatnya. Di tahun keenam dan terakhir masa di SD ini, entah apa yang memicunya dan siapa yang duluan punya ide, kalo masuk kelas telat disorakin "Danny Phantom!" sama sekelas. 

Di sini aku udah nggak sekelas lagi sama Regian, eh malah ketemu hal yang lebih bikin gelisah! Parahnya, bukan aku aja yang disorakin kayak gitu, padahal cuma aku yang nge-fan Danny Phantom. Ini malah merembet ke temen-temen lainnya yang telat, jadi mereka juga disorakin sama satu kelas. Inget deh satu kawan namanya Fildzah terlambat masuk kelas, udah disorakin gitu, terus sama wali kelas kami Pak Encang dijuluki "Fil-phan", singkatan dari "Fildzah Phantom!"

Ini bikin aku penasaran kalo Regian terlambat masuk kelas! Tapi dia kan nggak sekelas lagi sama aku, dia 6A aku 6B. Jadinya ya nggak ngaruh seandainya dia terlambat juga. Beneran ini bikin aku kepo sama reaksinya YBS kalo dia yang katempuhan (kena akibat dari perbuatannya aku) disorakin Danny Phantom, secara dia kan benci banget sama tokohnya itu. 

Akhirnya aku bisa berhenti terlambat ke kelas! "Hukuman" kayak gini itu jauh lebih efektif buat aku ketimbang hukuman klasik kayak berdiri di luar kelas atau lari keliling lapangan. 

"Akhirnya Hanna tobat juga ya nggak telat lagi," ujar Farah.

Sayangnya, ini nggak bertahan sampai aku SMP!

Monday, February 20, 2023

Saat Insiden Kelinci Terjadi

Ini adalah waktunya menceritakan seterbuka mungkin dengan kejadian ini. Kelinciku yang mati adalah pemberian dari Uwa Aden, kakak lelakinya Papah yang tinggal di luar kota, tepatnya Kota Cirebon. Setahun sebelumnya tepatnya pada tahun 2007, Eyang Kakung (ayahnya Mamah) sudah pernah membelikan aku dan adikku yang terbesar Irsyad masing-masing satu ekor kelinci, akan tetapi saat itu kami belum begitu tertarik memelihara hewan kecil tersebut.

Saat Uwa Aden dan keluarganya mengunjungi kami di Bandung seminggu sebelum puasa, mereka baru saja membeli dua ekor kelinci. Ketiga anaknya Uwa Aden, yang merupakan sepupu kami, juga masing-masing memelihara hewan kecil bertelinga panjang dan berekor bulat itu. Jadi baru di sinilah aku bersemangat mengurus hewan itu. Hewan jinak itu diberikan kepada kami seminggu sebelum bulan Ramadhan yang jatuh pada 1 September 2008, tetapi satu dari dua ekor kelinci itu mati pada beberapa hari sebelum bulan suci itu dimulai, menjadikan beberapa hari sebelum puasa juga udah kerasa sedih.

September
- Awal Bulan Ramadan 1429 H: 1 Ramadan 1429 H, 01 September 2008, hari Senin
- Hari Pertama Puasa Ramadan 1429 H: 1 Ramadan 1429, 01 September 2008 hari Senin.
- Nuzulul Qur’an 1429 H: 17 Ramadan 1429, 17 September 2008 hari Rabu.
- 10 Hari Terakhir Ramadan 1429 H: 21 – 30 Ramadan 1429 H, 21 – 30 September 2008, hari Ahad – Selasa


Insiden kelinci itu terjadi pada hari pertama bulan puasa 2008, ketika kelinci yang satunya lagi mati. Saat baru saja aku hendak makan sahur bersama keluargaku, Eyang Putri mengabarkan bahwa kelinci pemberian kakaknya Papah yang tersisa itu, juga telah mati. Di pagi-pagi buta, sebelum subuh, sudah kudengar kabar yang menurutku cukup mengejutkan, padahal tadinya aku masih semi mengantuk. Lantaran ini adalah pertama kalinya aku serius memelihara hewan, walau bukan pertama kalinya memiliki kelinci, aku merasa terpukul layaknya mendengar kabar duka seseorang. 

"Mengapa orang tidak sedih ketika kelinciku mati, tetapi orang semuanya sedih saat adikku Hanif meninggal?" Itulah pertanyaan yang muncul di benakku saat sahur hari pertama Ramadhan 2008 lalu. Tidak langsung aku menanyakannya hal yang terasa konyol bagi orang pada umumnya itu kepada Papah yang duduk di depanku ketika makan sahur. Sebelum kutanyakan, sudah kusiapkan mentalku jika beliau hanya menjawab sekedarnya seperti, "Kelinci kan hewan, adiknya Teteh itu manusia." Kenyataannya, tanggapan beliau atas pertanyaanku itu sama sekali di luar dugaanku sehingga benar-benar mengagetkanku, mentalku yang tadinya siap malah sama sekali tidak siap, dan tidak langsung kumengerti alasan beliau marah, hingga tiga tahun ke depannya.

Ini adalah pindahan sebagian dari postingan ini supaya tidak terlalu panjang : https://hannaswackyworld.blogspot.com/2021/06/apa-itu-eksistensial.html

Dari postingan ini, mau ditambahin :

Reaksinya Papah yang ngebentak aku setelah sekian menit terus menunggu jawaban, rasanya bagaikan tersambar petir di waktu dini hari, saking terkejutnya. Ini bahkan jauh lebih ngagetin daripada petir di siang bolong! Apalagi waktu kejadiannya juga lagi makan sahur, matahari jelas belum terbit. Kita berhubung masuk puasa mulai hari itu sampai sebulan 'kan nggak boleh makan keduluan matahari, kecuali kuat nggak makan samsek sampai maghrib.

Cuma inget Papah itu ngebentak aku, tapi beliau ngomong apa persisnya waktu itu justru lupa total. Bahkan satu katapun yang diucapkannya ketika lagi bentak juga nggak ada yang inget. Kesedihanku susah ilang, tapinya apa kata-kata persisnya yang beliau keluarkan malah sama sekali nggak bisa dimunculkan. Nggak mukul atau menyentil sih, tapi ini jauh lebih powerful daripada kasus lainnya yang melibatkan hukuman fisik.

Di situ aku udah dapet dikit konsep bahwa manusia dan hewan itu beda, tetep aja waktu itu aku pengen tahu lebih lanjut "apanya sih yang bikin beda". Kayaknya soal "manusia adalah makhluk berakal, derajatnya di atas hewan" aja nggak cukup untuk menjelaskan perbedaannya. Makanya nggak puas sama pemikiran sendiri dan akhirnya nanyain itu ke Papah, didorong rasa kepo yang kuat banget. 

Dalam Bahasa Inggris, sebuah peribahasa untuk orang yang dapet hal buruk akibat terlalu kepo itu "curiosity killed the cat". Artinya secara harfiah adalah "rasa ingin tahu telah membunuh kucing itu". Kucing bisa mati gegara penasaran sama rasa suatu makanan, padahal makanan itu udah diracun buat dimakan tikus. Apakah peribahasa ini dapat diterapkan buat aku?

Setelah makan sahur usai, aku dan adikku yang terbesar Irsyad nonton TV. Lupa lagi acara apa yang kami tonton, pokoknya acara buatan dalam negeri yang aneh banget aja, formatnya live action! Adegannya aku inget banget : ada sekumpulan bapak-bapak kopiahan di rumah orang lagi ngobrol sama ketawa-ketiwi, terus ada suara bayi nangis kebangun sama suara mereka. Denger suara bayi nangis itu, mereka seketika hening dan main ayam-ayaman tanpa mengeluarkan sepatah katapun!

Jelas itu acara komedi! Namun, entah kenapa belum bisa menghiburku. Acara teve yang absurd parah itu udah habis, aku nggak mau nonton kartun kayak biasanya (ini lagi liburan sekolah karena hari pertamanya bulan puasa). Pengennya langsung tidur aja (harusnya sih sholat shubuh). Datang ke kamar, aku dengerin musik dari ponselnya Mamah lalu ketiduran sampai agak siangan.

Bangun tidur, kok masih sedih aja ya? Liat di atas lemari kamar ada satu bungkus kue Marie susu, yang bungkusannya putih dan sedikit biru. Aku santuy aja tuh makan satu keping kue. Baru juga ditelan satu keping, kok rasanya ada yang salah ya? 

Oh iya, baru inget lagi hari itu udah masuk bulan puasa! Untung aku nggak panik, karena udah tau bahwa makan karena lupa itu nggak bikin batal puasa. Apalagi itu kan baru hari pertama! Baru ngeh sekarang bahwa aku makan biskuit Marie itu sebenarnya comfort food, untuk meredakan emosi akibat Insiden Kelinci tadi sahur, tapi kan baru aja mulai puasa. 

Harus cari suasana baru nich untuk mencairkan kegalauan, keluar kamar deh aku. Soalnya kalo di situ terus bisa-bisa ngiler liat itu bungkusan biskuit Marie, mana kemasannya lebih distinctive dan tekstur bungkusnya lebih halus daripada varian regular lagian! Masa nanti kelepasan makan lagi kayak tadi! Di lantai atas itu beneran cuma sendirian, karena semua keluargaku lagi di bawah.


Nemu majalah Islami di depan pintu kamar, lupa lagi judulnya apa. Aku baca sampai habis, sampai inget di majalah itu ada cerpen tentang dua burung merpati yang melapisi kubah masjid pake lembaran emas. Baca majalah belum juga reda sedihnya, aku turun ke lantai satu. Kamarku di lantai dua rumah. 

