Sunday, July 31, 2022

Bulan Juli, Bulan Penuh Tragedi Kucing

Catatan 31 Juli 2022

Belum juga Kenéng-kenéng (kucing kuning milik keluargaku itu) ditemukan, di bulan Juli ini terjadi serentetan tragedi soal kucing! Tidak ada yang benar-benar mati sih, mereka baru dikabarkan 'hilang', sama seperti Kenéng-kenéng. Tragedi pertama adalah satu anaknya Molly yang berbulu oren dan betina hilang dua hari setelah Hari Raya Idul Adha tahun ini. Satu Minggu setelah hari raya tersebut, Molly sendiri dan anaknya yang jantan berbulu oranye dan yang betina berbulu hitam sempat menghilang dari rumah, tinggal menyisakan anak yang jantan berbulu hitam. 

Untungnya saja dua anak kucing lainnya yang tadi hilang itu besoknya kembali lagi ke rumah. Termasuk Molly si emak yang semakin ke sini semakin sering kabur-kaburan. Sayangnya, hingga tanggal terakhir dari bulan Juli ini belum juga ada kabar tentang si oyen betina. Sebelum hari menghilangnya dia, anak kucing yang satu ini memanglah sering memisahkan dirinya dari keluarganya, entah mengapa.

Setelah si oyen betina anaknya Molly ini sekitar dua Minggu menghilang, malah anaknya Meylin yang berbulu putih, abu, dan krem ikutan hilang! Berbeda dengan keluarga Molly yang kucing semi-outdoor, Meylin dan tiga anaknya semuanya adalah kucing indoor. Artinya, kucing semi-outdoor biasa pergi meninggalkan rumah untuk bermain, sedangkan kucing indoor hanya full-time berada di dalam rumah. Padahal Meylin dan dua anaknya yang lainnya tidak ada yang senang main ke luar, tetapi entah mengapa ada satu ekor yang kabur.

Lima hari yang lalu, anak Molly yang betina dengan bulu hitam tiba-tiba memiliki benjolan aneh di leher bagian kirinya dan dia jadi banyak tidur. Padahal sebelumnya selalu aktif berlarian dan berloncatan ke sana kemari layaknya anak kucing yang mulai besar. Ketika disentuh juga dia jadi pemarah. Lalu, hari setelahnya, ketika si hitam betina ini sedang makan pagi harinya, benjolan itu pecah dan mengeluarkan nanah berwarna hijau.

Esok sorenya, si hitam betina yang diberi nama Mischa itu diperiksakan ke dokter hewan. Katanya, si anak kucing itu menderita infeksi yang diakibatkan garukan pada kulitnya, sehingga menimbulkan abses. Alhamdulillah, untung ada rejekinya untuk memeriksakannya dan membeli obat-obatan untuknya. 

Saturday, July 30, 2022

Tahun Baru Islami yang Tidak Kentara

Catatan 30 Juli 2022

Biasanya ada pawai obor pada Tahun Baru Islami, sayangnya di sekitar rumahku tidak ada acara seperti itu. Suasana di sana nggak ada bedanya dengan malam-malam biasa. Cuma suara aktivitas kayak gitu aja bahkan gak kedengeran samsek. