Showing posts with label Backstory time. Show all posts
Showing posts with label Backstory time. Show all posts

Sunday, January 22, 2023

Iblis Menurut Kacamata Agama vs Kacamata Budaya Populer

Catatan 14 Januari 2023

Meskipun catatan ini baru diposkan pada tanggal 22 Januari 2023, ini adalah salinan dari catatan di buku pada tanggal 14 Januari 2023.

Selain Insiden Kelinci, dalam hidupku pernah juga mengalami “Insiden Iblis”. Hanya saja, insiden yang kedua disebut ini (walaupun secara timeline kejadiannya lebih duluan daripada Insiden Kelinci) memang kalah impactful (pengaruhnya kurang) daripada yang pertama disebut. Namun, bukan berarti insiden itu kurang memorable, karena aku selalu kepikiran lagi Insiden Iblis ini setiap kali ada niat pengen ulas manga “Crimson Prince” karya Souta Kuwahara, terbitan Elex Media Komputindo. Pasalnya, ini adalah salah satu dari sekurang-kurangnya dua manga yang aku tahu tentang iblis yang digambarkan sebagai makhluk gagah dan tampan, juga mereka ini tidak selalu jahat dalam cerita mereka.

Tenang saja, Insiden Iblis ini bukan melibatkan iblis yang sungguhan, sama sekali tidak, lho, ya! Insiden ini kejadiannya pas kelas 5, kurang dari sehari sebelum Insiden Kelinci. Pantas saja Insiden Kelinci ini terasa begitu membekas, karena didahului oleh banyak peristiwa yang damage-nya lumayan gede, salah satunya Insiden Iblis ini. Sejak usia belum baligh, ternyata aku ini banyak melontarkan kalimat yang kontroversial, ya?

Insiden Iblis ini terjadi tepat satu hari sebelum Insiden Kelinci (walaupun kurang dari 24 jam). Kejadiannya pada hari terakhir bulan Sya’ban 1429 yang jatuh pada tanggal 31 Agustus 2008 (sejujurnya aku malas ngapalin kalender Hijriyah, tapi otomatis aku apal karena hari itu tepat sebelum hari pertama bulan puasa pada tahun tersebut). Pada tahun 2008 memang sangat mudah untuk ngapalin kalender Hijriyah, karena nyaris bertepatan dengan kalender Masehi. Insiden Iblis ini kira-kira terjadi pada siang atau sore hari, sedangkan Insiden Kelinci terjadi pada saat keluargaku makan sahur hari pertama Ramadhan.

Oke, langsung saja ke inti cerita dari Insiden Iblis ini! Berawal dari suatu judul manga dalam Majalah Manga Cherry edisi 01 tahun 2005, terbitan M&C! Comics, yang mengisahkan tentang seorang gadis dengan pacar atau crush yang merupakan seorang iblis. Sayangnya aku lupa judul manganya, tapi masih ingat betul plotnya. Mereka ini udah sahabatan sejak kecil, si cowoknya itu bilang dia nanti bakalan kelak jadi kuma yang dalam bahasa Jepang artinya “beruang”, si ceweknya ini padalah salah denger, padahal cowok itu bilangnya akuma, yang artinya itu “iblis”.

Dalam kisah tersebut, cowok tadi itu bukanlah makhluk yang jahat apalagi menakutkan, ganteng en gagah banget malahan. Oleh karena itu, pada hari Insiden Iblis itu terjadi, aku menyebut tokoh favoritku Danny Phantom itu adalah sebagai iblis. Berhubung Danny Phantom ini spesiesnya manusia yang bisa bol-bal berubah jadi hantu, teman-teman jaman SD nyebut karakter itu adalah “setan”. Makanya aku sebut dia iblis, karena iblis ini lebih kuat daripada sekedar setan.

Aku lebih merujuk kepada toko iblis yang ganteng dan gagah tapi belum tentu jahat di manga tadi, ketimbang iblis yang digambarkan secara tradisional yang jahat dan menakutkan. Sayangnya, ketika almarhum Papah mendengarnya, bagi beliau tidak ada penggambaran iblis selain yang secara konvensional. Hanya ada iblis yang membangkang, tidak mau bersujud kepada Nabi Adam as. Tidak ada yang lainnya!

“Istighfar sebelas kali, iblis itu musuh manusia nomor satu!” seru Papah.