Di ruang makan, Papah lagi minum jus jeruk. Aku kira beliau juga kelupaan bahwa hari itu udah masuk bulan puasa kayak aku makan kue Marie tadi di kamar atas! Ternyata beliau memang lagi ada penyakit, makanya nggak bisa ikutan shaum. Cerita aja aku bahwa tadi sempet kelepasan makan itu biskuit, kami tertawa bersama.

Sampai sini kayak nothing wrong, sampai  kemudian nyadar bahwa aku masih sedih sama kejadian tadi sahur. Aku bilang kepada beliau, bahwa aku nggak tau beliau bakalan marah sama pertanyaan kayak gitu. Emosi beliau udah turun bahkan bisa nanggepin itu dengan bercanda, "Ya kenapa dong Teteh nanya yang aneh gitu sih? Kira-kira dong!" Di situ aku speechless dibuatnya dan hanya bisa bilang, "Kenapa ya Pah ...?"

Papah bilang kata "kira-kira" tadi bikin aku keingetan proyek kelompok pelajaran IPS waktu beberapa hari ke belakang. Tugas kami bikin peta. Waktu Adit nulis kata "legenda" buat peta kami, dia nulisnya huruf L gede banget dan huruf-huruf sisanya terlalu kecil (kayak tulisan "The" yang dibuat sama Spongebob, tapi perbandingan ukurannya lebih jauh lagi antara huruf pertama dengan selanjutnya). Tau kan legenda di peta, bukan Legenda Nyi Roro Kidul lho! 


Fildzah, temen sekelompok aku yang lainnya, ngeliat tulisan "Legenda" itu bilang, "L-nya segede gaban, tapi 'egenda'-nya kecil banget, ya kira-kira dong!" Aku ceritakan ini juga ke Papah dan beliau ketawa lagi. Cerita lucu ini terjadi di hari yang sama ketika Adit request aku bikin gambar Danny Phantom lagi jitak Cosmo yang dapet nilai ulangan nol.

"Jika Allah menghendaki, pasti nanti Teteh ketemu lagi dengan kelinci-kelinci itu di mimpi," hibur Papah sambil tersenyum. 

Senyuman beliau kubalas. Seketika senyumanku hilang lagi, karena aku udah nggak pengen lagi bareng kelinci-kelinci pemberian abangnya Papah itu. Udah kehilangan niat buat pelihara kelinci lagi nanti, jadi udah bukan lagi sedih karena matinya mereka lagi. Makanya mereka nggak pernah datang dalam mimpiku hingga kini catatan ini diketik. 

Kukira percakapan kami berdua bisa menghiburku, karena tone-nya udah berubah jadi bercanda. Sayangnya, kesedihanku karena kaget dimarahin itu berlanjut hingga keesokan harinya, minggu depannya, bulan selanjutnya ketika sudah menemui Hari Kemenangan yaitu Idul Fitri. Padahal biasanya dengan ngeliatin gambar Danny Phantom dan melakukan hobi (liatin si DP itu bukan hobi sih), itu cespleng buat ilangin sedih misalnya kalo di-bully terutama oleh Nadia atau Regian di sekolah. Karena kesedihan ini belum kunjung ilang, aku semakin terkunci dalam dunia Danny Phantom yang semu, fiktif, dan tidak nyata. 

Belum hilang kesedihanku, semakin intens aku menatap wajah Danny Phantom. Itulah sebabnya aku lebih terpaku pada si cowok kartun itu ketimbang sebelum Insiden Kelinci. Dua bulan berlalu dari insiden ini, yaitu November 2008, aku mencoba curhat sama Papah, ternyata ending-nya kurang bagus. Serasa kesambar petir untuk yang kedua kalinya setelah insiden itu, beliau bilang, "Teteh nanti disatuin dengan kelinci di akhirat nanti, mau!?"

Rasanya curhat itu langkah yang percuma, makanya terus menutupi kesedihannya aku dengan ngehalu tentang Danny Phantom. Walaupun itu tidak terlalu membuahkan hasil, tetap saja kukerahkan pikiran ini untuk membuat diri ini keliatannya ketawa nonstop. Padahal yang diketawain juga bukan komuk Danny itu sendiri, karena ekspresi mukanya seratus persen terkondisikan nggak banyak gaya. Melainkan, lebih ngetawain imajinasinya aku yang di luar nalar seperti Danny pake jengger ayam bohongan di kepala, terus sang manusia setengah hantu itu menggeleng-gelengkan kepalanya sambil bersuara kayak ayam kalkun!

Kan gokil abiez, ye? Makanya aku dulu suka ketawa ngakak sendiri kalo liatin Danny Phantom. Orang jelas pada bingung liat aku ketawa gitu. Dicari ke mana, diliatin gambarnya Danny Phantom sampe melotot 5 jam juga mereka nggak akan nemu letak lucunya. 

Hal yang bikin kesedihan dari insiden itu kayak yang permanen, karena aku kaget kenapa pertanyaan itu dianggap menyamakan manusia dan hewan. Buat kasus lainnya, kayak semisal aku bolos sekolah atau berantem sama adik terutama Irsyad sich udah jelas sebabnya kalo dimarahin Papah, beda banget dengan kejadian ini. Makanya sedih akibat Insiden Kelinci ini nggak ada lawannya dari kehidupan aku sendiri. Bagi aku yang neurodivergent, yang bikin sepintas kayak yang bodoh, pemahamanku akan hewan itu beda makanya susah connect dengan pemikiran ortu dan juga orang-orang di sekitarku.

Pemahamanku tentang insiden ini juga berubah-ubah setiap waktunya. Kadang pikiran aku bilang, anak itu segalanya bagi orang tuanya, makanya jangan ada yang membandingkan antara peristiwa kehilangan anak dengan matinya binatang yang nggak punya akal kayak manusia. Namun, di lain waktu, pikiran aku juga bilang begini, lho, kok Papah tersinggung sih? Aku kan cuma ingin tahu apa sih yang bikin meninggalnya manusia itu berbeda dengan matinya hewan? 

Jadinya pikiran aku itu hilang-timbul, kadang udah paham kadang juga pahamnya ilang lagi.

Wednesday, February 1, 2023

"Biar Tuhan Yang Balas", Apakah Benar Akan Begitu?

Catatan 2 Februari 2023

Sebenarnya udah lama ini ganjel di pikiran aku, tapinya harus aku tahan dulu karena bulan lalu ini lagi nyiapin buat sidang preview tugas akhir aku. Alhamdulillah, Senin kemarin lalu udah terlewati sidangnya dan lancar, jadinya sekarang udah agak nyantai. Buat aku, sungguh hal yang sulit, di saat harus fokus buat tugas akhir sambil nyesek sama pembalasan yang entah ada atau tidak untuk pelaku bullying selama masih sekolah dulu. Katanya sih jika kita dizolimi orang, biar Tuhan yang balas.

Ini adalah pernyataan yang unconventional (nggak umum, nggak biasa) tentang balasan dari Tuhan. Jadi, jika si pem-bully sekarang hidup bahagia aman tentram damai sentosa, sementara korbannya ada yang hampir putus asa, apakah kayak gini balasan dari Tuhan? Bagaimana bisa dia lebih berhak untuk hidup lebih bagja waluya daripada korban-korbannya? Dahlah, kalo kayak gini cara mainnya sih ya mau gak mau harus ngusahain buat balas dendam!

Kalo aku nulis ini di medsos, yang bisa semua orang baca, bahaya bingits! Pasalnya, udah trust issue nih sama pernyataan "Biar Tuhan yang balas" tadi! Biasalah orang Indo, gampang panasan sama orang yang kurang iman dikit aja. Akupun nggak akan denial sama sesuatu sampai hal itu terpatahkan oleh pengalaman sendiri, contohnya ya nasib sekarang buat pelaku bullying yang aku udah sebut di paragraf pertama. Pelaku perundungan ini bukannya satu orang sih, tapi tetap satu orang doang yang paling impactful, yaitu Nadia Regyna Nusivera!

Beneran, Nadia ini nggak ada yang ngalahin jahatnya dari semua temen mulai dari TK hingga SMA! Pernah deh dia nusuk lengan aku pake pulpen, katanya itu "main suntik-suntikan". Biasanya sih "kejahatannya" itu berupa maksa aku masuk kamar mandi sekolah. Dia di situ nyiksa aku buat alasan yang gak jelas kayak karena aku males masuk sekolah di hari Sabtu yang cuma ekskul doang (waktu itu nggak ada ekskul yang demen) atau gegara terlambat datang ke sekolah pake banget. Hih, guru aja nggak ada yang segitu galaknya!

Kalo di-rank dari kejahatan temen-temen selama sekolah, Nadia ini masih menduduki posisi legend. Bukan pro lagi. Kalo yang nge-bully cuma berupa ejekan-ejekan aja itu, kata aku cuma masuk level noob atau paling banter ya kerad! Anak laki-laki aja nggak ada yang nyamain jahatnya dia.

Kenapa sampai menempati tingkat dewa? Itu baru sebagian kecil bingits dari seluruh kejahatannya! Kayaknya postingan ini nggak akan cukup buat nyeritain dari A sampai Z tindakannya dia. Bahkan bisa aja udah aku spoiler dikit pas bahasan lain.

