Wednesday, August 31, 2022

Kewajiban yang Tidak Kusukai, Ternyata Juga Tidak Terlalu Tepat Bagi Aku

Catatan 1 September 2022


Artinya "Menurut psikologi, kamu akan lebih bahagia ketika kamu melakukan banyak hal dari cinta, bukan demi cinta."

Kebenaran dari kutipan di atas sudah terbukti, selama ini hidupku jarang sekali merasa bahagia karena aku hanya melakukan suatu hal yang tidak kucintai agar dicintai Allah SWT (katanya) karena aku taat aturan-Nya dan juga banyak orang lain.

Kutipan tersebut tidak selalu mudah untuk dijalankan, tergantung situasi dan kondisinya. Untuk kasusku, malah aku wajib mengenakan pakaian yang menutupi seluruh tubuhku, itu adalah sesuatu yang tidak membuatku nyaman tetapi harus tetap dikerjakan supaya tetap diterima dengan baik oleh orang-orang sekitar. Misalnya, oleh Mamah dan teman-temanku di kostan. Apa boleh buat, kewajiban memang tidak pernah memikirkan apakah pelakunya itu merasa nyaman atau tidak ketika menjalankannya.

Boleh dibilang, aku ini bisa jadi sebagai "people pleaser". Karena, aku biasa melakukan sesuatu, terutama mengenakan jenis pakaian tertentu supaya aku diterima keluarga dan teman-teman. Sebenarnya hampir tidak pernah (kalau bukan tidak pernah sama sekali) merasa happy jika mengenakan jilbab. Demi menghindari kemarahan Tuhan dan orang-orang tersebut, mau tidak mau harus kujalani hidupku yang seperti ini, meski rasanya tercekik setengah mati.

Semakin ke sini, apalagi masalahnya bukan hanya soal aku ini mau atau tidak untuk menutupi aurat. Ternyata sudah berimbas ke perihal ketertarikan lawan jenis! 

"Pakaianmu itu tidak bikin laki-laki bangga gaet kamu!" kata seorang kerabat pada suatu saat.

Pernyataannya itu sudah teruji kebenarannya, dua temanku di kostan yang sama-sama mengenakan jilbab juga mengatakan hal senada buat aku. Memangnya seperti apa sih pakaian yang biasa kukenakan? Ya, hijab, layaknya muslimah pada umumnya di Indonesia saat ini. Ketika teman-teman mengenakan gamis, aku juga memakai yang seperti itu, ketika teman-teman mengenakan rok, aku pun demikian penampilannya. 

Dua temanku tadi itu berhijab, tetapi tetap saja mendapatkan pasangan sudah yang saling mencintai. Bagaimana denganku selama bertahun-tahun lamanya terus berpakaian sesuai dengan syariat dan juga didikan orang tua? Pengalaman asmaraku kontras dengan dua teman cewek tadi. Berarti untuk diriku berlaku sebuah kasus khusus, beda dengan sikon mereka..

Jika banyak wanita yang stay syar'i tetep aja punya pasangan bahkan hingga menikah, nasibku tidaklah seperti itu, meski mengenakan pakaian yang sama dengan mereka. 

"IRL (in real life) yang pakai hijab udah pabalatak (saking banyaknya)!" kata kerabat yang sama dengan perkataan yang tadi.

Hei, hei, hei, buat yang baca jangan kebawa esmosi dulu. Bukan hijabnya yang bikin aku nggak menarik, tapi karena itu adalah hal yang udah saking seringnya di jaman sekarang. Bahkan hijab kayaknya udah jadi stereotip perempuan di Indonesia, deh, secara agama Islam itu mayoritas di sini. Dulu sih karena yang nutup aurat itu masih keitungnya jarang ya makanya kerasanya kayak yang taat banget dan mengagumkan.

Makanya, aku biar lebih gampang buat dikenal orang, harus bisa berpenampilan stand out dari jutaan wanita lokal lainnya. Terlepas dari soal hijab tadi, apapun yang kelihatan indah jika sudah terlalu banyak ya siap-siap aja ada saja yang kurang ter-notice oleh orang lain karena nyaru sama yang lainnya. Kayaknya sih analogi wanita berhijab itu eksklusif juga makin nggak berlaku, karena udah makin generic.

Analoginya begini : ada jutaan bunga mawar di taman, pastinya nggak semuanya bakalan ketangkap mata kita kan? Karena semuanya sama. Coba kalo di antara sekian banyak bunga mawar itu nyempil bunga-bunga lainnya yang beda, semisal bunga bakung atau krisan. Pasti bakalan jauuuuh lebih eye-catching, ketimbang posisi mereka masih ditempati sesama bunga mawar juga.

Nah, jika ada satu atau beberapa bunga mawar tadi yang orang nggak ngeh keberadaannya, sama sekali bukan berarti si bunga itu gak menarik karena dia bunga mawar kan? Begitu juga dengan kasusnya aku di sini, bukan cowok susah tertarik sama aku karena dihijab bikin nggak kelihatan menarik, melainkan karena tidak adanya diferensiasi di penampilan aku. Udah terlalu umum!

Sifat manusia pada umumnya menyukai hal-hal yang unik, beda. Bisa jadi aku harus menjadi "lain daripada yang lain" agar mendapatkan perhatian khusus dari lawan jenis. Tidak semua wanita kelihatan oke dengan kain jilbab di kepalanya dan pakaian yang longgar nan tertutup di badannya, karena sudah 'tertumpuk' dengan hijabers yang bejibun tadi. Kupikir hanya perasaanku saja jika kuanggap diriku ini tidak menarik jika tidak tampil seperti banyak tokoh di budaya populer. 

Selama bertahun-tahun, akhirnya terbukti juga bahwa pikiranku itu benar. Sudah aku ini mengenakan pakaian yang sama sekali tidak membuatku senang, lawan jenis juga tidak ngeh sama aku jika masih memegang kewajiban itu. Bukan kewajibannya yang salah, tapi aku jadi nggak ada pembeda dengan wanita-wanita lainnya. Apalagi konon kewajiban menutup seluruh tubuh ini kurang cocok dengan iklim Indonesia yang tropis, panas dan lembab, makanya banyak bermunculan produk khusus hijab kayak sampo, deodoran, sabun, sampai deterjen yang artinya hijab itu lebih bikin keringatan dibandingkan pakaian konvensional!

Kita sering mendengar bahwa penilaian dari Tuhan itu jauh lebih penting daripada pujian dari makhluk, tepatnya manusia. Tapi untuk mencari pasangan, jelas apresiasi dari lawan jenis juga tidak bisa dikesampingkan! Ini sih sudah akunya gak suka pakai baju yang ketutupan (TBH, aku pengen kelihatan keren kayak banyak tokoh anime), laki-lakinya juga nggak tergerak buat dapet aku yang hijaban, karena udah gak ada keunikannya lagi! Kalau sudah begini, siapa yang senang dengan pakaianku yang gini-gini aja?

Jika aku berpakaian yang terbuka, itu bukan hanya kulakukan demi cinta dari lawan jenis saja. Tapiiii, juga sudah kuidamkan sejak kecil. Bahkan sejak TK, pas setiap pulang dari sekolah aku curi-curi kesempatan buat niru-niru pakaian tokoh-tokoh anime! Nanti deh, aku ceritain pengalaman cosplay abal-abal pas masih umur lima, niruin kostumnya tokoh Marjo dari anime Time Bokan..


Beda Nasib, Beda Solusinya Pula

Catatan 31 Agustus 2022

Sudah pernah kubahas bahwa aku sama sekali tidak pernah bangga mengenakan hijab, pakaian yang menutupi seluruh tubuhku. Belakangan ini baru kutahu, ternyata bukan hanya aku saja yang tidak suka jika mengenakan pakaian seperti itu. 




"Pakaianmu itu tidak bikin laki-laki bangga gaet kamu!" kata seorang kerabat pada suatu hari via chat WA.