Kalau iblis yang itu sih aku juga setuju jika dia harus dimusuhi. Akan tetapi, iblis yang satu ini beda. Meski telah kujelaskan bahwa iblis yang kumaksud adalah Danny Phantom, bukan makhluk yang aslinya, beliau memang tidak oke dengan pernyataan tersebut. Wajar saja jika mahkluk gaib tersebut dipandang buruk, karena yang digunakan adalah kacamata agama.

Akan lain ceritanya jika iblis dipandang menggunakan kacamata pop culture. Seperti dalam anime atau kartun, iblis ini boleh jadi personality-nya malah bertolak belakang dengan penggambaran pada umumnya, dalam kisah tertentu malah sifatnya itu lebih baik daripada malaikat! Oh ya, dua manga yang menceritakan iblis sebagai makhluk yang belum tentu jahat adalah Crimson Prince dan yang kuma/akuma tadi. Lalu ada tokoh King yang merupakan iblis nan imut dan gemoy dari serial animasi Disney kekinian, The Owl House.

King, makhluk yang aslinya raja iblis tapi sudah dilemahkan/dijinakkan karena dia kehilangan mahkotanya, dari serial animasi "The Owl House". Malah lebih mirip anjing atau anak serigala, kan?
Sumber gambar : https://theowlhouse.fandom.com/id/wiki/King


Maou Sadao, mantan raja iblis dari anime "Hataraku Maou-sama". Sama sekali nggak kayak iblis biasa, kan? Sumber gambar : https://cdn.idntimes.com/content-images/duniaku/post/20191030/maou-sadao-ebf6484e55e63431f1869d5006f01491.png


Ya, lagi-lagi soal perbedaan sudut pandang yang menjadi akar dari masalah dalam Insiden Iblis ini. Hampir sama kayak Insiden Kelinci. Apalagi timeline terjadinya kedua insiden itu juga mepet, terlalu berdekatan karena nggak nyampe sehari. Hanya dipisahkan dengan hitungan jam. Apabila periodenya hampir bersamaan, bisa jadi faktor penyebabnya juga tidak jauh berbeda karena otakku ini masih menggunakan mindset atau pola pikir yang sama.

Ada satu pertanyaan dalam membandingkan dua insiden yang menuai kontroversi dalam masa pra-remajaku ini: mengapa Papah tidak menyuruhku istighfar pada Insiden Kelinci, tidak seperti pada Insiden Iblis?

Pada Insiden Iblis ini wajar, sangat wajar apabila beliau menyuruh istighfar sebelas kali, karena aku memang sering berkata hal-hal yang (kata banyak orang) kurang masuk akal sehat. Tetapi, yang aneh itu kenapa pada insiden yang terjadi selanjutnya itu tidak ada perintah seperti itu dari beliau?

Insiden Iblis –> suruh istighfar 11x

Insiden Kelinci –> tidak disuruh istighfar sama sekali?

“You have a hard childhood,” kata Fariz, adikku yang bungsu, ketika aku menceritakan Insiden Kelinci.

Buat yang belum tau, quote dari adik bungsuku di atas itu artinya adalah, "Kamu (di sini konteksnya itu tentang aku) punya sebuah masa kecil yang sulit".

Wednesday, September 14, 2022

Asal Mula Como Girls (Lalu Jadi Karakter Topi Produksi Perusahaan)

Catatan 14 September 2022

Meskipun aslinya tokoh Como Girls itu cuma cocoretan aja, nggak ada niatan buat dijadiin tokoh komik, cerita di balik cocoretan ini lumayan penting. Kira-kira beberapa tahun atau bulan sebelum menggambar geng enam cewek itu, aku pernah dikasih satu set alat tulis sekolah merek Pen Power. Di sebuah iklan departement store terkenal di majalah jadul juga tertera foto-foto produk dari merek tersebut, ada tas sekolah, tempat pensil, penggaris, dan lainnya. Jadi, judul komik itu diambil dari merek alat tulis itu tadi. 

Ciri khas dari merek Pen Power ini adalah melibatkan karakter rip-off dari Winnie The Pooh! Nggak percaya, kan? Aku nggak inget semua karakternya, cuma tokoh utama dari casts itu yang aslinya beruang kuning, digantikan panda raksasa dan tiruan dari tokoh Tigger jadi ditambahin pusar serta perutnya lebih buncit daripada yang aslinya. Makanya ada satu member Como Girls yang pake baju bare your midriff itu karena niruin si tokoh Tigger imitasi itu, namanya Fena. 