Sohib aku sejak jaman SD, Diva, juga ternyata ikut jadi korbannya Nadia ini. Dia sekelas sama N ini waktu kelas II dan III, sedangkan aku waktu kelas IV. Karena kelakuannya, guru cegah aku sekelas lagi sama Nadia buat dua tahun terakhir kami di SD. Diva sampai nulis dua part untuk curhat soal penderitaannya jadi korban bully, bahkan pelakunya bukan hanya temen doangan tapi juga shadow teacher!



Menurut dua bagian dari post punya Diva di blognya, dia pernah punya niat buat ngakhirin hidup dari waktu kelas II SD sampai lulus sekolah. Karena waktu kelas II, III, IV kelasnya di lantai 2 suka liat ke arah jendela. Mikirin gimana caranya untuk loncat dari atap gazebo sampai ke paving block. Kadang sambil lihat dari koridor, pengen tau tinggi koridor sama atap gazebo tuh berapa meter.

Apa gampang buat aku jangkau atau nggak, begitu pikir Diva tiap kali ngeliat atap gazebo sekolah. Ternyata ama cleaning service di sekolah kami aja begitu ngambil pel atau sapu bisa nyampe gitu.

Lantai dua itu lokasi kelas II sampai IV itu. Waktu itu aku kelas III A, dia III B, nah kelasnya Diva ini di sudut gedung sekolah yang bentuknya kayak huruf L, jadi atap gazebo ini selalu keliatan tiap kali buka pintu kelas. Nadia ini pas kelas tiga sekelas sama Diva tapi belum sekelas sama aku, nah sebelum sekelas juga Nadia udah suka nindas aku.

Beneran, hingga Diva udah kuliah, masih suka kepikiran sama tindakannya Nadia itu. Ternyata dia senasib sama aku yang masih trauma sama kelakuannya si N itu! Nenek aku sampai kaget, "Jahat sekali!" katanya. Beliau bahkan baru denger ada bocil sejahat itu, karena di jaman beliau sekolah nggak ada temen yang segitunya.

Nah, terus apa hubungannya dengan trust issue sama statement bahwa "Semua kejahatan pasti ada balasannya" itu? Di saat aku masih juga trauma dan sahabatku itu depresi sampai lebih dari sepuluh tahun pengen suicide, eh si pelaku kini malah menempuh hidup yang happily ever after! Nadia ini malah ketemu "Prince Charming" (setidaknya versinya sendiri, meskipun mungkin orang lain malah eneg kalo liat cowok itu), alias jodohnya! Kami berdua sengsara, eh dia malah enak-enak hidup bahagia dengan orang yang sudah saling mencintai dan memiliki hatinya. 

"Pembalasan itu harus direncanakan,  tetep. Kalo nggak ya euweuh (Bahasa Sunda, artinya 'nggak ada')," kata seorang kerabatku pada suatu hari di bulan Januari tahun ini, 2023. 

Tuh, kan, trust issue aku tuh makin gede sama ajaran yang bilang kita nggak usah balas dendam, biar kita serahkan ke Yang Maha Adil aja.

Menurutnya lagi, kami nggak ada dana dan tenaga buat bales dendam ke Nadia. Kalo kayak di Drakor "The Glory" sih ya aku tau kapasitas diri, nggak mungkin kekejar! Ah, gak perlu rencana yang ribet rumit gimana buat bales dia. Ngetik postingan blog yang ngupas habis setajam penyerut tentang perlakuan dia ke kami berdua (mungkin korbannya bisa jadi lebih banyak), itu bisa jadi sangat powerful buat bikin dia keok.

Kasian suaminya, dapet perempuan yang dulunya jahat banget pas masih bocah. Kasian juga anaknya, emaknya itu udah bikin orang lain hampir bunuh diri. Heh emangnya bangga gaet cewek yang udah keliatan bibit sikopet dari usia belum juga ada 10 tahun!? Anaknya nanti pasti malu punya mamah yang bikin track record yang bukan jelek lagi tapi ambyar, dan ini bukan berkat jejak digital.


Sunday, January 22, 2023

Kesenangan Tersendiri dengan Foto Sendiri yang Terpampang di Sampul Buku

Catatan 14 Januari 2023

Nggak kerasa, buku catatan hadiah dari salah satu buku antologi quotes yang biasa aku pake buat nyatet curhat, udah mau habis lagi aja. Wajar sih, mengingat bukunya itu tipis. Sok-sokan pengen beli buku baru, padahal banyak buku catatan yang masih kosong! Hehehe, kan udah dari lama pengen buku catatan custom pake foto sendiri pas lagi cosplay, tapi fotonya belum ada.

Sebenarnya sifat kabitaan nggak begitu bagus, ya. To be honest, aku emang kabita atau tergiur dengan temen SMA aku yang punya buku catatan pake sampul custom foto dia. Tapi kalo barangnya aku gak suka ya gak akan kepengen aku juga, aku juga kan emang seneng nulis meski itu cuma “ngacapruk” atau nulis gak jelas. Selain karena hobi aku nulis, aku pengen foto aku pas cosplay nanti nggak hanya berakhir di TL media sosial.

Kalau dipikir-pikir, ini adalah salah satu dari few times (kira-kira apa ya Indonesianya? Ini lebih jarang dari “beberapa kali”) aku bersikap narsis, bahkan selfie aja jarang banget. Padahal menurut kuis “Girl’s Test” dari Majalah Girls edisi 15, aku ini masuknya “mencintai diri sendiri tetapi tidak berlebihan”. Bahkan, kayaknya sich udah nyerempet ke arah sebal kepada diri sendiri. Pengen deh setidaknya satu barang dipakein foto sendiri (dulu pas kecil pernah sih punya kaos yang pake foto sendiri pas ke Dufan, tapinya kan feel-nya udah beda antara pas kecil dan jaman sekarang).

Makanya, biar nggak sebal kepada diri sendiri terus, harus membiarkan sekali-kali sifat narsis aku keluar.

Saturday, November 12, 2022

Common Sense, Kadang Hanya Berpusat Pada "Common" Saja

Catatan 12 November 2022

Di Hari Ayah ini, aku kepikiran buat nulis lagi surat imajiner buat almarhum Papah. Apalagi di hari ini aku dapet insight baru mengenai akal sehat alias "common sense". Trus, juga mau bedah lagi nich tentang film Tarzan yang emang ada kaitannya dengan keayahan. Antara insight barusan dengan film itu, ternyata ada benang merahnya. 

Akal sehat, logika, atau common sense, rupanya artinya kadang "cuma" sesuatu yang berlaku umum di masyarakat, tidak peduli itu baik atau buruk. Namanya juga common, artinya "umum atau biasa". 

Tadi siang, aku sempat curhat soal insiden kelinci dengan teman-teman kampus dari organisasi keagamaan (untungnya mereka nggak ngetawain samsek!), dari sanalah aku mendapatkan insight soal akal sehat ini. Sepertinya ini akan menjadi unpopular opinion, tapi cukup mengagetkan : common sense itu tidak harus selalu baik, asal normal saja di masyarakat!

"Kakak (itu panggilan mereka buat aku karena aku kakak tingkat mereka) itu nggak bisa maksa orang buat selalu peduli dengan hewan. Karena kelinci peliharaan itu kan tanggung jawabnya Kakak," ujar satu teman.

"Memang begitu sih kalau menurut akal sehat," timpal satu teman yang lainnya.

"Kakak juga tidak bisa mengajak semua orang untuk merasakan kehilangan atas kelinci itu, karena tidak semua orang adalah pecinta binatang," tambah teman yang tadi pertama bicara.

Ya, memang benar, kita tidak dapat memaksakan perasaan orang lain. Tetapi, bukan itu inti permasalahannya. Bagiku percuma, tidak ada gunanya, jika akhirnya semua orang di keluargaku menangisi kepergian kelinciku itu. Karena, yang jadi masalah sebenarnya adalah ketiadaan rasa peduli akan makhluk hidup yang selain sesama manusia sejak awal, sebelum dia mati.

Sebenarnya, penyebab utamanya insiden kelinci itu adalah karena aku kecewa semua orang di rumah tidak ada yang peduli untuk memasukkan kembali kelinciku itu ke kandangnya, sehingga pada saat sahur dia sudah dikabarkan mati. Menurut akal sehat (setidaknya yang berlaku di Indonesia, entah belahan dunia yang lainnya), hewan peliharaan hanya tanggung jawab bagi si pemiliknya dan orang-orang di luar itu, mereka tidak wajib untuk memberinya kenyamanan. Jadi misalnya kita menemukan kucing liar di jalanan yang kehujanan, kita biarkan saja karena dia bukan milik kita? Geez, ternyata sesuatu yang katanya sesuai dengan akal sehat itu, kadang bisa jadi membuat manusia menjadi kejam dengan makhluk lainnya tanpa disengaja.

Menurut mereka, karena tidak semua orang adalah pecinta hewan, mereka pun tidak peduli dengan keadaan kelinci tersebut. Bagiku, itu adalah dark side dari common sense yang berlaku di Indonesia, bahkan mungkin masih berlaku sama di bagian dunia yang lain. Para pecinta hewan malah menyayangi hewan seperti kepada keluarga sendiri, nah tingkah mereka ini seringkali dianggap absurd oleh orang-oranv yang berada di luar kelompok tersebut. Aku jadi bertanya-tanya, apakah tidak ada kelompok orang yang berada di tengah: bukan pecinta hewan, tetapi mereka tetap menyayanginya dan memberikan perlakuan layak seperti kepada sesama manusia? 