Perkataan dari kerabatku di atas itu adalah jawaban dari pertanyaan tentang sebab kehidupan asmaraku yang selalu suram. Aku mempercayai itu, karena kehidupan cintaku begini-begini saja selama bertahun-tahun sebagai muslimah yang (dipaksa) taat. Belum juga pernah merasakan saling memiliki dengan seseorang. Ketika sekian banyak temanku memiliki kisah cinta yang bermacam-macam, kisahku sendiri malah nyaris tidak pernah jadi lebih baik selama bertahun-tahun lamanya. 

Kerabat tersebut memang non-hijaber, jadinya wajar dan maklumlah jika ia memandang seperti itu kepada jenis pakaian begitu. Akan tetapi, semua temanku yang berhijab setidaknya pernah berpacaran satu kali saja. Bukannya kosong melompong seperti aku pengalaman asmaranya. Coba aku uji pernyataan itu dengan teman-temanku di kostan yang sesama hijaber, mereka ini sudah berpacaran lebih dari satu tahun.

"Iya bener, baju kamu itu nggak bikin lelaki mau gaet kamu!" kata temanku yang berpacaran selama dua tahun.

"Bener banget, emang kayak gitu kenyataannya!" Temanku yang lainnya yang sudah berpacaran selama empat tahun menyetujui pernyataan kerabatku itu.

See? Ternyata memang benar-benar tidak menyenangkan bagiku jika memakai hijab. Bukan hanya akunya aja yang gak seneng kalo berpakaian begitu, mereka para lawan jenis juga ikutan gak suka liatnya. Mau taat, tapinya koq jodoh jadi berat?

Padahal dua temanku tadi itu semuanya berhijab dan mereka berdua setuju bahwa pakaianku yang menutup aurat ini, tidak dapat membuat lelaki tertarik. Kondisi ini hanya khusus untukku sendiri, bukan untuk semua wanita muslimah. Buktinya, ketika teman-teman berpakaiannya tertutup, hubungan asmara mereka tetap langgeng. Malahan, banyak teman lainnya yang sudah menikah, padahal mereka semua sama tertutup rapat pakaiannya.

Lalu, bagaimana dengan pakaian yang biasa kukenakan? Ya, hijab biasa saja. Sama seperti yang dikenakan oleh teman-teman, baik di kantor maupun saat masih di sekolah dulu. Namun, sudah ada tiga orang yang mengatakan bahwa faktor pakaian juga berpengaruh terhadap sulitnya aku mendapat pasangan.

Mereka pakai gamis, ya aku juga pakai gamis. Mereka pakai rok, aku pun demikian. Mengapa nasibku bisa berbeda soal asmara, padahal pakaiannya sama? Oleh karena itu, harus kucoba usaha yang berbeda pula dari mereka untuk menggaet jodohku! 

Memang ada banyak faktor untuk menarik lawan jenis, tetapi faktor pakaian juga tidak bisa dielakkan. Nasibku yang berbeda dengan para hijabers lainnya dalam soal pasangan, membuatku harus putar otak lebih keras. Ditambah dengan fenomena di media sosial dengan banjir komentar untuk para wanita yang mengunggah foto dirinya yang seksi, bikin aku makin nggak yakin sama profitnya aku pakai busana tertutup nan tidak seksoy. Lihat saja mereka, banyak cowok yang kasih likes, ingin berkenalan dengan mereka, bilang mereka cantik, minta nomor WhatsApp, dan sebagainya, sebagainya, di kolom komentar!

Dari perkenalan lewat medsos itu, akan tercipta interaksi. Hubungan dapat terjalin itu disebabkan oleh rasa nyaman, kalau tidak pernah berinteraksi ya bagaimana bisa tercipta kenyamanan? Sebelum kita saling nyaman dengan lawan jenis, ya mereka harus ditarik dulu oleh kita biar ada interaksinya. Kalo ternyata nggak nyaman dari interaksi dengan satu cowok, ya setidaknya sudah pernah mencoba.

Sebaliknya, para akhwat yang berjilbab biasanya hanya mendapatkan perhatian dari keluarga dan teman-teman satu circle saja di kolom komentar. Padahal tidak jarang dari mereka yang sudah sesuai dengan standar kecantikan umum. Namun, tetap saja para cowok nyaris tidak ada yang nongol di kolom komentar foto mereka seperti pada kasus yang pertama. Jika interaksinya lagi-lagi dengan keluarga atau besties, ya gimana mau buka interaksi dengan lawan jenis? 

Kalau sudah begini, aku jadi semakin meragukan manfaat dari berpakaian sopan menutup aurat. Seumur hidupku, tidak pernah kurasakan secara langsung manfaat dari memakainya. 


Monday, August 29, 2022

Selamat Jalan, Mischa

Catatan 29 Agustus 2022



Mischa, salah satu dari enam ekor kucing peliharaan keluargaku, mati pada pagi tadi hari ini. Sejak kurang lebih tiga minggu yang lalu, dia memang sudah terserang penyakit. Awalnya, dia mendadak pasif, tidak lagi banyak bergerak seperti kedua saudara jantannya dari satu ibu yang sama. Ternyata dia memiliki abses di lehernya, kemudian pecah.

Setelah kami bawa ke dokter hewan dan kami berikan obat untuk abses yang pecah dan terus mengeluarkan nanah itu. Luka dari abses yang pecah itu mengering, tapinya lukanya malah jadi pindah ke atas tengkuknya. Setiap pekan aku pulang dari kostan ke rumah, luka yang barunya semakin kering dan menyembuh. Pada malam Minggu terakhir (27/8), kulihat dia sedang terbaring di atas tanah halaman rumahku.

Nyaris tidak ada pergerakan kucing betina berbulu abu-abu kehitaman itu, sehingga aku khawatir dia tergilas oleh roda motor ojek online yang mengantarkanku dari kantor ke rumah. Untunglah dia waktu itu tidak sampai tergilas, tetapi dia kelihatan lemas sekali dalam posisi loafing sehingga kesulitan untuk berjalan masuk ke dalam rumah kami. Mamahku membawanya masuk. Di situ aku takut dia mati kedinginan di luar, tetapi akhirnya dia benar-benar mati pada tadi pagi lusanya. 

Minggu malam kemarin (28/8), Mischa sudah semakin dekat dengan kematian. Dia tidak mampu lagi untuk berjalan, hanya mengedipkan matanya saja pergerakan yang masih bisa dilakukannya. Badannya kurus sekali, dengan luka kering di tengkuk lehernya yang tersisa. Kedua adikku sudah pasrah saja Mischa tidak akan bertahan hingga esok hari. 

Adik bungsuku Fariz menggerakkan tubuh ringkih Mischa tadi pagi. Seluruh anggota badan tubuh kucing kecil betina itu telah kaku. Tidak salah lagi, dia sudah mati. Rigor mortis, itulah istilahnya. 

Hingga siang harinya, tidak ada orang yang sanggup untuk menggali lubang sebagai kuburan Mischa. Ketika sore, hujan mengguyur. Kami semua pasrah menunggu untuk kucing malang itu dikuburkan pada besok Selasa pagi. Untunglah kucing yang sudah tenang itu dibalut dengan kertas koran dan ditutupi oleh selotip dan lakban oleh Fariz, sehingga diharapkan bangkainya akan tahan busuk hingga besok.

Selamat jalan, Mischa. Maafkan kami jika kami masih banyak kurang tahu dalam mengurus kucing.




Hatiku (Dibuat) Mati Rasa untuk Kematian Hewan

Catatan 29 Agustus 2022

Bagaimana perasaanku terhadap kematian Mischa hari ini? Sedih, tentu saja. Akan tetapi, rasa sedihku akan matinya hewan telah tumpul sejak insiden kelinci itu. Dikhawatirkan perasaan sedihku akan kematiannya hewan memicu tindakan atau sikap apapun yang tidak logis dariku, meski jelas kini takkan lagi seabsurd insiden yang terjadi hampir 14 tahun yang lalu itu. 

Perasaanku kini telah mati jika hewan peliharaanku tidak lagi bersama kami



Kira-kira satu bulan sejak peristiwanya insiden kelinci, terjadi tragedi paling horor, yang pernah kusaksikan langsung tentang hewan peliharaan di sekolahku dulu. Berarti kejadiannya pada bulan Oktober 2008, setelah kami kembali masuk sekolah usai liburan Lebaran di tahun yang sama. Seekor kelinci putih milik sekolah, kehilangan kepalanya dan bagian lehernya tentu saja dipenuhi oleh darah! Dia terbaring, tentu saja tidak lagi bernyawa, di atas rumput sebelah lapangan upacara sekolah.