Fena ini banyak pake warna kuning di bajunya, rambutnya juga pirang. Semestinya rambutnya juga oranye seperti badannya Tigger. Oh, ya warna oranye si imitasi ini nggak sepekat Tigger yang aslinya, malah cenderung ke kuning. Mungkin makanya Fena ini rambutnya pirang dan bukannya oranye, ya. 

Lalu, Ega, karakter lainnya yang memakai banyak motif stroberi di pakaiannya, dia ini berdasarkan tokoh panda raksasa gantinya Winnie The Pooh itu tadi. Warna putih dress-nya dan rambutnya yang hitam, diambil dari warna putih dan hitamnya hewan varian beruang tersebut. Bagian merah di pakaiannya, selain karena bajunya tema buah stroberi yang waktu itu emang lagi in, diambil dari bajunya Winnie The Pooh. Jika tokoh beruang kuning itu pake warna merah buat bajunya, sebaliknya tokoh ini pake warna itu di celana panjangnya, yang outfit ini diilhami dari pakaiannya sepupu.

Trus, ada satu member Como Girls yang mungil, pake baju banyak warna pink. Namanya agak-agak kurang umum, yaitu Winalda. Inspirasinya dari tokoh Piglet yang emang badannya paling kecil kedua setelah tokoh Roo, anak kanguru dari kartun yang sama. Aku lupa dalam versi Pen Power, Piglet ini diubah jadi kayak gimana, yang pastinya nggak akan plek ketiplek sama dengan versi Disney. 

Mayana, satu dari dua member Como Girls yang pake celana panjang dan juga yang nggak pake rok, kayaknya diinspirasi Eeyore si keledai. Lengannya diikat menjadi pita, mirip ekornya Eeyore yang diikat pita dan ditancapkan ke badannya. Baju atasannya Mayana biru muda, mirip dengan warna tubuhnya Eeyore yang keabuan. Rambutnya Mayana juga hitam seperti Eeyore. 

Member pirang lainnya, yaitu Sherly, kayaknya inspirasinya tokoh Rabbit. Bajunya berupa dress banyak warna kuning kayak badannya Rabbit. Ironisnya, motif pakaiannya Sherly ini pake motif babi, bukannya kelinci. Motif babi itu menirukan motif karakter babi Monokuro Boo yang pada tahun itu lagi happening, juga masih mengambil ide dari pakaiannya sepupuku. 





Monday, September 5, 2022

Petualangan Lintas Fandom

Catatan 5 September 2022

"Setiap hari adalah waktu yang tepat untuk mengatakan pada diri kita sendiri Biarkan petualangan dimulai."


He-he-he, kira-kira apa ya petualangan yang akan kujalani? Untuk sebulan terakhir ini kegiatanku kan hampir selalu cuma ke kantor karena lagi magang! Awalnya sih emang iya perjalanan dari rumah, cari kostan, terus ke kantor itu kayak petualangan. Tapinya lama-kelamaan menjadi rutinitas, nggak kayak petualangan lagi.

Eits, petualangan nggak harus berupa perjalanan sungguhan! Bisa juga berupa "petualangan" lintas fandom, yang artinya aku coba nonton acara animasi baru. Setelah beberapa bulan ke belakang aku mulai nonton beberapa episode pertama The Ghost and Molly McGee, akhirnya tiga hari yang lalu aku mulai suka kartun itu. Soalnya itu kartun baru rilis, makanya penasaran gegara "diracun" banyak fan art dari kartun tersebut.

Begitu aku mulai nonton episode pertamanya aja udah ketemu sama adegan banyak hantu (judulnya ada pake kata 'ghost', artinya kan hantu). Dari banyaknya hantu, ada satu yang beda sendiri dan ini penampilannya emang serem, warnanya hampir item semuanya dan dia ini tinggi banget! Entah kenapa, aku malah jadi penasaran sama tokoh hantu yang satu itu, padahal dia cuma diem aja, nggak ngomong samsek. Baru tau tiga hari ke belakang bahwa namanya itu The Chairman.

Pas tanggal 1 nya, malem sebelum bobo aku tetiba kepikiran ide yang aneh (ah, aku kan udah langganan pikiran absurd)! Kepala aku malah muncul pertanyaan gini : gimana kalo Frank Wynn alias Mr. Wynn pake penampilan kayak The Chairman? Jadi besoknya di kantor, aku langsung aja eksekusi ide itu di kantor dan hasilnya made much different for my emotional state! Awalnya kan pas minggu terakhir bulan Agustus lalu, udah bosen magang nggak tau mau bikin gambar apa lagi. 