Bagi orang luar, terutama orang Jepang, mereka tidak memisahkan antara manusia dan hewan. Tachibana Higuchi, seorang Mangaka (bahkan kata orang kita sih "mau-maunya") pakai ikon babi untuk mewakili dirinya di komik yang beliau tulis. Pada bab awal novel "Convenience Store Woman", diceritakan bahwa ketika seekor burung mati, semua orang di sana bersedih. Mereka sedih tanpa diarahkan atau dimulai oleh seseorang, itu artinya mereka semua telah otomatis menaruh perhatian yang sama antara dengan sesama manusia dan hewan, sayangnya tokoh utama novel tersebut malah "lempeng-lempeng" aja.

Kalau saja orang lokal di Indonesia yang bersikap seperti itu, pastinya dianggap wajar, tetapi di sini dia justru dipandang aneh dan tidak berperasaan. Dalam novel tersebut, tokoh utamanya dianggap aneh karena alasan yang kontras : dia tidak ikut bersedih karena burung itu dan malah berpikir untuk menjadikannya karaage (sejenis makanan Jepang yang terbuat dari daging unggas, biasanya ayam dan diberi tepung krispi). Semua orang terkaget dan memandang aneh kepadanya, karena dianggap tidak memiliki empati, padahal "hanya" seekor burung! 

Coba bayangkan si tokoh tersebut adalah orang Indonesia, paling-paling hanya dianggap jorok saja (karena burung itu sudah menjadi bangkai) dan tidak akan segitunya membuat tercengang orang-orang. Justru, perlakuan orang sonoh yang semuanya menangisi kematian burung itu, malah dianggap keluar dari logika/akal sehat oleh masyarakat lokal sini. 

See? Sesuatu yang disebut dengan common sense itu bisa jadi hanya masuk akal bagi masyarakat tertentu saja. Hanya umum/common di daerah tertentu saja. Hanya terasa tidak logis jika terjadi perbedaan pemikiran saja.

Oleh teman-teman tadi, aku dianggap menyetarakan adikku sendiri dengan hewan peliharaan. Untuk budaya negara sini, menganggap manusia, apalagi anggota keluarga, setara dengan hewan itu menghinakan. Akan tetapi, di negara lagi-lagi Jepang, terkadang memang kasih sayang kepada anggota keluarga dengan hewan peliharaan itu memang sama besarnya. Satu cerita pendek di manga "Honey Rabbit" karya Souta Kuwahara, bahkan mengisahkan seorang ibu muda yang kehilangan anak lelakinya yang masih kecil, lalu memelihara beberapa ekor kelinci sebagai anggota keluarganya sendiri, tentu saja kedudukan mendiang tidak tergeser oleh hewan-hewan tersebut.


Friday, September 9, 2022

Sejarah Karya Gila (2)

Catatan 10 September 2022

Wow, baru kali ini aku bikin postingan yang bersambung! Padahal tadinya nggak niat bikin lanjutannya. Di bagian pertama, aku baru beberkan "Top 3" dari karya gila yang pernah aku buat. Ternyata setelah kemarin diingat-ingat lagi, kayaknya perlu juga diperhatikan karya-karya lainnya.


Meskipun nggak segila karya-karya di bagian yang pertama, tapinya karya yang di bagian kedua ini cukup menarik untuk disimak, karena saking anehnya.

Danny Phantom cosplay seksi jadi Minmie, merek tas jadul

Di catatan tentang iklan es krim Spongebob, aku udah pernah cerita bahwa aku pernah bikin gambar Danny Phantom pake kostum baju renang pink kayak yang dipake sama satu anak di iklan terkait, not to mention lengkap dengan rok. It's worth to mention it. Namun, itu bukan satu-satunya contoh "cosplay seksi" yang "dilakukan" oleh Danny si manusia setengah hantu itu. Waktu aku kelas IV (awal 2008), temen cewek dari kelas sebelah pake tas selempang Minmie yang agak lebih "dewasa" ketimbang tas lainnya, bahkan dari brand yang sama!

Di situ, sang tokoh Minmie mengenakan pakaian yang lebih terbuka dibandingkan dengan varian-varian Minmie di tas yang lainnya. Jarang-jarang doi nampilin belahan dada dan perutnya. Sampai-sampai ada anak cowok yang komen, "Tasnya (nama si empunya) geuleuh (Bahasa Sunda, artinya kurleb 'nggak pantes')!" Bagi aku, gambar di tas itu malah jadi sumber inspirasi menggambar Danny yang lagi cosplay

Kalau dihitung-hitung, nggak ada habisnya deh memaparkan seluruh momen penistaan Danny Phantom sebagai cosplayer edan! Terlalu absurd untuk dibilang crossdressing. Pas kelas V (akhir 2008) akhirnya digambar aja di buku khusus corat-coret Danny lagi cosplay jadi Minmie karena seringnya ngeliat itu tas temen yang pastinya akan menarik perhatian untuk ukuran anak SD. Empat tahun kemudian, pas aku baru gabung di DeviantArt waktu kelas IX, aku redraw secara digital gambar Danny jadi Minmie itu, tapinya aku bikin lebih ketutupan aurora-nya (aurat) daripada yang aslinya.

fan art Danny Phantom "cosplay" jadi Minmie karya aku jaman kelas IX, lengkap dengan mata meremnya dan lidah yang melet dikit.

Mungkin Regian Rinaldhi Mutaqien, temen cowok jaman SD yang paling julid, kalo ngeliat semua gambar Danny karyaku itu ngerasa kayak ada "distorsi" aja dengan yang asli vs fan art absurd karya aku. Imej Danny yang gagah di canon, di fan art malah jadi konyol and kocak abiez. Walaupun jelas aku sakit hati sama perkataannya yang ngejek aku gila, aku admit omongannya dia itu ada benernya juga, alias valid, karena sekarang kebayang distorsi yang dirasakannya tiap kali dia liat corat-coret aku. Yeah, jerkass has a point.

Info tambahan, sohib aku Diva yang udah temenan dari SD juga sering kena ejek sama Regian ini! Di sini kisahnya 👇


• Rambut Aneh Danny Phantom

Nah, yang satu ini terinspirasi dari gaya rambutnya Mimi Hitam (ini nama versi Indonesianya, nama aslinya Magica De Spell) dari kartun DuckTales 1987 episode "Send in The Clones". Dalam episode tersebut, dua kali si tokoh antagonis tadi itu rambutnya jadi "kribo". Itu karena yang pertama, kena ledakan dari bubuk ajaib, bahkan warna rambutnya yang tadinya item jadi ijo, dan yang kedua, kena ledakan di dalem gunung berapi tempat dia bermarkas, nah yang ini nggak ngubah warna rambutnya. Rambutnya Danny yang aslinya emang udah rancung-rancung, di karya yang ini malah jadi makin berantakan kayak Mimi Hitam yang habis kena ledakan di episode tadi.

Danny juga ada dua versi warna rambut pas udah dibikin jadi kribo gitu : ijo kayak Mimi Hitam kena ledakan dari bubuk sihir, dan putih kayak warna rambut aslinya pas lagi berubah jadi hantu. Baru ngeh, mestinya aku bikin tiga versi warna rambut ya untuk Danny, karena doi ini sebelum berubah jadi hantu itu warna rambutnya item aja kayak orang kita, orang Asia walaupun dia Kaukasia. Gambar Danny yang kribo ini aku bikin pas kelas IV semester genap, yaitu pada awal 2008. Ini mungkin yang paling normal jika dibandingkan dengan semua karyanya aku yang gila.

Bersambung ke sini.

Wednesday, September 7, 2022

Sejarah Karya Gila

Catatan 8 September 2022

Oke, catatan hari ini lagi-lagi masih seputar flashback. Kali ini aku bakalan bahas tentang "sejarah dunia gambar karyaku yang paling gokil"! Orang yang sering punya pikiran nyeleneh macam aku, gosah kaget kalo gambar buatannya juga GJ! Walaupun begitu, gambaran aku yang "gila" jumlahnya cuma satu banding berapa dari karya aku yang normal.

"Membuat karya gila!" kata penggalan dari opening song Phineas and Ferb pas si tokoh utama yang pertama disebut, nyorat-nyoret wajah Candace, kakaknya yang cewek.

"Kalakah Gambar-gambar Kieu!"

Itu adalah kutipan kalimatnya Mamahku saat beliau melihat hasil ulanganku yang jeblok di kelas IV (lupa lagi nilainya berapa). Artinya, "malah bikin gambar-gambar begini!". Di saat otakku nge-blank di satu soal, bukannya berusaha mikirin jawabannya, malah ter-distract sama ingatan gambar ekspresi keledai yang lucu di buku cerita fabel dari koleksi perpustakaan sekolah! Karena gambarnya lumayan susah kalo nggak nyontoh, jadi aku gambarnya seadanya aja, dari memori. 

Hasilnya malah jauh banget dari gambar aslinya dan malah jadi keliatan kayak kelinci kakek-kakek gundul! Secara kuping keledai dan kelinci itu kan dari bentukan sama-sama panjang ya. Alhasil itu kertas ulangan malah banyak gambar wajah si kakek kelinci yang ekspresinya lagi bengong, padahal maksudnya mau bikin lagi teriak, sambil soal di kertas tetep kosong melompong nggak kejawab. Papah aku pas ngeliat gambar kakek kelinci gundul itu ngasih voiceover "Hooo" sambil nunjuk ke gambar aneh itu karena ngeliat mulutnya yang melongo. 