Seorang teman cewekku, dari beda kelas tetapi masih satu angkatan, tidak tega untuk melihat bangkai hewan mungil yang malang itu. Sebaliknya, aku malah terdiam dan terus memandang hewan yang bernasib mengenaskan itu. Penasaran, ada apakah gerangan dengan kelinci sekolah itu? Air mataku tidak dapat lagi mengalir seperti sebelumnya, ketika seekor kelinci dikabarkan mati pada sahur di hari pertama bulan puasa tahun tersebut.

Kemungkinan kelinci itu diterkam oleh kucing liar yang biasa berkeliling daerah sekolah. Kelinci di sana sengaja diberikan makan oleh petugas di sekolah dan juga anak-anak. Berbeda dengan kucing di sana, mereka tidak dipelihara sehingga nyaris tidak ada yang secara khusus memberikan makanan kepada mereka. Jadinya kemungkinan mereka sedang sangat lapar dan menjadi versi terseram dari mereka ketika berhadapan dengan kelinci sekolah tersebut.

Sejak kesalahanku pada insiden kelinci itu, yang merasakan keheranan atas perbedaan sikap orang-orang antara kematian manusia dan hewan, aku tidak berani lagi untuk merasakan kedukaan atas kematian hewan peliharaan. Aku berusaha untuk menjadi seperti orang lain pada umumnya, yang membedakan kadar kesedihan untuk kematian dua makhluk hidup yang berbeda. Tidak ada lagi perasaan berduka yang menganggap seakan mereka adalah anggota keluargaku sendiri. Perasaan seperti itu hanya untuk anggota keluarga yang sesungguhnya, oleh karena itu tidak akan ada lagi perasaanku yang heran atas sikap semua orang di sekitarku yang tidak bereaksi untuk menanggapi kematian hewan.

Sampai-sampai aku tidak berani lagi untuk memiliki hewan peliharaan selama lebih dari sepuluh tahun, karena saking khawatirnya akan tidak kuasa menahan sedih ketika mereka mati nanti. Jika perasaan sedihku sama besarnya antara manusia dan hewan, mungkin itu akan menjadi hal yang buruk. Kecuali kalau ikan, aku masih sanggup untuk ikut memeliharanya bersama dengan adikku Irsyad. Lagipula, saat itu dia yang lebih antusias untuk memelihara hewan air tawar dalam akuarium itu. 

Bertahun-tahun lamanya kisah insiden kelinci itu agak terlupakan, memori itu kembali mencuat ketika seekor kucing milik tetangga mati pada akhir tahun 2020 lalu. Hampir saja aku merasakan kedukaan yang intens pada hari kematian Meow Cat, nama kucing tetangga yang mati tersebut. Hingga hari ketiga setelah kematiannya, masih saja kurasakan sedih. Aku tidak ingin untuk bersedih dalam kadar yang sama seperti kepada sesama manusia lagi untuk seekor kucing, apalagi itu bukan peliharaan milik kami. 

Oh, ya, sebentar lagi akan tiba tanggal 1 September, ketika insiden kelinci akan menempuh 14 tahun dari tanggal peristiwanya. 

Sunday, August 28, 2022

Diingatkan Kembali untuk Menulis Surat Imajiner Oleh Seorang Tokoh Fiktif

Catatan 28 Agustus 2022

Tadi siang, aku melanjutkan menonton serial Stranger Things season keempat. Acara ini mengingatkan aku agar meneruskan terapi yang sudah lama tidak kujalankan. Surat imajiner! Ya, satu dari enam tokoh utama dalam serial tersebut membuat dan membacakan sebuah surat yang fungsinya kira-kira sama seperti surat imajiner.

Surat yang dibacanya adalah untuk seorang mendiang kakaknya ketika si pembuat surat sedang berziarah ke makamnya. Pas aku melihat adegan itu aku berkata dalam hati, "Ternyata konsep mirip surat imajiner itu udah banyak yang tau." Mungkin justru banyak orang yang sudah familiar dengan jenis surat seperti itu, surat yang seakan ditujukan untuk anggota keluarga yang sudah wafat. Tokoh tadi itu menceritakan berbagai macam peristiwa yang terjadi dalam hidupnya setelah meninggalnya sang kakak, dia tulis itu semua dalam surat untuk sang kakak yang dianggap sebagai 'penerima' dari surat itu.  

Hampir sepuluh tahun sejak wafatnya Papah, aku baru terpikir untuk menceritakan banyak hal yang terjadi dalam hidupku kepada beliau melalui surat imajiner. Psikolog aku waktu itu hanya menyuruhku untuk menuliskan tentang insiden kelinci dalam surat imajiner untuk almarhum Papah. Setelah hampir semua pikiranku tentang insiden itu kutuliskan dalam surat, aku mungkin akan menulis hal-hal lainnya juga dalam surat imajiner untuk beliau. Beliau adalah teman curhatku semasa hidupnya, terutama pada saat aku masih bersekolah di SD.

Saat aku mulai masuk SMP, jarak kami berdua mulai merenggang karena aku lebih banyak mencurahkan isi hati kepada Mamah. Apakah aku jadi bermusuhan dengan Papah? Oh, tentu saja bukan begitu. Pada saat itu, aku mulai suka dengan cowok di kelas dan beliau benci dengan fakta itu, serta jika kubahas hal seperti itu.

Soal asmara, aku lebih aman jika curhat kepada Mamah. Namun, tidak selamanya soal seperti itu aman untuk diceritakan kepada beliau. Semakin lama, kisah dunia percintaanku semakin tidak aman jika terdengar oleh telinga orang lain di luar kami berdua. Jadi, akhir-akhir ini aku membatasi curhatanku kepada Mamah, di usiaku yang sudah lama melebihi duapuluh tahunan, apalagi beliau semakin sibuk saja karena banyaknya pekerjaan.

Dari acara Stranger Things tadi itu, aku memetik sebuah ide : kisah cintaku yang semakin tidak sehat ini sebaiknya dicurhati kepada Papah lewat surat imajiner saja. Karena surat ini tentu tidak benar-benar disampaikan kepada beliau, tentu saja beliau tidak akan memarahiku akibat isinya. Setelah satu kertas habis untuk ditulis, psikolog menyuruhku untuk selalu merobek dan segera membuangnya. Hal itu untuk mencegah isi tulisanku terbaca oleh orang lain, yang dikhawatirkan akan menimbulkan peristiwa yang tidak diinginkan. 





Friday, August 26, 2022

Apa Senengnya Sih?

Catatan 26 Agustus 2022


Sumpah deh, aku heran sama sekian banyak selebriti yang kayak bahagia banget pake jilbab, buat yang tadinya belum. Dulu pernah denger dari almarhum Papah bahwa banyak orang yang merasa senang berhijab, disangka aku, beliau itu cuma untuk ngabibita aja. Eh, taunya in real life emang aslinya populasi muslimah yang lumayan banyak itu pada bahagia tiada Tara kalo pake jilbab, bukan karena menaati perintah dan kewajiban saja. Inget deh di perpustakaan sekolah jaman SMP, ada satu buku khusus yang merangkum pengalaman puluhan seleb yang (katanya) sangat bersyukur dengan jilbabnya.

Rasanya aneh banget pas baru denger hal seperti itu. Gimana bisa mereka yang ibaratnya newbie dalam dunia perhijaban segitu senengnya, sedangkan aku yang udah terbiasa mengenakannya sejak bayi malah flat-flat aja? Heran gw dengan fenomena macam begini!

Aku tanya temen di kostan kenapa bisa sampai gitu, secara aku pribadi kayaknya hampir nggak pernah ada perasaan senang, bahagia, atau apalah selama berhijab. 

"Pakai hijab itu kan kebanggaan," jawab temanku tadi malam.

"Koq bangga ya? Aku sih nggak pernah ada perasaan gitu, padahal udah pake dari kecil," tanyaku lagi.

Beneran, di mana sih letak kebanggaannya? Aku sih boro-boro bangga, yang ada malah 'bagai kerbau dicucuk hidungnya'!

"Soalnya nggak semua cewek mau pake jilbab," jawabnya lagi. 

Pernyataan temanku ini sangat kubenarkan. Valid koq bahwa nggak semua cewek, terutama yang beragama Islam, mau mengenakan hijab. Karena aku pun demikian. Meskipun perasaanku tidak enak, mau tak mau harus kukenakan karena kedua ortuku keras soal pakaianku.

Tetep aja jawabannya temenku itu masih kerasa ganjel buat aku. Dengan kita sebagai yang sudah memakainya, kita jadi bangga karena tidak semua wanita muslimah bersedia berjilbab? Mereka itu baru mengenakannya pada usia dewasa. Halo, apa kabar denganku yang sejak balita saja sudah mengenalnya? 

Sejak kecil, kalo liat anak" perempuan lain yang lebih 'merdeka' soal berpakaian, aku selalu bertanya kepada diriku sendiri, dalam hati : mengapa aku harus menjadi yang beda dari mereka? Makanya kaget bingitz, lha koq orang-orang yang baru pakai jilbab setelah umur dewasa bisa segitu senengnya, dan juga bangganya kayak yang menang lotere sekian miliar aja. Aku yang sedari kecil pake aja rasanya susah banget buat bayangkan jadi orang yang bangga pakenya. Membayangkan hadirnya perasaan bangga dengan pakaian seperti itu saja sudah nyaris mustahil bagi sayah, apalagi merasakannya beneran? 

Wednesday, August 24, 2022

Gara-gara Singkatan-singkatan

Catatan 23 Agustus 2022

AIS = aku ikan suka
IPJ = ikan paus jomblo
MSK = miskin suka kain
MSI = miskin suka ikan
SKS = suka kisah singgung
KSJ = kisah sejati jomblo
MBB = masjid baru bagus
SOS = sosis orang sirik 

Singkatan-singkatan di atas sebenarnya ditulis oleh sepupuku di buku tulisku waktu kami berdua masih SD. Ketika musim liburan sekolah sudah usai, dia tentu saja kembali ke rumahnya. Setiap kali dia berlibur di rumahku, dia biasa menulis atau menggambar di kertas atau buku tulis khusus untuk mencorat-coret. Jika dia sudah tidak lagi di rumahku, aku sengaja menyalin banyak tulisannya di sebuah buku tulis lainnya yang juga khusus supaya karya-karyanya itu tidak tercecer, kali ini kegunaannya adalah untuk "mengumpulkan" hasil karyanya.

Alih-alih memasukkan tulisan-tulisannya yang asli ke dalam sebuah buku, aku menulis ulang hasil karyanya sambil mengoreksi ejaannya yang masih kurang huruf atau salah huruf. Maklum, dia ini adik kelas alias "dekel" yang berbeda satu angkatan di bawahku. Bukan hanya perkara ejaannya saja, kadang maksud dari kalimat yang dia tulis itu sulit dimengerti, kecuali aku mengingat-ingat ketika kami membahas apa yang dia tulis.Kalau sudah memahami maksud dari tulisannya, ketika kusalin 

Iklan-iklan Jadul yang Menghanyutkan

Catatan 24 Agustus 2022

Ya, di satu catatanku yang sebelumnya, iklan es krim Spongebob Squarepants sudah pernah kubahas sebagai iklan yang mendapat cap "Danny Phantom" dariku. Lha, koq Danny Phantom, Khan jelas-jelas produk tentang Spongebob? Untuk lebih jelasnya, bisa dibaca di catatanku yang lalu, ya! Namun, ada satu lagi iklan lainnya yang sama menghanyutkannya bagiku, dari era yang sama dengan mengudaranya iklan es krim dari tokoh kartun ikonik nan beken itu. 

Inilah sosok dari iklan es krim SpongeBob yang ketiban cap Danny Phantom dariku untuk alasan yang sangat tidak masuk akal.


Iklan es krim Spongebob pertama kali tayang pada tahun 2007 lalu. Pada tahun yang sama, tayang pula iklan TeaJus yang dibintangi Mbak Shireen Sungkar waktu masih teenager. Ketika banyak orang antusias dengan Mbak Shireen yang menampilkan kesegaran minuman teh serbuk tersebut, aku koq malah salfok dengan dua orang gadis cilik yang sedang berjemur sambil tengkurap di atas tikar pantai, ya. Atau lebih tepatnya, aku lebih ter-distract oleh gadis cilik yang berbaring di sebelah kirinya, karena bajunya lebih "mengejutkanku".

Karena aku ini sensi kalo ketemu yang beginian, jadinya malah adegan ini yang nempel di kepalaku dari iklan itu! Malahan si temennya yang pake baju renang garis-garis vertikal malah jadi "tergusur" dari ingatanku.


Buat orang biasa, jelas gakan gitu efeknya. Mereka bakalan B aja.

"Itu kan baju renang, wajar kalo kebuka punggungnya."

"Memang setting-nya juga di pantai, udah biasa kalo bajunya kayak gitu."

Tapi buat aku pribadi? It hits so different! Sebagai anak yang dididik keras soal pakaian, aku bukan hanya dilarang mengenakan jenis yang seperti itu! Tapi juga dilarang untuk menonton acara televisi dengan orang yang berpakaian seksi.

Kalau iklan sih susah jadinya untuk menghindari ditonton, karena nggak semua orang ingat akan muncul hal seperti itu dari iklan terkait. Terlebih penayangannya yang secara random, benar-benar di luar kendali kita. Bahkan iklan itu memang tujuannya untuk mempromosikan produk, tentu akan ditayangkan secara rutin. Iklan yang begini bisa lebih sulit dihindari daripada nonton anime, gak peduli kita lagi nonton acara yang aman, iklan itu tetep aja berseliweran.

Entah mengapa iklan yang begituan malah bikin aku penasaran untuk sengaja cari iklan itu di YouTube.

Malahan saking distracting-nya, aku sampai lupa yang lagi tengkurap itu BERDUA, bukan SENDIRIAN. Selama bertahun-tahun sebelum aku mencari iklannya di YouTube, aku cuma ingat dengan si backless yang berada di kiri. Entah mengapa, karena pelarangan yang ketat untukku menyaksikan acara macam begitu, malah justru jadi merasa dihanyutkan oleh iklan TeaJus dan es krim Spongebob. Ini beneran bukan soal "engas" sama bocil, karena saya saat itu seumuran dengan para bintangnya.

Apakah duo bocah cewek itu mendapat label Danny Phantom dariku seperti si pink dari iklan es krim Spongebob? Ternyata tidak begitu. Itu karena penampilan mereka berdua yang cuma bentar bingits, sekejap mata doangan. Wajah mereka juga hampir tidak diperlihatkan, karena cuma nongol sekian detik doangan. 

Tuesday, August 23, 2022

Terbawa Suasana? Menggambar Saja!

Catatan 22 Agustus 2022

Jika aku sedang teringat akan banyak hal yang lucu atau unik, aku sering tersenyum sendiri. Tak jarang, aku malah jadi terbawa suasana. Kalau sudah begini, malah jadi watir karena pasti akan mengundang tatapan aneh kepadaku. Waduh, nggak banget nih!

Padahal, untuk menyiasatinya, bisa ditiru dari cara gurunya adikku yang terbesar waktu dia masih esdeh. Walaupun sang guru dalam kisah itu sedang menghadapi seorang anak berkebutuhan khusus alias ABK.

Waktu adik terbesarku masih kelas enam, dia punya dua teman yang termasuk ABK : satu cowok, pengidap autisme dan satu lagi cewek, pengidap kesulitan belajar. Si teman yang kedua ini malah sengaja ngaheureuyan (Bahasa Sunda : menggoda dalam artian bercanda tapi jahil/iseng) yang autis ini. Cowok yang autis itu fan berat ST12 atau Setiaband juga demen banget sama sapi (iya, hewan sapi). Jadinya, temen yang cewek ini malah sengaja manfaatin kesukaannya dari temennya itu buat munculin gejala-gejala keanehannya.

Cewek yang kesulitan belajar ini suka sengaja berseru begini, "Itu ada sapi!" Atau, "Itu ada Setiaband! Ada ST12! Ada Charly Van Houten!" kepada temen cowok yang autis itu.

Nah, kalo udah dipicu kayak gitu, yang cowok autis itu suka bereaksi kayak gini, "Sapi betina! Melahirkan empat puluh ekor sapi betina!" Bisa juga mengoceh menyebutkan nama ST12, Setiaband, atau Charly Van Houten secara terus-menerus.

Tak jarang, si temen cewek yang ngegodain itu ditegur guru pendamping khusus ABK yang bahasa kerennya, "co-teacher" atau "shadow teacher". Namun, bukan berarti tidak ada treatment untuk gejala-gejala dari teman yang autis itu tadi. 

"Mending kamu menggambar saja, deh, daripada ngoceh-ngoceh begitu," kata guru pendamping yang tadi sambil memberikan secarik kertas kosong di atas mejanya teman cowok yang autis itu tadi.

Hasil gambarnya (aku tidak pernah melihatnya langsung, ini hanya melalui ceritanya adikku dan dia menirukan gambarnya) cukup bagus. Bahkan aku saja belajar menggambar sapi itu, khususnya yang betina, dari gambar karyanya. Mengingat aku juga hobinya menggambar, cara guru tadi mengatasi gejala dari autisme itu boljug, bahkan patut dicoba. Walaupun bukan pengidap autisme, rasanya solusi tersebut cocok juga diterapkan pada setiap saat aku terbawa suasana oleh banyaknya ingatan lucu! 

Kompilasi gambaran aku hasil dari kebawa suasana



Monday, August 22, 2022

Satu Hal (Lagi) yang Bikin Pen Power Terus Kepikiran

Catatan 21 Agustus 2022

Concept art paling pertama dari Como Girls, yaitu nama clique atau geng enam tokoh utama dari komik Pen Power itu, berada dalam sebuah buku tulis yang menurutku cukup memorable, walaupun tidak ikonik banget. Karena itu buku tulis sebagai suvenir dari sebuah merek obat yang Mamahku jual ketika beliau masih menjadi apoteker pada tahun 2008 lalu. Bahkan mereknya juga aku masih ingat, yaitu Funzela. Dalam buku tersebut, banyak juga karyaku yang lainnya bersama karya dari adikku yang terbesar.

Hanya gegara satu member Como Girls (waduh, udah macam girlband aja nich) yang pakaian utamanya kelihatan pusar dan karyaku itu bikin aku nyesel nggak ketulungan, pada tahun itu aku malah mengabaikan buku itu. Tidak benar-benar kubuang sih bukunya, hanya kubiarkan saja buku tulis itu bertumpuk bersama barang-barang lainnya yang sudah tidak lagi terpakai di dalam sebuah dus. Satu barang lainnya yang paling kuingat juga menghuni dus tersebut adalah satu bantal kecil berbentuk bulat, berwarna biru, bekas aku waktu bayi. Empat belas tahun kemudiannya, tepatnya di bulan Agustus 2022 ini, aku terpikir lagi untuk mencari buku dari Funzela itu, karena aku ingin memotret concept art paling awal dari Como Girls dalam buku tulis itu. 

Dua tahun yang lampau, gudang di rumahku mengalami "pengosongan". Yaitu, sebagian besar barang yang mengisi gudang itu, dijual agar tidak memenuhi ruangan tersebut. Aku jadi gamang, apakah dus berisi buku Funzela, bantal bayi biru bulat, dan banyak barang lainnya itu ikutan terjual? Harus cek lagi gudang nih.



Saturday, August 20, 2022

Mengatasi Overthinking dari Satu Karya Old Shame

Catatan 20 Agustus 2022


Ingin menghilangkan, atau hanya mengurangi overthinking karena rasa bersalah akibat hasil karya jaman jebot? Bahasa kerennya itu "old shame" untuk perasaan seperti itu. Old Shame adalah sebuah karya yang aku anggap jelek sehingga ingin kulupakan saja karya itu. Satu karya yang paling menjadi old shame itu adalah komik Pen Power yang pernah kubuat jaman SD kelas V, saat umurku sebelas tahun.

Lalu, bagaimanakah penjelasan dari istilah tersebut?

"A work that their creator would prefer to be forgotten."


Artinya adalah "Sebuah karya yang lebih ingin dilupakan oleh pembuat/penciptanya."

Nah, harus dicari dulu apanya nih yang bikin aku overthinking dari old shame itu. Old Shame kan sebuah karya yang ingin dilupakan, tapinya kalo nggak bisa dilupain aja jadinya malah overthinking karena sibuk cari cara buat lupakannya (ayo kalian yang punya mantan, kayaknya bisa relate sama perasaan aku di sini deh 😁). Dari karya Pen Power yang aku sebut old shame itu, ini dia nih yang bikin aku kepikiran terus :

  1.  Desain pakaiannya terlalu terbuka untuk satu dari enam karakter utama ceritanya, yaitu baju gaya "bare your midriff". Mereka ini adalah geng atau clique gadis-gadis kecil berusia delapan tahun. Saat itu aku sebagai author masih umur sebelas tahun, jadinya nggak beda jauh umurnya sama para MC (main character(s)). Pas umur aku makin nambah, makin ngeh kalau baju dia itu nggak pantes banget buat umurnya.
  2.  Karena desain pakaiannya yang kurang pantas itu, aku jadi timbul guilt dan ilang ide serta minat buat lanjutkan kisah mereka. Karya yang nggak selesai-selesai itu bikin terus kepikiran, padahal pengennya sih dilupain aja.
Formula lama dari desain pakaian Como Girls : satu stel pakaian milik sepupu aku yang cewek dari pihak Mamah (sebenarnya dari pihak Eyang Putri, karena secara hierarki, dia sebenarnya sepupunya Mamah) + sepatu-sepatu yang pernah aku lihat dari seorang teman sekelasku jaman kelas IV, cewek juga, dia ini "mean girl" atau bahasa TV Tropes-nya, (bukannya bermaksud untuk ngegas, ya, ini emang istilahnya begini) "Alpha Bitch". Nggak tau kenapa, aku malah bikin kombinasi aneh (secara konsep, kalo secara penampilan sih masih wajar keliatannya) dari pakaian sodara aku yang di mix 'n match sama footwear kepunyaannya temen SD yang juahatnya minta ampun. 

Dari dua penyebab timbulnya pikiran yang cenderung mengganggu tentang karya lamaku itu, aku memetik solusinya jika itu karya nggak bisa aja buat dilupain : antara gedein umur para tokoh utamanya, rombak outfit-nya jadi lebih ketutupan/sopan, atau bahkan mungkin dua-duanya! Inilah banyak screenshots dari Equestria Girls season terakhir sebagai salah satu referensi untuk merombak total outfit Como Girls, karena rasanya kurang sreg jika hanya mengubah desain baju untuk "si midriff" itu!

Footwears of Sunset Shimmer, Human Twilight Sparkle, and Fluttershy.



















 

Friday, August 19, 2022

Kepribadianku yang Nyaris Tidak Berubah Selama 14 Tahun

Catatan 19 Agustus 2022

"Teh Hanna mah personality-nya kayak yang hampir nggak ada perubahan sejak tahun 2008 hingga 2012!" kata adik aku yang terbesar, kira-kira pada awal dekade 2020-an ini. 

Perkataannya itu kuat sekali buktinya. Jika sedang bernostalgia, peluangnya sekitar 90 persen aku "balik" ke tahun 2008. Insiden Kelinci,' kan terjadi pada tahun itu. Ketika sedang "berpetualang" ke masa-masa yang lainnya, dapat diperkirakan ingatanku masih seputar waktu yang tidak jauh dari tahun tersebut, jika bukan yang dipastikan. Hal-hal yang kusukai juga hampir semuanya berasal dari periode tersebut. Cuma Frank Wynn alias Mr. Wynn yang tidak berasal dari kurun waktu tersebut, yakni bermula dari Agustus 2015.