Begitu coba bikin gambar Mr. Wynn pake outfit-nya The Chairman, jadi keisi penuh semangat yang udah mulai loyo. Habis itu coba searching gambar-gambar tokoh hantu hitam itu, ternyata ada versi chibi-nya di serial kartun Chibi Tiny Tales, gemoy abis dah! Ketemu juga satu fan art yang barengin itu hantu sama banyak tokoh-tokoh antagonis dari berbagai serial animasi lain yang lagi atau masih ngehits. Jadi pengen coba gambar Mr. Wynn cosplay pake outfit tokoh-tokoh antagonis utama lainnya juga, nich!

Dengan coba eksplorasi kartun-kartun yang belum jadi kesukaan, serasa petualangan lintas fandom! Kalo udah gini jadi mulai terpecahkan art block di kepala dan semangat ter-charge hingga penuh!

Bukannya tokoh protagonis (ini kebiasaan aku, malah lebih tertarik dengan antagonis) yang menyita perhatian aku. 

Gambar di atas ini dapat juga dilihat di sini

Wajah The Chairman yang aslinya, nggak terlalu nyaman buat dipandang, ya?

The Chairman yang versi chibi, gemoy, imoet, uchul

Monday, August 22, 2022

Satu Hal (Lagi) yang Bikin Pen Power Terus Kepikiran

Catatan 21 Agustus 2022

Concept art paling pertama dari Como Girls, yaitu nama clique atau geng enam tokoh utama dari komik Pen Power itu, berada dalam sebuah buku tulis yang menurutku cukup memorable, walaupun tidak ikonik banget. Karena itu buku tulis sebagai suvenir dari sebuah merek obat yang Mamahku jual ketika beliau masih menjadi apoteker pada tahun 2008 lalu. Bahkan mereknya juga aku masih ingat, yaitu Funzela. Dalam buku tersebut, banyak juga karyaku yang lainnya bersama karya dari adikku yang terbesar.

Hanya gegara satu member Como Girls (waduh, udah macam girlband aja nich) yang pakaian utamanya kelihatan pusar dan karyaku itu bikin aku nyesel nggak ketulungan, pada tahun itu aku malah mengabaikan buku itu. Tidak benar-benar kubuang sih bukunya, hanya kubiarkan saja buku tulis itu bertumpuk bersama barang-barang lainnya yang sudah tidak lagi terpakai di dalam sebuah dus. Satu barang lainnya yang paling kuingat juga menghuni dus tersebut adalah satu bantal kecil berbentuk bulat, berwarna biru, bekas aku waktu bayi. Empat belas tahun kemudiannya, tepatnya di bulan Agustus 2022 ini, aku terpikir lagi untuk mencari buku dari Funzela itu, karena aku ingin memotret concept art paling awal dari Como Girls dalam buku tulis itu. 

Dua tahun yang lampau, gudang di rumahku mengalami "pengosongan". Yaitu, sebagian besar barang yang mengisi gudang itu, dijual agar tidak memenuhi ruangan tersebut. Aku jadi gamang, apakah dus berisi buku Funzela, bantal bayi biru bulat, dan banyak barang lainnya itu ikutan terjual? Harus cek lagi gudang nih.



Wednesday, August 17, 2022

Karakter Tema Bola Buat Kaus Anak Laki-laki yang Diilhami Trix dan Flix (Plus Karakter Rahasia!)

Catatan 17 Agustus 2022

Kemarin aku iseng-iseng mencari lagi Trix and Flix, tokoh maskot Piala Dunia Euro 2008. Tahun tersebut ternyata sudah berlalu 14 tahun yang lalu, Yach? Oh, ya, tahun ini juga kan merupakan tahun genap, pastinya ada Pildun juga! Hanya saja gegara pandemi, sejak dua tahun yang lalu acara tersebut tidak terlalu ramai lagi seperti tahun-tahun sebelumnya. 

Trix (kiri) dengan kaos putih dan Flix (kanan) dengan kaos merah

Semua maskot Piala Dunia setelah tahun 2008 nyaris tidak kulirik, karena preferensiku lebih ke karakter manusia ketimbang hewan. Betul, hampir semua maskot selain Trix dan Flix berbentuk hewan, kecuali maskot untuk Piala Dunia 2012. Itu pun penampilan tokohnya tidak jauh berbeda dengan "si kembar dari tahun 2008" itu. Nah, tetiba saja aku mendapatkan ide dari si kembar Trix dan Flix itu untuk gambar karakter yang akan dijadikan desain kaos produk untuk anak-anak cowok!

Akan tetapi, mereka bukan maskot Piala Dunia Euro pertama yang berupa tokoh manusia. Mereka sudah didahului oleh Kinas, maskot dari Euro 2004.
"Berbeda dari Maskot sebelumnya, di Euro 2004 karakternya bukan binatang melainkan seorang anak yang bernama Kinas." 

Sumber quote : https://jurnalsoreang.pikiran-rakyat.com/olahraga/pr-1012018038/mengenal-11-maskot-piala-eropa-euro-dari-masa-ke-masa

Ditambah tempo hari aku melihat boneka trenggiling (yang ternyata bernama Fuleco) maskot Piala Dunia tahun 2014 di dasbor angkot yang kunaiki untuk berangkat ke kantor, semakin mantap saja ideku untuk membuat karakter yang mirip dengan maskot Piala Dunia..

Selama hari-hariku magang, aku kepikiran begini, "Aku sudah banyak menggambar karakter desain kaos untuk anak-anak perempuan, bagaimana untuk anak-anak yang lelakinya?" Pulang dari kantor, kuamati anak-anak yang tinggal di sekitar, ternyata anak-anak lelaki itu lebih suka mengenakan kaus bola ketimbang yang bergambar karakter. Akan tetapi, rasanya kurang adil dan kurang pas jika hanya berpusat di gender perempuan untuk target pasar usia anak-anak saja untuk produk yang akan kubuat ini. Ide segar menghampiri kepalaku : buat saja kaus bergambar karakter yang terinspirasi maskot Piala Dunia, terutama Trix dan Flix! 

Jika menggunakan karakter aslinya, pasti akan kena hak cipta (copyright)! Untuk mendapatkan izin atau lisensi menggunakan karakter seperti itu secara resmi, layaknya buku-buku tulis sekolah, akan jauh lebih ribet daripada menciptakan karakter sendiri. Apalagi aku sudah pernah membuat sendiri tokoh anak lelaki kembar, yaitu Edward dan Edmund. Psst, mereka ini masih sepupunya Davina, salah satu karakterku yang kujadikan desain kaus untuk anak perempuan! 

N. B. : Edward dan Edmund ini adalah "gender flip" dari karakter anime perempuan di sandal jepit dari merek yang obscure (kurang terkenal), yang pernah kusebut "Danny Phantom".

Mengapa Aku Bisa Segitu Terobsesinya dengan Danny Phantom?

Catatan 16 Agustus 2022

Danny si tokoh utama dalam wujud hantu baik untuk memberantas hantu-hantu lainnya yang bersifat jahat!


Topik ini adalah salah satu ide yang muncul dari lautan ide di kepalaku, juga yang paling sering menonjol ketimbang ide-ide topik lainnya. Orang-orang yang mengenalku sejak dulu atau teman-teman lamaku pastinya bertanya, "Apa sih yang bikin Hanna (namaku) terobsesi dengan Danny Phantom?" Dia memang pahlawan super dalam ceritanya, tetapi tetap saja bukan yang sohor macam Spiderman, Batman, atau Superman. Secara fisik, dia memang termasuk tokoh kartun laki-laki yang good-looking dan itu jarang buat tokoh kartun Amrik, hanya saja tentu masih termasuk "B aja" daripada berbagai superhero yang jauh lebih populer.

Hal yang membuat mereka semakin bertanya-tanya adalah sikapku yang segitunya terkunci olehnya ketika kelas IV bahkan hingga VIII, empat tahun cuy! Jika menggambar, yang digoreskan di atas kertas itu 90% kemungkinannya adalah fan art dari sang tokoh manusia setengah hantu itu. Kalo nyarita (ngomong), topiknya gak akan jauh-jauh dari si remaja cowok yang memiliki rambut putih ketika berubah wujud menjadi hantu super. Sampai-sampai adikku yang terbesar aja ngambek, bosen katanya. Weleh-weleh.

Saking terikatnya aku sama Danny Phantom, sampai-sampai kalo nemu orang atau gambar yang seksi-seksi itu aku sebut mereka pake nama dia. (Duuh, kasian amat Danny, sampai "dinistakan" oleh seorang fangirl yang fanatik!) Bisa baca di link bawah ini nih kisahnya :


Bahkan, aku sampai ingat tanggal "peresmian" diriku sebagai fan dari Danny Phantom : 16 Januari 2008! Empat belas tahun yang lalu, malah udah lebih, coy! Begitu udah ngelewatin tanggal 16 di bulan Agustus ini, buru-buru aku tulis topik ini. Catatan ini sebenarnya dituliskan pada hari setelahnya, yaitu pada Hari Kemerdekaan RI, karena di hari libur ini aku baru punya waktu untuk menuliskannya.

Jadi, ada apa sebenarnya dengan Danny Phantom? Seperti yang sudah kuceritakan pada catatanku yang lalu, aku menenggelamkan diriku dalam kubangan segala hal mengenai DP untuk mengobati kesedihanku akan insiden kelinci (tapi gagal). Tetapi, hal itu masih belum sepenuhnya menjawab pertanyaan tadi dan malah menyisakan pertanyaan baru : Mengapa Danny Phantom yang dipilih, bukan tokoh kartun lainnya yang jelas-jelas lebih terkenal, seperti Avatar Aang?

Rasa suka ini sudah dimulai sejak kurang lebih dua tahun sebelum tanggal resminya aku menjadikan Danny Phantom sebagai tokoh kartun idolaku. Berarti aku sudah mulai timbul rasa cinta kepada orang setengah hantu itu sejak kelas II SD semester II, ketika acaranya mulai tayang di televisi nasional pada awal 2006. Akan tetapi, saat itu belum terlalu tertarik dengan karakter cowok apapun, waktu itu aku lebih demen ngikutin kisahnya Helga Pataki dari Hey Arnold dan Vicky The Babysitter dari The Fairly Odd Parents. Kalaupun ada tokoh cowok yang kusukai, waktu itu anehnya malah lebih kepincut sama Suneo dari Doraemon (iya, Suneo yang mulutnya mancung) karena lore-nya tokoh itu lebih mudah kucerna saat itu ketimbang Danny Phantom.

Satu tahun kemudian, saat aku sudah kelas III SD, pada akhir tahun 2006 aku menginap di rumah sepupu (keluarga abangnya Papah) di Cirebon. Mereka punya satu majalah anak-anak Kids Fantasi yang mengulas Danny Phantom, aku sampai ingat itu edisi nomor 140. Entah mengapa, mataku tidak henti-hentinya mengedarkan pandangan ke bagian cover depan majalah itu yang tentunya bergambar sang tokoh. Rasanya kayak sekarang aja ke Heinz Doofenshmirtz dan Mr. Wynn, karakter kartun ciptaan sendiri. 

Kira-kira satu bulan sebelum aku fix menjadikan Danny Phantom sebagai tokoh kesukaanku, yaitu pada akhir tahun 2007, aku melihat majalah anak-anak dengan judul lainnya, XY Kids yang mengulas tokoh kartun yang sama. Kali ini adalah majalahnya milik Mayang, sepupuku dari keluarganya Eyang Putri, ini masih di Bandung. Rasa kagum kepada Danny Phantom yang sempat terkubur lama sejak kunjungan ke rumah sepupu di Cirebon, mulai terbangkitkan kembali. Akan tetapi, saat itu belum benar-benar menjadi tokoh kesukaanku karena masih suka sama Swiper dari Dora The Explorer (kayaknya aku ada sedikit ketertarikan sama furries = karakter binatang juga deh).

Kartun Danny Phantom ini lore-nya emang lebih rumit ketimbang berbagai kartun lainnya yang tayang di TV pada era yang sama. Bahkan Phineas and Ferb aja lebih kerasa simpel bagiku alur ceritanya. Kemudian, pada setiap subuh selama beberapa hari sebelum tanggal 16 Januari 2008 itu, aku mulai dapat sedikit menyimak alur cerita Danny Phantom bersama Irsyad, adikku yang terbesar. Dari situlah aku mulai benar-benar mencintai tokoh utama yang bernama sama dengan judul kartun itu.

Tambahan, Papahku almarhum pernah berteori bahwa alasan aku menyukai tokoh fiksi ilmiah itu adalah karena di alam bawah sadar, aku merasakan adanya kemiripan antara Danny Phantom dengan adikku yang terbesar tadi. 

So, kesimpulannya adalah aku bisa segitu cintanya kepada Danny Phantom adalah karena banyaknya asosiasi dengan saudara-saudaraku, baik itu saudara kandung sendiri (adikku yang terbesar) maupun saudara sepupu. Dengan mengaitkannya dengan banyak anggota keluargaku, sang tokoh kartun memberikan aku kenyamanan. 





Ubahlah Persepsi Atas Diri Sendiri!

Catatan 12 Januari 2024 Setelah aku konsultasi dengan psikiater pada akhir Desember tahun kemarin, hari ini aku akan lanjut ke sesi ketiga t...