Lalu, kalimat dialog Mamah dalam bahasa Sunda tadi yang menjadi judul sub-cerita ini, keluar pas blio liat beberapa gambar kelinci tuwir di kertas ulanganku itu. Blio nambahin, "Kalo essay itu jangan sampai kosong, isi aja sebisanya karena masih dapat nilai."

"Gambar Gila!"

Gambar aneh yang satu ini bukan pure semuanya karya aku, karena aku di sini cuma "melengkapi" gambar bagian-bagian tubuh dari berbagai binatang! Pas pelajaran Bahasa Inggris kelas III dan V, belajar nama-nama bagian tubuh hewan dan dikasih satu kertas gambarnya. Buat aku sih cuma dibaca bentar gambar bagian tubuh dan namanya dalam Bahasa Inggris trus ditulis artinya, udah cukup. Jadinya nggak perlu lama-lama ngedengerin penjelasan lagi mengenai materi itu. 

Pas aku kelas III lagi ngeliatin gambar-gambar bagian tubuh hewan itu, tetiba aja keingetan bentuk irisan melintang akar teratai yang aku liat fotonya beberapa hari ke belakang di majalah wanita populer. Tanpa sadar, gambar gajah yang aslinya itu belalainya cuma digambar sepotong buat nge-highlight gadingnya, sama aku malah dijadiin akar teratai, ujungnya banyak bolong! Jadinya itu gajah malah jadi "pesek" dan lobang idungnya lebih banyak daripada spesies normalnya. Malah jadi ketagihan corat-coret gambar gajah itu, karena gambar aslinya cuma sampai mukanya doangan, aku jadiin juga badannya gurita karena sering liat di buku-buku hewan laut.

Akar teratai beserta irisan melintangnya. Sumber gambar : https://i0.wp.com/gitacinta.com/wp-content/uploads/2021/07/akar-teratai-1.jpg?

Efek gila ini menular ke gambar-gambar bagian tubuh hewan yang lainnya di satu kertas itu! Gambar kantung kangguru yang lengkap sama anaknya, aku jadiin burung yang ada tanduk setannya plus komuk yang marah. Kaki burung unta (aslinya kakinya doangan) malah berubah jadi manusia setengah burung. Ada pula profil samping macan tutul yang lagi mengaum, cuma ada hidung sama mulutnya yang menganga, eh jadinya kodok yang lagi jongkok sambil penuh taring. 

Waktu itu, masih jarang temen yang liat dan tau gambaran aku itu. Eh dua tahun kemudian, pas aku kelas V, dapet lagi materi dan gambar yang persis sama! Aku remake aja hasil karya yang dulu, gambarnya hampir sama tapi efeknya yang beda banget! Satu temen cowok namanya Regian Rinaldhi Mutaqien yang dulunya nggak sekelas pas pertama bikin gambar itu di kelas III, liat gambar itu pas lewat meja gue, dia sontak berseru, "Hanna, gila ih kamu!" dalam konotasi ngejek, nggak mungkin maksudnya muji karena kualitas gambarnya mediocre alias B aja. 

Kalopun iya bagus, kualitasnya kalah jauh sama gambar aslinya sebelum aku "retouch". Berkat 'The Power of Heboh' yang dia keluarkan, jadi aja semua temen cowok di kelas ane bikin kerumunan di meja aku buat ngeliat gambar hewan yang udah diubah jadi mutan itu. 

"Eh liat itu, Hanna bikin gambar gila!" seru Regian ke semua temen di kelas V.

Akhirnya itu kertas gambar bagian tubuh hewan dalam Bahasa Inggris dapet nickname 'gambar gila'. Sayangnya itu gambar tetiba ilang pas mau pulang sekolah, padahal aku taruh di atas meja. Kelas aku waktu itu lagi diberesin buat acara apa gitu. Curiganya, ada temen yang sengaja buang itu gambar, soalnya udah dicari di tas dan kolong bahkan tempat sampah kelas, nggak ada.

"Poisoned"

Judul sub-cerita yang satu ini bukanlah komentar dari anak cowok atau ortu pas ngeliat karya aku yang aneh bin ajaib, melainkan nickname dari bestie-ku untuk sebuah gambar Danny Phantom dalam pose, yang istilahnya bukan lagi 'nggak banget'. Bahkan ini jauh lebih buruk daripada kata 'nggak banget'. Saking buruknya, sampai-sampai gambarnya itu nggak boleh diliat pas lagi makan. Padahal cuma dapet referensi dari ilustrasi di buku paket Bahasa Inggris kelas 5, terbitan Sarana Panca Karya Nusa.

Satu lagi bab yang memorable dari pelajaran Bahasa Inggris kelas lima selain tentang bagian-bagian tubuh hewan, juga yang bahas penyakit-penyakit. Pas baru beli buku paket, aku kan kepo isinya dan coba baca-baca tuh buku. Tetiba kebuka aja halaman dari bab tentang penyakit dalam Bahasa Inggris, salah satu penyakitnya adalah "poisoned" artinya "keracunan". Si penderita keracunan adalah anak cewek yang digambarkan lagi muntah di atas kloset duduk, buat aku yang emetophobia sih gambar itu ngagetin!

Untuk mengatasi gemetaran akibat gambar 'cursed' itu, lagi-lagi kepikiran ide yang geje abis! Kubuka buku corat-coretku, tentu saja untuk menggambar.  Temen aku yang cowok Regian Rinaldhi M tadi yang sialnya lagi kebagian duduk di sebelahnya aku, langsung aja ngomel, "Huuu, menggambar!" Meski dapet react begitu, tetep aja niatanku nggak ilang untuk menggoreskan pensil ke atas halaman buku barusan itu.

"Yeah, I can do that!" Itulah yang akan kukatakan seandainya aku adalah Butch Hartman, penciptanya Danny Phantom.

Gambar anak cewek 'cursed' tadi yang udah bikin aku jantungan nggak ketulungan, segera aku redraw! Eh, ketulungan deng, kan ditulungan ku gambar yang aku bikin ini. Di sini aku menerapkan jurus ATM : Amati, Tiru, dan Modifikasi, jadinya nggak plek ketiplek sama gambarnya dengan yang ada di buku. Hasilnya, Danny Phantom lagi muntah di atas kloset duduk, sama kayak yang dilakukan cewek penderita keracunan tadi itu. 

Anak cowok yang namanya Regian itu lantas kepo sama karya aku (tadi kan julid), dia ambil paksa bukunya. Begitu dia beres baca, kayaknya dia kena semacam trauma sama isinya, jadinya ngatain "Gila!" sambil ngebanting buku itu di atas meja aku. Tros aku tunjukin aja gambar Danny Phantom yang juga keracunan itu ke Diva, bestie aku yang cewek. Sambil diperlihatkan juga gambar referensinya dari buku paket Bahasa Inggris!

"Jangan pamer-pamer!" ujar Diva.

Ya, sekian saja kisah gambar-gambar paling absurd yang pernah aku buat selama hidupku. Apakah terlalu panjang? Wajar saja, namanya juga 'sejarah'! Mana ada buku sejarah yang tipis?

Tuesday, September 6, 2022

Preman Mewek Denger Lagu Helly Guk-guk-guk

 Catatan 6 September 2022


Beberapa hari ke belakang ini aku mengangkat lagunya Chicha Koeswoyo yang berjudul "Bersinar Matahari" dalam post tentang Lio ketika memakai corong antigaruk di kepalanya. Seketika aku teringat kembali lagunya Chicha lainnya yang lebih populer karena lebih banyak diketahui orang, yaitu "Helly Guk-guk-guk". Inget deh pas jaman 2008-2009, iklan produk apa gitu lupa, pake potongan audio asli lagu Helly itu. Di iklan itu, seorang bapak-bapak preman mewek di mobil denger lagu anak-anak legend hingga berpuluh-puluh tahun itu.

Kecil kemungkinannya ada orang yang nggak tau lagu Helly, tapi kalo kepo versi aslinya dan mager buka yutup lagi, bisa klik di sini.

Sekitar dua atau tiga bulan ke belakang, aku sempet cari tuh iklan di Youtube. Tapi karena ngeblank banget itu iklan produk apa waktu itu, cuma inget taonnya aja, alhasil ketemunya juga seadanya. Dicari di video kompilasi iklan-iklan periode segituan, nggak ketemu. Beda sama iklan es krim Spongebob, prodaknya ikonik dan memorable plus kostum satu bintang iklannya juga.

Satu sobat aku dari jaman kelas 5 biasanya apal sama iklan-iklan jadul. Aku tanya dia "iklan apa yang ada lagu Helly trus bapak-bapak gundul nangis denger lagunya?". Waduh, ternyata kita sama-sama nggak tau! Dia kira aku nanyain iklan permen Bo*gie, soalnya jingle-nya mirip dikit sama lagu Helly.

Hari ini langsung cekidot cari lagu Helly di Youtube, barangkali aja ada hints tentang iklan yang aku cari itu di kolom komentar. Banyaknya sih kisah-kisah dari anak generasi jaman old (semuanya "mantul" atau "manjiw", bahkan katanya saat penyanyi aslinya dulu lagi ngehits di dekade '70an, yang punya teve cuma bapak kepala desa). Nihil lagi aku cari tau tentang iklan itu, tapinya kalo mager cari itu iklan bisa-bisa nggak bisa tidur ntar malem! Tetiba aja nggak ada angin, nggak ada hujan, pikiran aku langsung mengarah ke satu jenis makanan : es krim!

Kayaknya nih iklan "aneh" yang gw cari itu iklan es krim nih. Tapi biasanya iklan es krim itu kan bintangnya anak-anak atau paling banter ya kaum remaja. Nggak pernah pake aktor bapacc-bapacc, mana mewek lagian di iklannya. Berarti es krimnya ini agak beda, bukan merek es krim biasa tapinya bagian menu dari restoran sohor!

Seketika aku dapet clue lagi, yaitu McD*nalds! Makanya itu iklan bisa nempel di kepala aku sejak 14 tahun yang lalu itu karena pastinya seputar merek yang biasa dikonsumsi sama keluarga aku (heheheh, kapan sih kami nggak demen mekdi). Lalu, kata kunci yang aku pake di YT itu akhirnya begono : iklan McD 2008. Ketemulah beberapa versi iklan dari tahun tersebut, ada versi delivery, versi UEFA EURO (taun itu kan lagi pildun, taunnya Trix and Flix!), dan yang terakhir ada versi drive thru.

Versi drive thru ada banyak mobil berbaris, tepatnya antre, di thumbnail-nya, wajarlah kan pesan menu cara drive thru emang bikin antrian mobil. Nah, kayaknya yang ini nih. Pas coba buka satu-satu iklan McD dari tahun 2008, ternyata emang bener iklan bapak-bapak preman gundul nangis kejer denger lagu Helly di mobil itu iklan McD versi drive thru itu tadi! Bener aja pikiran aku yang terbersit soal es krim, itu iklan emang promote es krim varian baru, barengan makanan apa gitu rasa salsa. 

Leh uga nih konsepnya iklan nyeleneh ini. Iklan ini emang dimaksudkan untuk komedi, tapi bagiku yang seorang neurodivergent alias "punya sudut pandang beda", malah terasa relatable. Ternyata pas aku nonton lagi iklannya di hari ini, si bapak preman ini ternyata keingetan anjingnya yang mati, makanya doi nangis dengerin lagu Helly. Meski dia tangisannya itu konyol menurut perspektif kita sebagai audiens dan komuk dia yang sengaja dibikin keliatan bloon sama penulis skenarionya, tetapi perasaannya justru sedang sedih. Sedalam apapun perasaan bersalah dan sedihnya aku akibat insiden kelinci itu, buat yang nggak kebayang perasaan aku di balik tangisan aku, mungkin keliatannya juga konyol kayak si bapak preman itu.

Entah mengapa pas iklan itu dulu masih tayang di televisi, aku yang masih sering nangis karena nyesel sama insiden kelinci itu, malah menganalogikan diriku sendiri sama preman di mobil itu.



Berhasilkah es krim yang dibeli preman itu dari McD menghiburnya?

Sunday, September 4, 2022

Kapan Orang Bisa Bersikap "Nafsi-nafsi" atau "Amaluna Amalukum" ke Aku?

Catatan 5 September 2022

"Abaikan saja pandangan buruk orang2 padamu yg penting kamu tidak mengusik hidup mereka."


Topik ini tuh udah lama banget aku gatel pengen nulis! Kalo aku curhat ke orang juga biasanya nggak banyak membantu. Makanya enakan curhat, atau mungkin curcol, ke blog aja. Justru karena nggak ada yang peduli, biasanya orang malah jadi lebih nyaman buat curhat di medsos. 

Sering banget aku denger bahwa kita harus kurang-kurangin ngeluh di medsos. Akupun awalnya udah berusaha jangan sampai berkeluh-kesah di blog ini, makanya kebanyakan nulis tentang kucing atau kartun kesukaan. Tapi ternyata topik yang aku mo tulis ini terus aja ganggu pikiran aku! Kalo udah gitu sich mau nggak mau ya harus dikeluarkan unek-uneknya!

Oke, memangnya topik apa sih yang aku mau bahas di sini?

Setelah pembukaan sebanyak dua paragraf, aku langsung saja ke intinya : aku ngerasa diperlakukan nggak adil sama banyak orang sekitar! Nggak adil sendiri sebenarnya ada banyak definisinya. Kalo definisi orang, misalnya dia keinginannya susah tercapai, tapi orang lain mudah. Aku mah beda, walaupun jelas ada juga kadang perasaan yang sama kayak contoh tadi.

Sumpah, ini udah bikin aku gedheg setengah mati, kayaknya sih dari jaman SMP juga udah ada perasaan kayak gini! Hingga kini, persoalan macam begini tuh belum beres aja!

Apa sih yang menurut aku nggak adil? Yaitu, orang lain boleh berbuat sesuka hati mereka asalkan nggak "nyenggol" orang lain, tapi kalo aku yang berbuat koq ada aja pihak-pihak yang nggak suka? Padahal aku juga nggak nyenggol siapapun? Mau keluarga, mau teman, mayoritas sikapnya gitu sama aku.

Kalo aku kesel sama perbuatan banyak orang, dibilangnya harus "nafsi-nafsi" atau "amaluna amalukum". Coba kalo kasusnya dibalik, belum tentu juga mereka bakalan nerapin omongan mereka itu ke aku! Kalo aku kesel sama sepupu yang boleh nggak dikudung, dibilangnya "gapapa dong". Pas aku baru pengen buka kudung, belum dilakukan, eh banyak yang nggak suka dan marah ke aku!

Padahal apa sih ruginya bagi mereka kalo aku buka kerudung? Dosa sih dosa, tapi kalo kasusnya orang lain kok boleh? Berarti bukan dari nilai perbuatannya dong, tapi dari siapa yang melakukan? Jika alasannya si sepupu itu nggak mengusik atau nyenggol orang, aku juga sama aja dong, buka kerudung itu nggak merugikan orang lain secara langsung! 

Nanti deh aku langsung aja buka, gak usah dengerin omongan orang yang nggak peduli soal aku ini nyaman atau nggak selama bertahun-tahun lamanya berhijab. Mereka cuma bisa berpatok soal halal haram, pahala dosa, surga neraka aja, nggak pernah mikirin perasaan aku! Lagian kan udah terbukti pakaian aku yang auratnya tertutup itu nggak bikin lelaki bangga gaet, sampai dua temen yang jilbaban juga setuju pernyataan ini. Lah, lawan jenis malah nggak suka liat aku yang pake outfit nutup orat!

Bahkan bukan cuma soal kudung, ketidakadilan dari orang sama aku juga banyak terjadi di kasus lainnya! Nanti deh aku ceritain di postingan yang lain aja, biar nggak kepanjangan!

Wednesday, August 31, 2022

Kewajiban yang Tidak Kusukai, Ternyata Juga Tidak Terlalu Tepat Bagi Aku

Catatan 1 September 2022


Artinya "Menurut psikologi, kamu akan lebih bahagia ketika kamu melakukan banyak hal dari cinta, bukan demi cinta."

Kebenaran dari kutipan di atas sudah terbukti, selama ini hidupku jarang sekali merasa bahagia karena aku hanya melakukan suatu hal yang tidak kucintai agar dicintai Allah SWT (katanya) karena aku taat aturan-Nya dan juga banyak orang lain.

Kutipan tersebut tidak selalu mudah untuk dijalankan, tergantung situasi dan kondisinya. Untuk kasusku, malah aku wajib mengenakan pakaian yang menutupi seluruh tubuhku, itu adalah sesuatu yang tidak membuatku nyaman tetapi harus tetap dikerjakan supaya tetap diterima dengan baik oleh orang-orang sekitar. Misalnya, oleh Mamah dan teman-temanku di kostan. Apa boleh buat, kewajiban memang tidak pernah memikirkan apakah pelakunya itu merasa nyaman atau tidak ketika menjalankannya.

Boleh dibilang, aku ini bisa jadi sebagai "people pleaser". Karena, aku biasa melakukan sesuatu, terutama mengenakan jenis pakaian tertentu supaya aku diterima keluarga dan teman-teman. Sebenarnya hampir tidak pernah (kalau bukan tidak pernah sama sekali) merasa happy jika mengenakan jilbab. Demi menghindari kemarahan Tuhan dan orang-orang tersebut, mau tidak mau harus kujalani hidupku yang seperti ini, meski rasanya tercekik setengah mati.

Semakin ke sini, apalagi masalahnya bukan hanya soal aku ini mau atau tidak untuk menutupi aurat. Ternyata sudah berimbas ke perihal ketertarikan lawan jenis! 

"Pakaianmu itu tidak bikin laki-laki bangga gaet kamu!" kata seorang kerabat pada suatu saat.

Pernyataannya itu sudah teruji kebenarannya, dua temanku di kostan yang sama-sama mengenakan jilbab juga mengatakan hal senada buat aku. Memangnya seperti apa sih pakaian yang biasa kukenakan? Ya, hijab, layaknya muslimah pada umumnya di Indonesia saat ini. Ketika teman-teman mengenakan gamis, aku juga memakai yang seperti itu, ketika teman-teman mengenakan rok, aku pun demikian penampilannya. 

Dua temanku tadi itu berhijab, tetapi tetap saja mendapatkan pasangan sudah yang saling mencintai. Bagaimana denganku selama bertahun-tahun lamanya terus berpakaian sesuai dengan syariat dan juga didikan orang tua? Pengalaman asmaraku kontras dengan dua teman cewek tadi. Berarti untuk diriku berlaku sebuah kasus khusus, beda dengan sikon mereka..

