Friday, July 1, 2022

Menghibur Diri Janganlah Sampai Membuat Lupa Diri

Catatan 1 Juli 2022

Kata pamanku, adik bungsunya Papa almarhum, aku ini terobsesi dengan insiden kelinci. Ya, beliau memang benar karena aku terus saja mengaitkan banyak hal dengan peristiwa lama tersebut. Sekali saja menemukan kata "meninggal/mati", "membandingkan", "menyamakan", atau "tidak etis", ingatanku segera terpicu akan insiden tersebut. Efek samping dari kisah itu berlangsung lama sekali dan baru terpecahkan cara untuk mengobatinya ketika sudah lewat dari sepuluh tahun kejadiannya.

Mengapa kesedihan itu bisa berlangsung lama, lama, lama sekali? Salah satu faktor yang kuketahui adalah kurang terbukanya aku dengan orang lain untuk mencari solusi untuk mengatasinya ketika kejadian itu masih baru atau agak baru. Ketika aku diam-diam menangisi peristiwa itu di sekolah saat kelas V SD lalu seorang kawan perempuan memergokiku menangis, bukannya menceritakan kisah yang sebenarnya, malah beralasan "kelinciku mati". Padahal waktu itu kami sedang berada di bulan puasa Ramadlan, kok aku malah berbohong?

Baiklah, mungkin pada saat itu aku tidak sepenuhnya berkata bohong. Pada saat kelinci itu mati, aku memang sedih, yang tentunya tidak akan melebihi rasa kehilangan anggota keluarga yang sebenarnya. Akan tetapi, ketika tertangkap basah sedang menangis itu, bukan lagi kematian kelinci peliharaan itu yang menyebabkannya. Seperti yang sudah sering kuceritakan, tangisan itu muncul sebab tingkat insecure diriku ini tinggi sekali, karena mencurigai bahwa aku ini orang bodoh, sebelum akhirnya berkonsultasi dengan psikolog.

Ditambah pengalaman memang sering dikatai "bodoh" oleh banyak teman sekelas karena aku juga banyak tidak mengerti Matematika, aku berusaha menutupi rapat-rapat kisah nyata itu. Oleh karena itu, bukannya jujur menceritakan tentang peristiwa itu, malahan memilih untuk mengada-ada dengan cerita yang lebih mudah untuk diterima oleh orang banyak. Alhasil, kesedihan itu belum juga benar-benar terobati, padahal belum tentu juga si kawan itu akan mencemooh atau merespon dengan buruk jika saja kuceritakan yang sebenarnya. Kesalahanku yang serupa alias "same energy" dengan kejadian di sekolah tadi itu adalah ketika acara halalbihalal bersama keluarga besar plus ART pada saat aku kelas V.

Ini sudah pernah kubahas pada catatan tahun 2021 lalu. Ketika aku curhat pada seorang ART pada acara halalbihalal tadi, aku hanya menceritakan bahwa aku hanya merasa bodoh saja, tanpa membahasnya lebih jauh. Padahal nasihatnya sangat menyentuh, sayangnya sering terlupakan karena tidak masuk ke inti masalahnya. Hal itu bisa terjadi karena belum adanya keberanian untuk mengisahkan tentang peristiwa itu dengan jujur karena khawatir akan semakin dianggap aneh oleh orang lain. Karena terlalu banyak merasa rendah diri dan bukannya percaya diri, tidak lagi dapat mengingat kelebihan dari diriku sendiri dan lupa dengan perkataan banyak orang yang membesarkan hatiku.

Bukti dari diriku sebagai pengidap OCD adalah terlalu terpaku dengan tokoh yang sudah menjadi tokoh idola sebelum insiden itu terjadi, nama ini sudah tidak asing lagi : Danny Phantom! Sebagai penghilang rasa tertekan akibat rendah diri yang teramat hebatnya, malahan kututupi perasaan tidak menyenangkan itu dengan canda tawa seputar si tokoh dengan inisial DP itu. Tanda yang paling jelas bahwa aku sudah kecanduan Danny Phantom itu adalah sering sekali tertawa kencang ketika memandangi gambarnya. Itu kulakukan dengan banyak mengkhayalkan berbagai skenario lucu agar tidak terus menerus terpikirkan soal insiden kelinci itu. 

Dengan menghindari pemecahan masalah yang sebenarnya, malah memberikan macam-macam dampak buruk dari ketertarikanku kepada Danny Phantom yang tidak sehat. Dari seringnya mengkhayal kisah-kisah gila mengenai DP, malah aku justru yang dikira gila oleh banyak teman karena sering tertawa sendiri tanpa sebab yang jelas. Keluarga dan teman jadi bosan bahkan mungkin muak dengan sang karakter pahlawan super itu karena selalu kubawakan tanpa henti. Malahan tokoh itu menciptakan tekanan batin yang baru karena dia kurang terkenal sehingga sulit untuk ditemukan barang-barangnya, tidak seperti Spongebob. 

Bakat menggambarku jadi tidak dapat berkembang dengan optimal karena terus berputar-putar dalam melukiskan Danny Phantom. Sampai-sampai bapak wali kelasku saat itu berkata, "Jangan menggambar tokoh kartun yang sudah ada terus dong. Sesekali ciptakanlah tokoh buatanmu sendiri." Akupun merindukan saat-saat dahulu ketika ideku masih mengalir lancar, tidak buntu seperti itu. Mendadak otakku berhenti menghasilkan ide untuk menggambar di luar DP saat masih suka dengan dia. 

Karena rasa yang mungkin adalah trauma akibat Insiden Kelinci selama ini tidak segera benar-benar teratasi, kemudian menjadi semakin sulit untuk diobati hingga bertahun-tahun lamanya.

Menghibur diri dengan minat dan hobi memang baik untuk dilakukan, akan tetapi jagalah agar tidak menguasai pikiran kita dan berusahalah untuk jujur dalam mengungkapkan perasaan kita supaya mudah mencari jalan keluar dari masalah dengan jitu.


No comments:

Post a Comment

Mengenang Kembali Karakter Anime Berambut Hijau Mint: Martina Zoana Mel Navratilova

Catatan Rabu, 20 November 2024 Ada kalanya, sebuah kenangan masa kecil kembali muncul begitu saja, membawa kita ke waktu yang lebih sederhan...