"Jangan malu kalau Anda orang yg sensitif atau perasa, itu adl tanda Anda memiliki hati yg besar dan tidak takut menunjukkannya kepada sesama"
Satu hal lainnya yang menyebabkan rasa sedihku akan matinya hewan sama seperti kepada manusia : aku adalah orang yang sensitif atau perasa. Memang, aku saat kecil jauh lebih perasa ketimbang saat-saat ini. Waktu masih berumur empat tahun saja, aku sering terharu dan menangis jika mendengar suara adzan. Begitu juga jika dulu kudengar lagu-lagu bernada sedih, hingga tidur terus menerus terngiang-ngiang, padahal dengarnya tadi siangnya.
Akibat perasaanku yang sensitif tadi itu, kesedihanku ketika peliharaanku mati itu kadarnya jauh melebihi orang-orang lain ketika menghadapi situasi yang sama. Ketika mereka berpikir "Ah, cuma kucing", atau "Kelinci kan cuma binatang", bagiku tidak ada kata 'cuma' untuk hewan. Sayangnya, untuk situasi ini aku seringnya disangka tidak merasakan kehilangan anggota keluarga dan malah lebih memilih hewan peliharaan. Padahal, pertanyaanku dulu itu hanya ingin mengetahui mengapa mereka hanya sedih dengan kematian manusia dan tidak sepertiku yang juga sedih untuk hewan.
Buatku yang perasa, semua kematian itu terasa sama menyedihkan. Malahan, bukan hanya peristiwa kematian saja, tetapi juga hancurnya sebuah tempat yang pernah dikunjungi oleh aku dan keluargaku dulu. Pada awal tahun 2016, kami liburan ke Kampung Gajah Bandung. Tiga tahun lebih setelah kunjungan kami tadi, kubaca berita tentang bangkrutnya tempat wisata tersebut dan seketika hatiku hancur.
Tidak kusangka, pengalaman tadi itu adalah kunjungan kami yang pertama dan terakhir kalinya ke Kampung Gajah. Segera kuhela napas dalam-dalam setelah melihat banyak foto dokumentasi tempat tersebut setelah kehancurannya. Pada saat kami datang saja, tempat itu sudah kelihatan suram, ditambah dengan cuaca yang sedang hujan. Cuaca yang sama persis juga terjadi, di kala kubaca berita tentang tempat itu tutup permanen.
Bagi orang biasa, perasaanku itu mungkin lebay. Atau baper Maksimum. Separah-parah sensi aku ini, sekarang udah jauh lebih mendingan. Di umurku yang tidak lagi usia kanak-kanak ini, aku masih bisa-bisanya nangis gegara interaksinya Doof dengan Vanessa.
No comments:
Post a Comment