Jika banyak wanita yang stay syar'i tetep aja punya pasangan bahkan hingga menikah, nasibku tidaklah seperti itu, meski mengenakan pakaian yang sama dengan mereka. 

"IRL (in real life) yang pakai hijab udah pabalatak (saking banyaknya)!" kata kerabat yang sama dengan perkataan yang tadi.

Hei, hei, hei, buat yang baca jangan kebawa esmosi dulu. Bukan hijabnya yang bikin aku nggak menarik, tapi karena itu adalah hal yang udah saking seringnya di jaman sekarang. Bahkan hijab kayaknya udah jadi stereotip perempuan di Indonesia, deh, secara agama Islam itu mayoritas di sini. Dulu sih karena yang nutup aurat itu masih keitungnya jarang ya makanya kerasanya kayak yang taat banget dan mengagumkan.

Makanya, aku biar lebih gampang buat dikenal orang, harus bisa berpenampilan stand out dari jutaan wanita lokal lainnya. Terlepas dari soal hijab tadi, apapun yang kelihatan indah jika sudah terlalu banyak ya siap-siap aja ada saja yang kurang ter-notice oleh orang lain karena nyaru sama yang lainnya. Kayaknya sih analogi wanita berhijab itu eksklusif juga makin nggak berlaku, karena udah makin generic.

Analoginya begini : ada jutaan bunga mawar di taman, pastinya nggak semuanya bakalan ketangkap mata kita kan? Karena semuanya sama. Coba kalo di antara sekian banyak bunga mawar itu nyempil bunga-bunga lainnya yang beda, semisal bunga bakung atau krisan. Pasti bakalan jauuuuh lebih eye-catching, ketimbang posisi mereka masih ditempati sesama bunga mawar juga.

Nah, jika ada satu atau beberapa bunga mawar tadi yang orang nggak ngeh keberadaannya, sama sekali bukan berarti si bunga itu gak menarik karena dia bunga mawar kan? Begitu juga dengan kasusnya aku di sini, bukan cowok susah tertarik sama aku karena dihijab bikin nggak kelihatan menarik, melainkan karena tidak adanya diferensiasi di penampilan aku. Udah terlalu umum!

Sifat manusia pada umumnya menyukai hal-hal yang unik, beda. Bisa jadi aku harus menjadi "lain daripada yang lain" agar mendapatkan perhatian khusus dari lawan jenis. Tidak semua wanita kelihatan oke dengan kain jilbab di kepalanya dan pakaian yang longgar nan tertutup di badannya, karena sudah 'tertumpuk' dengan hijabers yang bejibun tadi. Kupikir hanya perasaanku saja jika kuanggap diriku ini tidak menarik jika tidak tampil seperti banyak tokoh di budaya populer. 

Selama bertahun-tahun, akhirnya terbukti juga bahwa pikiranku itu benar. Sudah aku ini mengenakan pakaian yang sama sekali tidak membuatku senang, lawan jenis juga tidak ngeh sama aku jika masih memegang kewajiban itu. Bukan kewajibannya yang salah, tapi aku jadi nggak ada pembeda dengan wanita-wanita lainnya. Apalagi konon kewajiban menutup seluruh tubuh ini kurang cocok dengan iklim Indonesia yang tropis, panas dan lembab, makanya banyak bermunculan produk khusus hijab kayak sampo, deodoran, sabun, sampai deterjen yang artinya hijab itu lebih bikin keringatan dibandingkan pakaian konvensional!

Kita sering mendengar bahwa penilaian dari Tuhan itu jauh lebih penting daripada pujian dari makhluk, tepatnya manusia. Tapi untuk mencari pasangan, jelas apresiasi dari lawan jenis juga tidak bisa dikesampingkan! Ini sih sudah akunya gak suka pakai baju yang ketutupan (TBH, aku pengen kelihatan keren kayak banyak tokoh anime), laki-lakinya juga nggak tergerak buat dapet aku yang hijaban, karena udah gak ada keunikannya lagi! Kalau sudah begini, siapa yang senang dengan pakaianku yang gini-gini aja?

Jika aku berpakaian yang terbuka, itu bukan hanya kulakukan demi cinta dari lawan jenis saja. Tapiiii, juga sudah kuidamkan sejak kecil. Bahkan sejak TK, pas setiap pulang dari sekolah aku curi-curi kesempatan buat niru-niru pakaian tokoh-tokoh anime! Nanti deh, aku ceritain pengalaman cosplay abal-abal pas masih umur lima, niruin kostumnya tokoh Marjo dari anime Time Bokan..


Beda Nasib, Beda Solusinya Pula

Catatan 31 Agustus 2022

Sudah pernah kubahas bahwa aku sama sekali tidak pernah bangga mengenakan hijab, pakaian yang menutupi seluruh tubuhku. Belakangan ini baru kutahu, ternyata bukan hanya aku saja yang tidak suka jika mengenakan pakaian seperti itu. 




"Pakaianmu itu tidak bikin laki-laki bangga gaet kamu!" kata seorang kerabat pada suatu hari via chat WA.

Perkataan dari kerabatku di atas itu adalah jawaban dari pertanyaan tentang sebab kehidupan asmaraku yang selalu suram. Aku mempercayai itu, karena kehidupan cintaku begini-begini saja selama bertahun-tahun sebagai muslimah yang (dipaksa) taat. Belum juga pernah merasakan saling memiliki dengan seseorang. Ketika sekian banyak temanku memiliki kisah cinta yang bermacam-macam, kisahku sendiri malah nyaris tidak pernah jadi lebih baik selama bertahun-tahun lamanya. 

Kerabat tersebut memang non-hijaber, jadinya wajar dan maklumlah jika ia memandang seperti itu kepada jenis pakaian begitu. Akan tetapi, semua temanku yang berhijab setidaknya pernah berpacaran satu kali saja. Bukannya kosong melompong seperti aku pengalaman asmaranya. Coba aku uji pernyataan itu dengan teman-temanku di kostan yang sesama hijaber, mereka ini sudah berpacaran lebih dari satu tahun.

"Iya bener, baju kamu itu nggak bikin lelaki mau gaet kamu!" kata temanku yang berpacaran selama dua tahun.

"Bener banget, emang kayak gitu kenyataannya!" Temanku yang lainnya yang sudah berpacaran selama empat tahun menyetujui pernyataan kerabatku itu.

See? Ternyata memang benar-benar tidak menyenangkan bagiku jika memakai hijab. Bukan hanya akunya aja yang gak seneng kalo berpakaian begitu, mereka para lawan jenis juga ikutan gak suka liatnya. Mau taat, tapinya koq jodoh jadi berat?

Padahal dua temanku tadi itu semuanya berhijab dan mereka berdua setuju bahwa pakaianku yang menutup aurat ini, tidak dapat membuat lelaki tertarik. Kondisi ini hanya khusus untukku sendiri, bukan untuk semua wanita muslimah. Buktinya, ketika teman-teman berpakaiannya tertutup, hubungan asmara mereka tetap langgeng. Malahan, banyak teman lainnya yang sudah menikah, padahal mereka semua sama tertutup rapat pakaiannya.

Lalu, bagaimana dengan pakaian yang biasa kukenakan? Ya, hijab biasa saja. Sama seperti yang dikenakan oleh teman-teman, baik di kantor maupun saat masih di sekolah dulu. Namun, sudah ada tiga orang yang mengatakan bahwa faktor pakaian juga berpengaruh terhadap sulitnya aku mendapat pasangan.

Mereka pakai gamis, ya aku juga pakai gamis. Mereka pakai rok, aku pun demikian. Mengapa nasibku bisa berbeda soal asmara, padahal pakaiannya sama? Oleh karena itu, harus kucoba usaha yang berbeda pula dari mereka untuk menggaet jodohku! 

Memang ada banyak faktor untuk menarik lawan jenis, tetapi faktor pakaian juga tidak bisa dielakkan. Nasibku yang berbeda dengan para hijabers lainnya dalam soal pasangan, membuatku harus putar otak lebih keras. Ditambah dengan fenomena di media sosial dengan banjir komentar untuk para wanita yang mengunggah foto dirinya yang seksi, bikin aku makin nggak yakin sama profitnya aku pakai busana tertutup nan tidak seksoy. Lihat saja mereka, banyak cowok yang kasih likes, ingin berkenalan dengan mereka, bilang mereka cantik, minta nomor WhatsApp, dan sebagainya, sebagainya, di kolom komentar!

Dari perkenalan lewat medsos itu, akan tercipta interaksi. Hubungan dapat terjalin itu disebabkan oleh rasa nyaman, kalau tidak pernah berinteraksi ya bagaimana bisa tercipta kenyamanan? Sebelum kita saling nyaman dengan lawan jenis, ya mereka harus ditarik dulu oleh kita biar ada interaksinya. Kalo ternyata nggak nyaman dari interaksi dengan satu cowok, ya setidaknya sudah pernah mencoba.

Sebaliknya, para akhwat yang berjilbab biasanya hanya mendapatkan perhatian dari keluarga dan teman-teman satu circle saja di kolom komentar. Padahal tidak jarang dari mereka yang sudah sesuai dengan standar kecantikan umum. Namun, tetap saja para cowok nyaris tidak ada yang nongol di kolom komentar foto mereka seperti pada kasus yang pertama. Jika interaksinya lagi-lagi dengan keluarga atau besties, ya gimana mau buka interaksi dengan lawan jenis? 

Kalau sudah begini, aku jadi semakin meragukan manfaat dari berpakaian sopan menutup aurat. Seumur hidupku, tidak pernah kurasakan secara langsung manfaat dari memakainya. 


Monday, August 29, 2022

Hatiku (Dibuat) Mati Rasa untuk Kematian Hewan

Catatan 29 Agustus 2022

Bagaimana perasaanku terhadap kematian Mischa hari ini? Sedih, tentu saja. Akan tetapi, rasa sedihku akan matinya hewan telah tumpul sejak insiden kelinci itu. Dikhawatirkan perasaan sedihku akan kematiannya hewan memicu tindakan atau sikap apapun yang tidak logis dariku, meski jelas kini takkan lagi seabsurd insiden yang terjadi hampir 14 tahun yang lalu itu. 

Perasaanku kini telah mati jika hewan peliharaanku tidak lagi bersama kami



Kira-kira satu bulan sejak peristiwanya insiden kelinci, terjadi tragedi paling horor, yang pernah kusaksikan langsung tentang hewan peliharaan di sekolahku dulu. Berarti kejadiannya pada bulan Oktober 2008, setelah kami kembali masuk sekolah usai liburan Lebaran di tahun yang sama. Seekor kelinci putih milik sekolah, kehilangan kepalanya dan bagian lehernya tentu saja dipenuhi oleh darah! Dia terbaring, tentu saja tidak lagi bernyawa, di atas rumput sebelah lapangan upacara sekolah.

Seorang teman cewekku, dari beda kelas tetapi masih satu angkatan, tidak tega untuk melihat bangkai hewan mungil yang malang itu. Sebaliknya, aku malah terdiam dan terus memandang hewan yang bernasib mengenaskan itu. Penasaran, ada apakah gerangan dengan kelinci sekolah itu? Air mataku tidak dapat lagi mengalir seperti sebelumnya, ketika seekor kelinci dikabarkan mati pada sahur di hari pertama bulan puasa tahun tersebut.

Kemungkinan kelinci itu diterkam oleh kucing liar yang biasa berkeliling daerah sekolah. Kelinci di sana sengaja diberikan makan oleh petugas di sekolah dan juga anak-anak. Berbeda dengan kucing di sana, mereka tidak dipelihara sehingga nyaris tidak ada yang secara khusus memberikan makanan kepada mereka. Jadinya kemungkinan mereka sedang sangat lapar dan menjadi versi terseram dari mereka ketika berhadapan dengan kelinci sekolah tersebut.

Sejak kesalahanku pada insiden kelinci itu, yang merasakan keheranan atas perbedaan sikap orang-orang antara kematian manusia dan hewan, aku tidak berani lagi untuk merasakan kedukaan atas kematian hewan peliharaan. Aku berusaha untuk menjadi seperti orang lain pada umumnya, yang membedakan kadar kesedihan untuk kematian dua makhluk hidup yang berbeda. Tidak ada lagi perasaan berduka yang menganggap seakan mereka adalah anggota keluargaku sendiri. Perasaan seperti itu hanya untuk anggota keluarga yang sesungguhnya, oleh karena itu tidak akan ada lagi perasaanku yang heran atas sikap semua orang di sekitarku yang tidak bereaksi untuk menanggapi kematian hewan.

Sampai-sampai aku tidak berani lagi untuk memiliki hewan peliharaan selama lebih dari sepuluh tahun, karena saking khawatirnya akan tidak kuasa menahan sedih ketika mereka mati nanti. Jika perasaan sedihku sama besarnya antara manusia dan hewan, mungkin itu akan menjadi hal yang buruk. Kecuali kalau ikan, aku masih sanggup untuk ikut memeliharanya bersama dengan adikku Irsyad. Lagipula, saat itu dia yang lebih antusias untuk memelihara hewan air tawar dalam akuarium itu. 

Bertahun-tahun lamanya kisah insiden kelinci itu agak terlupakan, memori itu kembali mencuat ketika seekor kucing milik tetangga mati pada akhir tahun 2020 lalu. Hampir saja aku merasakan kedukaan yang intens pada hari kematian Meow Cat, nama kucing tetangga yang mati tersebut. Hingga hari ketiga setelah kematiannya, masih saja kurasakan sedih. Aku tidak ingin untuk bersedih dalam kadar yang sama seperti kepada sesama manusia lagi untuk seekor kucing, apalagi itu bukan peliharaan milik kami. 

Oh, ya, sebentar lagi akan tiba tanggal 1 September, ketika insiden kelinci akan menempuh 14 tahun dari tanggal peristiwanya. 

Friday, August 26, 2022

Apa Senengnya Sih?

Catatan 26 Agustus 2022


Sumpah deh, aku heran sama sekian banyak selebriti yang kayak bahagia banget pake jilbab, buat yang tadinya belum. Dulu pernah denger dari almarhum Papah bahwa banyak orang yang merasa senang berhijab, disangka aku, beliau itu cuma untuk ngabibita aja. Eh, taunya in real life emang aslinya populasi muslimah yang lumayan banyak itu pada bahagia tiada Tara kalo pake jilbab, bukan karena menaati perintah dan kewajiban saja. Inget deh di perpustakaan sekolah jaman SMP, ada satu buku khusus yang merangkum pengalaman puluhan seleb yang (katanya) sangat bersyukur dengan jilbabnya.

Rasanya aneh banget pas baru denger hal seperti itu. Gimana bisa mereka yang ibaratnya newbie dalam dunia perhijaban segitu senengnya, sedangkan aku yang udah terbiasa mengenakannya sejak bayi malah flat-flat aja? Heran gw dengan fenomena macam begini!

Aku tanya temen di kostan kenapa bisa sampai gitu, secara aku pribadi kayaknya hampir nggak pernah ada perasaan senang, bahagia, atau apalah selama berhijab. 

"Pakai hijab itu kan kebanggaan," jawab temanku tadi malam.

"Koq bangga ya? Aku sih nggak pernah ada perasaan gitu, padahal udah pake dari kecil," tanyaku lagi.

Beneran, di mana sih letak kebanggaannya? Aku sih boro-boro bangga, yang ada malah 'bagai kerbau dicucuk hidungnya'!

"Soalnya nggak semua cewek mau pake jilbab," jawabnya lagi. 

Pernyataan temanku ini sangat kubenarkan. Valid koq bahwa nggak semua cewek, terutama yang beragama Islam, mau mengenakan hijab. Karena aku pun demikian. Meskipun perasaanku tidak enak, mau tak mau harus kukenakan karena kedua ortuku keras soal pakaianku.

Tetep aja jawabannya temenku itu masih kerasa ganjel buat aku. Dengan kita sebagai yang sudah memakainya, kita jadi bangga karena tidak semua wanita muslimah bersedia berjilbab? Mereka itu baru mengenakannya pada usia dewasa. Halo, apa kabar denganku yang sejak balita saja sudah mengenalnya? 

Sejak kecil, kalo liat anak" perempuan lain yang lebih 'merdeka' soal berpakaian, aku selalu bertanya kepada diriku sendiri, dalam hati : mengapa aku harus menjadi yang beda dari mereka? Makanya kaget bingitz, lha koq orang-orang yang baru pakai jilbab setelah umur dewasa bisa segitu senengnya, dan juga bangganya kayak yang menang lotere sekian miliar aja. Aku yang sedari kecil pake aja rasanya susah banget buat bayangkan jadi orang yang bangga pakenya. Membayangkan hadirnya perasaan bangga dengan pakaian seperti itu saja sudah nyaris mustahil bagi sayah, apalagi merasakannya beneran? 

Wednesday, August 24, 2022

Gara-gara Singkatan-singkatan

Catatan 23 Agustus 2022

AIS = aku ikan suka
IPJ = ikan paus jomblo
MSK = miskin suka kain
MSI = miskin suka ikan
SKS = suka kisah singgung
KSJ = kisah sejati jomblo
MBB = masjid baru bagus
SOS = sosis orang sirik 

Singkatan-singkatan di atas sebenarnya ditulis oleh sepupuku di buku tulisku waktu kami berdua masih SD. Ketika musim liburan sekolah sudah usai, dia tentu saja kembali ke rumahnya. Setiap kali dia berlibur di rumahku, dia biasa menulis atau menggambar di kertas atau buku tulis khusus untuk mencorat-coret. Jika dia sudah tidak lagi di rumahku, aku sengaja menyalin banyak tulisannya di sebuah buku tulis lainnya yang juga khusus supaya karya-karyanya itu tidak tercecer, kali ini kegunaannya adalah untuk "mengumpulkan" hasil karyanya.

Alih-alih memasukkan tulisan-tulisannya yang asli ke dalam sebuah buku, aku menulis ulang hasil karyanya sambil mengoreksi ejaannya yang masih kurang huruf atau salah huruf. Maklum, dia ini adik kelas alias "dekel" yang berbeda satu angkatan di bawahku. Bukan hanya perkara ejaannya saja, kadang maksud dari kalimat yang dia tulis itu sulit dimengerti, kecuali aku mengingat-ingat ketika kami membahas apa yang dia tulis.Kalau sudah memahami maksud dari tulisannya, ketika kusalin 

Ubahlah Persepsi Atas Diri Sendiri!

Catatan 12 Januari 2024 Setelah aku konsultasi dengan psikiater pada akhir Desember tahun kemarin, hari ini aku akan lanjut ke sesi ketiga t...