Karena pada tahun-tahun sebelumnya dari 2008, kemampuanku berpikir masih kurang, sehingga belum dapat banyak menyimpan memori. Barulah sejak tahun yang disebutkan itu, aku mulai lebih banyak mengingat, plus hadirnya satu kejadian dengan impact yang sangat besar untukku. Hingga kurang lebih empat tahun selanjutnya, banyak peristiwa yang menurutku memorable

Aneka karakter kesukaanku pada periode 2008-2012, sebenarnya masih ada banyak lagi tetapi kutampilkan yang paling memorable saja!

Banyak juga karakter kesukaanku yang berupa tokoh-tokoh obscure (kurang dikenal) seperti tokoh pada gambar dua merek sandal jepit, yaitu merek Konnichiwa dan satunya lagi merek yang nyaris jarang terdengar sehingga tidak masuk memoriku, jadinya baik karakter maupun mereknya sama-sama lesser known.


Inilah daftar karakter kesukaanku selama periode tahun 2008 hingga 2012!

1. Danny Phantom
Yup, dia ini tokoh kartun kesukaan aku yang paling menonjol, meski bukan tokoh kartun yang paling populer. Karena memang dia yang paling kusukai dari mungkin puluhan tokoh kartun yang pernah singgah di hatiku (eaaak). Sampai-sampai tokoh Danny ini kayak udah jadi ikon dari aku aja pada saat aku kelas IV semester genap (2008) hingga kelas VIII semester genap juga (2012). Juga, waktuku untuk menyukainya juga paling lama ketimbang tokoh-tokoh lainnya.

Banyak banget cerita seputar pengalamanku menjadi Fangirl berat dari tokoh yang satu ini, nggak akan muat kalo diceritakan semuanya di sini! 

2. Dr. Heinz Doofenshmirtz
Aku ragu buat masukin Dr. Doofenshmirtz ke daftar tokoh kesukaanku pada periode 2008-2012, karena tadinya kan aku benci bingits sama dia ini! Baru deh aku resmi jadi fan itu pas tahun 2019, kira-kira sembilan hingga sebelas tahun kemudian. Tapi aku juga nggak bisa memungkiri bahwa di saat aku benci sama Doof ini entah kenapa malah terus kebayang-bayang dan penasaran wae. Pertama kali banget "kenal" sama si profesor jahat dari Phineas and Ferb ini pas awal tahun 2009 kelas V semester genap, di Disney Channel.

Tadinya aku 100% nggak benci lho, perasaan aku itu netral-netral aja pas baru kenal Doof. Dua tahun kemudian, pas udah jadi anak esempeh kelas tujuh, lagi-lagi pas semester genap, tahun 2011, baru deh jadi benci pas ngeliat dia pake boxer gambar Perry The Platypus tanpa singlet atau kaus dalamnya! Anehnya, malah aku terus cariin tentang dia di internet, padahal lagi benci-bencinya. Malahan aku pernah request begonoh ke adik aku yang terbesar : gambarin Doofenshmirtz pake "mata anime" kayak tokoh-tokoh utama lainnya dari kartun itu waktu mereka lagi piknik ke Tokyo, karena saat itu Doof nggak ikutan piknik sama mereka. 

Pas 2012, aku masih aja benci sama itu tokoh profesor. Tapi aku nggak bisa mengelak bahwa saat-saat itu udah ada rasa tertarik sama kedua matanya yang plus size dan rambutnya yang coklat rancung-rancung. Tokoh ini lalu terlupakan begitu saja begitu aku naik ke kelas sembilan. Mungkin karena udah mulai suka cowok beneran kali, ya.

3. Cosmo Cosma
Meskipun pada beberapa Minggu awal sebagai siswi kelas V pernah membenci tokoh Cosmo, awalnya aku pernah mau suka dia lho! Berhubung penciptanya adalah orang yang sama dengan Danny Phantom, wajar saja wajahnya beda tipis. Malahan Cosmo ini kata aku sih udah kayak versi Chibi dari Danny aja, cuma rambutnya bukannya putih tapi hijau. Trus, kenapa bisa jadi berubah jadi benci?

Bukan karena sifat konyol dan bodohnya lho yang bikin benci dia sebenarnya! Itu gegara rasa bersalahku setelah gambar dia terlalu banyak ke-print. Waktu liburan kenaikan kelas 2008, pas aku mo naik ke kelas V, aku pernah nge-print gambarnya Cosmo dari laptop Papah ke printer di rumah. Gegara laptop itu yang lemot, jadinya malah aku teken tombol "print" lebih dari sekali, jadinya ke-print banyak yang tadinya mau bikin satu gambar aja. 

"Aduuh, jadinya boros tinta, Teh!" seru Papah.

Entah mengapa setelah timbul perasaan bersalah itu, aku malah jadi berbalik membenci Cosmo. Padahal tadinya sih mau jadi tokoh kesukaanku yang sekunder setelah Danny Phantom. Malah dia yang lebih populer daripada Danny si manusia setengah hantu.

4. Trix dan Flix
Mereka ini tokoh musiman, yaitu hanya nge-hits sekitar Piala Dunia 2008 aja. Wajar sih, mereka kan maskot Piala Dunia pada tahun itu. Aku tadinya nggak akan seneng sama mereka berdua yang kembar ini, karena hanya sebatas maskot jadi mereka tidak memerlukan karakterisasi yang mendalam. Bahasa gampangnya, mereka nggak punya sifat yang jelas karena emang nggak perlu karena bukan tokoh cerita.

Pas musim Piala Dunia tahun tersebut, otomatis gambar mereka bermunculan di koran. Tangan ini malah tergerak buat guntingin gambar mereka dan tempelkan pada tempat pensil aku saat itu. Oh, ya, waktu itu adalah bulan-bulan terakhirku sebagai murid kelas IV SD. Pas naik kelas V, beberapa bulan setelah Piala Dunia berakhir, masih dijual buku tulis dengan gambar mereka dan aku beli dech!

Trix and Flix in 3D render


5.  Spelvin

Buat yang akrab dengan game-game jadul dari GameHouse, kayaknya familiar dengan Spelvin, si huruf i yang hidup dan mengenakan kacamata hitam bingkai kuning besar. Dia emang nggak sesohor game-game lainnya seperti Feeding Frenzy atau Hamsterball. Begitu mulai main game Spelvin ini pada akhir 2010 menjelang pergantian semester ganjil ke genap ketika aku jadi anak kelas VII, aku langsung suka gayanya yang cute abis meski wajahnya tanpa mulut.Apalagi setiap akhir dari level, ditunjukin kita ini udah nyampe rank mana dari nilai yang kita capai, dengan sang tokoh utama game yang punya macem-macem outfit






Spelvin ini bisa punya "kloning" karena dia bisa punya lebih dari satu dirinya, masing-masing punya gaya rambut dan baju yang bervariasi (baju di sini memang maksudnya hanya baju keatasan, karena dia tidak punya kaki sehingga tidak memerlukan celana atau kebawahan). Kedua mata biru besarnya yang menjadi salah satu penyebab dia terlihat imut, kadang tidak ditutupi kacamatanya sehingga kita dapat melihat kedua matanya dengan lebih jelas.Warna rambutnya juga bisa ganti, nggak hanya hitam kayak penampilan default. Di beberapa rank, dia malah bisa juga berubah jadi cewek, lho!

Inget, deh, aku pernah ngegambar Danny Phantom "cosplay" jadi aneka macam rank Spelvin tadi itu pas kelas tujuh. Maksudnya, tokoh itu pake baju dan gaya serta warna rambut dari macam-macam rank yang muncul dalam game Spelvin. 





Mengapa Hewan Itu Dianggap Makhluk yang Begitu Rendahnya?

Catatan 18 Agustus 2022


Akibat chatting aku via WA dengan seorang kerabatku kemarin lusa, seketika aku mendapat insight. Dalam chat kami kemarin lusa itu, sehari sebelum Hari Kemerdekaan RI yang ke-77, kami sempat membahas tentang seorang tokoh politik yang disebutkan dalam catatanku sebelumnya. Ya, kami berdua membahas tokoh politik itu yang aslinya hanya berniat untuk membatasi volume suara toa untuk mengumandangkan adzan itu. Lalu, kami berdua terpikirkan akan suatu hal : mengapa hewan anjing dianggap begitu rendahnya, terutama dalam hukum agama Islam, sehingga sang tokoh menuai kontroversi karena menyebutkan hewan itu.

"Pihak Kemenag juga tak bisa memaksakan persepsi masyarakat soal azan dan gonggongan anjing."

Sumber kutipan dari kalimat di atas, bacalah di sini.

Topik ini memang sudah tidak lagi hangat, karena sudah berlalu hampir enam bulan yang lalu. Namun, bagiku terasa begitu relatable. Karena hewan anjing begitu di-degrading, terutama masyarakat yang termasuk muslim, terpicu emosinya duluan begitu mendengar nama hewan itu dijadikan analogi, apalagi dengan panggilan untuk melakukan ibadah salat wajib lima waktu. Padahal jika saja kita mau meluangkan sedikit waktu kita untuk mencermati maksud dari perkataan tokoh tersebut, kita akan menyadari bahwa terlalu tidak wajar jika sampai beliau membenci adzan dengan merendahkannya hingga dibandingkan dengan suara gonggongan anjing.


Setelah aku mendengarkan perkataannya beliau dari satu video karena berangkat dari rasa penasaranku, dari intonasi bicaranya jelas tidak ada kebencian terhadap adzan. Beliau menyebutkan hewan tersebut hanya sebagai sesuatu yang memiliki tingkat kekerasan suara yang sama atau mirip. Niat beliau hanya untuk mengatur tingkat kekerasan dari adzan, jangan sampai yang fungsinya adalah untuk mengajak umat muslim untuk beribadah malah jadi mengganggu masyarakat. Karena nilai dari hewan yang begitu dianggap rendahnya, terutama anjing, maksud baik dari beliau malah tertutupi dan memicu keributan.

"Kepada saudaraku yang akan berdemo saya mengajak kita semua untuk secara otentik dan jujur mendengarkan bisikan nurani terdalam kita tanpa ada benci, dendam dan kepentingan tentang pernyataan Gus Menteri," ujar Direktur Jenderal Bimas Islam Kemenag, Kamaruddin Amin kepada VIVA di Jakarta, Jumat, 4 Maret 2022.

 

Dia menambahkan, "Sembari membaca secara utuh pernyataan beliau, memahami konteks dan substansi surat edarannya. Insya Allah bisikan rohani kita akan berkata bahwa Gus Menteri punya niat baik, tidak ada maksud membandingkan antara suara azan dan gonggongan anjing." 

 

Ia menjelaskan, latar belakang menteri agama sebagai seorang santri yang tumbuh besar di lingkungan pesantren di bawah tempaan almarhum ayahnya yang seorang ulama tak mungkin melakukan seperti yang dipersepsikan itu. 

Sumber kutipan kalimat di atas berasal dari alamat ini.

Dari percakapan kami, aku teringat akan suatu kejadian yang tadi kusebutkan terjadi sekurang-kurangnya tiga bulan yang lalu. Kejadian ini belum pernah kubahas dengan kerabat tersebut hingga detik catatan ini ditulis. Inti dari kejadian ini menyisakan pertanyaan yang hampir sama : mengapa hewan dianggap makhluk yang sebegitu rendahnya? Berawal dari seekor kucing peliharaan kami yang bernama Meylin ...

Meylin, kucing di rumahku setelah Keneng-keneng hilang

Pada suatu pagi menjelang siang, aku sedang duduk di ruang tengah untuk sarapan. Maklum, sarapanku sering telat karena aku selalu kebagian kuliah online pagi hingga akhir Juni lalu. Di atas sebuah kursi di sebelahku, duduklah Meylin kucing peliharaan keluargaku. Datanglah anak bungsunya dari seorang ART di rumahku ke ruangan tersebut.

Anak tersebut yang masih berusia tiga setengah tahun bermain-main dengan Meylin, hingga akhirnya kucing itu merasa tidak nyaman dan kemudian mencakar anak itu. Karena rasa kaget dan perih akibat cakarannya, anak itu menangis. Malam pada hari yang sama setelah kejadian tersebut, aku menceritakannya kepada adikku yang paling terakhir. Saat itu, aku berada di ruangan yang sama dengan kejadian Meylin tadi bersama Mamah dan adikku yang termuda tadi itu.

"Ya itu sih salah dia (anaknya ART tadi) sendiri, dong," ujar adik terakhirku dengan nada agak kesal selepas aku mengakhiri ceritaku tentang Meylin pada tadi siangnya.

"Mengapa Ade lebih membela yang tidak punya akal?" tanyaku. Aku biasa memanggil adik bungsuku dengan sebutan 'Ade'.

"Dalam Islam, binatang itu kok rasanya direndahkan sekali. Seakan-akan kita para manusia saja yang unggul, sedangkan mereka begitu dianggap hina," tutur adik bungsuku itu heran.

"Sebenarnya bukan merekanya yang jelek, tetapi kita lebih memiliki kelebihan karena mampu berpikir," jelas Mamah.

"Iya juga ya, padahal jika dibandingkan dengan waktu kemunculannya mereka para hewan di muka Bumi ini, kita sebagai manusia itu justru newbie," kataku tersadar.

Tidak ada habisnya aku teringat akan insiden kelinci itu jika sudah membahas nilai dari hewan. Oleh karena dalam agama Islam yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, hewan itu dianggap makhluk yang rendah derajatnya dibandingkan dengan manusia, hingga Papah tersinggung dengan pertanyaan yang kulontarkan pada saat insiden itu. Padahal secara filosofis, sejatinya hewan dan manusia dan juga tumbuhan, itu sama-sama berharganya. Mengapa hewan seringkali dianggap sebagai makhluk yang serendah-rendahnya, padahal mereka jelas tidak mungkin berbuat jahat, justru karena ketidakmampuan mereka untuk berpikir dan merencanakan? 






Wednesday, August 17, 2022

Karakter Tema Bola Buat Kaus Anak Laki-laki yang Diilhami Trix dan Flix (Plus Karakter Rahasia!)

Catatan 17 Agustus 2022

Kemarin aku iseng-iseng mencari lagi Trix and Flix, tokoh maskot Piala Dunia Euro 2008. Tahun tersebut ternyata sudah berlalu 14 tahun yang lalu, Yach? Oh, ya, tahun ini juga kan merupakan tahun genap, pastinya ada Pildun juga! Hanya saja gegara pandemi, sejak dua tahun yang lalu acara tersebut tidak terlalu ramai lagi seperti tahun-tahun sebelumnya. 

Trix (kiri) dengan kaos putih dan Flix (kanan) dengan kaos merah

Semua maskot Piala Dunia setelah tahun 2008 nyaris tidak kulirik, karena preferensiku lebih ke karakter manusia ketimbang hewan. Betul, hampir semua maskot selain Trix dan Flix berbentuk hewan, kecuali maskot untuk Piala Dunia 2012. Itu pun penampilan tokohnya tidak jauh berbeda dengan "si kembar dari tahun 2008" itu. Nah, tetiba saja aku mendapatkan ide dari si kembar Trix dan Flix itu untuk gambar karakter yang akan dijadikan desain kaos produk untuk anak-anak cowok!

Akan tetapi, mereka bukan maskot Piala Dunia Euro pertama yang berupa tokoh manusia. Mereka sudah didahului oleh Kinas, maskot dari Euro 2004.
"Berbeda dari Maskot sebelumnya, di Euro 2004 karakternya bukan binatang melainkan seorang anak yang bernama Kinas." 

Sumber quote : https://jurnalsoreang.pikiran-rakyat.com/olahraga/pr-1012018038/mengenal-11-maskot-piala-eropa-euro-dari-masa-ke-masa

Ditambah tempo hari aku melihat boneka trenggiling (yang ternyata bernama Fuleco) maskot Piala Dunia tahun 2014 di dasbor angkot yang kunaiki untuk berangkat ke kantor, semakin mantap saja ideku untuk membuat karakter yang mirip dengan maskot Piala Dunia..

Selama hari-hariku magang, aku kepikiran begini, "Aku sudah banyak menggambar karakter desain kaos untuk anak-anak perempuan, bagaimana untuk anak-anak yang lelakinya?" Pulang dari kantor, kuamati anak-anak yang tinggal di sekitar, ternyata anak-anak lelaki itu lebih suka mengenakan kaus bola ketimbang yang bergambar karakter. Akan tetapi, rasanya kurang adil dan kurang pas jika hanya berpusat di gender perempuan untuk target pasar usia anak-anak saja untuk produk yang akan kubuat ini. Ide segar menghampiri kepalaku : buat saja kaus bergambar karakter yang terinspirasi maskot Piala Dunia, terutama Trix dan Flix! 

Jika menggunakan karakter aslinya, pasti akan kena hak cipta (copyright)! Untuk mendapatkan izin atau lisensi menggunakan karakter seperti itu secara resmi, layaknya buku-buku tulis sekolah, akan jauh lebih ribet daripada menciptakan karakter sendiri. Apalagi aku sudah pernah membuat sendiri tokoh anak lelaki kembar, yaitu Edward dan Edmund. Psst, mereka ini masih sepupunya Davina, salah satu karakterku yang kujadikan desain kaus untuk anak perempuan! 

N. B. : Edward dan Edmund ini adalah "gender flip" dari karakter anime perempuan di sandal jepit dari merek yang obscure (kurang terkenal), yang pernah kusebut "Danny Phantom".

Mengapa Aku Bisa Segitu Terobsesinya dengan Danny Phantom?

Catatan 16 Agustus 2022

Danny si tokoh utama dalam wujud hantu baik untuk memberantas hantu-hantu lainnya yang bersifat jahat!


Topik ini adalah salah satu ide yang muncul dari lautan ide di kepalaku, juga yang paling sering menonjol ketimbang ide-ide topik lainnya. Orang-orang yang mengenalku sejak dulu atau teman-teman lamaku pastinya bertanya, "Apa sih yang bikin Hanna (namaku) terobsesi dengan Danny Phantom?" Dia memang pahlawan super dalam ceritanya, tetapi tetap saja bukan yang sohor macam Spiderman, Batman, atau Superman. Secara fisik, dia memang termasuk tokoh kartun laki-laki yang good-looking dan itu jarang buat tokoh kartun Amrik, hanya saja tentu masih termasuk "B aja" daripada berbagai superhero yang jauh lebih populer.

Hal yang membuat mereka semakin bertanya-tanya adalah sikapku yang segitunya terkunci olehnya ketika kelas IV bahkan hingga VIII, empat tahun cuy! Jika menggambar, yang digoreskan di atas kertas itu 90% kemungkinannya adalah fan art dari sang tokoh manusia setengah hantu itu. Kalo nyarita (ngomong), topiknya gak akan jauh-jauh dari si remaja cowok yang memiliki rambut putih ketika berubah wujud menjadi hantu super. Sampai-sampai adikku yang terbesar aja ngambek, bosen katanya. Weleh-weleh.

Saking terikatnya aku sama Danny Phantom, sampai-sampai kalo nemu orang atau gambar yang seksi-seksi itu aku sebut mereka pake nama dia. (Duuh, kasian amat Danny, sampai "dinistakan" oleh seorang fangirl yang fanatik!) Bisa baca di link bawah ini nih kisahnya :


Bahkan, aku sampai ingat tanggal "peresmian" diriku sebagai fan dari Danny Phantom : 16 Januari 2008! Empat belas tahun yang lalu, malah udah lebih, coy! Begitu udah ngelewatin tanggal 16 di bulan Agustus ini, buru-buru aku tulis topik ini. Catatan ini sebenarnya dituliskan pada hari setelahnya, yaitu pada Hari Kemerdekaan RI, karena di hari libur ini aku baru punya waktu untuk menuliskannya.

Jadi, ada apa sebenarnya dengan Danny Phantom? Seperti yang sudah kuceritakan pada catatanku yang lalu, aku menenggelamkan diriku dalam kubangan segala hal mengenai DP untuk mengobati kesedihanku akan insiden kelinci (tapi gagal). Tetapi, hal itu masih belum sepenuhnya menjawab pertanyaan tadi dan malah menyisakan pertanyaan baru : Mengapa Danny Phantom yang dipilih, bukan tokoh kartun lainnya yang jelas-jelas lebih terkenal, seperti Avatar Aang?

Rasa suka ini sudah dimulai sejak kurang lebih dua tahun sebelum tanggal resminya aku menjadikan Danny Phantom sebagai tokoh kartun idolaku. Berarti aku sudah mulai timbul rasa cinta kepada orang setengah hantu itu sejak kelas II SD semester II, ketika acaranya mulai tayang di televisi nasional pada awal 2006. Akan tetapi, saat itu belum terlalu tertarik dengan karakter cowok apapun, waktu itu aku lebih demen ngikutin kisahnya Helga Pataki dari Hey Arnold dan Vicky The Babysitter dari The Fairly Odd Parents. Kalaupun ada tokoh cowok yang kusukai, waktu itu anehnya malah lebih kepincut sama Suneo dari Doraemon (iya, Suneo yang mulutnya mancung) karena lore-nya tokoh itu lebih mudah kucerna saat itu ketimbang Danny Phantom.

Satu tahun kemudian, saat aku sudah kelas III SD, pada akhir tahun 2006 aku menginap di rumah sepupu (keluarga abangnya Papah) di Cirebon. Mereka punya satu majalah anak-anak Kids Fantasi yang mengulas Danny Phantom, aku sampai ingat itu edisi nomor 140. Entah mengapa, mataku tidak henti-hentinya mengedarkan pandangan ke bagian cover depan majalah itu yang tentunya bergambar sang tokoh. Rasanya kayak sekarang aja ke Heinz Doofenshmirtz dan Mr. Wynn, karakter kartun ciptaan sendiri. 

Kira-kira satu bulan sebelum aku fix menjadikan Danny Phantom sebagai tokoh kesukaanku, yaitu pada akhir tahun 2007, aku melihat majalah anak-anak dengan judul lainnya, XY Kids yang mengulas tokoh kartun yang sama. Kali ini adalah majalahnya milik Mayang, sepupuku dari keluarganya Eyang Putri, ini masih di Bandung. Rasa kagum kepada Danny Phantom yang sempat terkubur lama sejak kunjungan ke rumah sepupu di Cirebon, mulai terbangkitkan kembali. Akan tetapi, saat itu belum benar-benar menjadi tokoh kesukaanku karena masih suka sama Swiper dari Dora The Explorer (kayaknya aku ada sedikit ketertarikan sama furries = karakter binatang juga deh).

Kartun Danny Phantom ini lore-nya emang lebih rumit ketimbang berbagai kartun lainnya yang tayang di TV pada era yang sama. Bahkan Phineas and Ferb aja lebih kerasa simpel bagiku alur ceritanya. Kemudian, pada setiap subuh selama beberapa hari sebelum tanggal 16 Januari 2008 itu, aku mulai dapat sedikit menyimak alur cerita Danny Phantom bersama Irsyad, adikku yang terbesar. Dari situlah aku mulai benar-benar mencintai tokoh utama yang bernama sama dengan judul kartun itu.

Tambahan, Papahku almarhum pernah berteori bahwa alasan aku menyukai tokoh fiksi ilmiah itu adalah karena di alam bawah sadar, aku merasakan adanya kemiripan antara Danny Phantom dengan adikku yang terbesar tadi. 

So, kesimpulannya adalah aku bisa segitu cintanya kepada Danny Phantom adalah karena banyaknya asosiasi dengan saudara-saudaraku, baik itu saudara kandung sendiri (adikku yang terbesar) maupun saudara sepupu. Dengan mengaitkannya dengan banyak anggota keluargaku, sang tokoh kartun memberikan aku kenyamanan. 





Ubahlah Persepsi Atas Diri Sendiri!

Catatan 12 Januari 2024 Setelah aku konsultasi dengan psikiater pada akhir Desember tahun kemarin, hari ini aku akan lanjut ke sesi ketiga t...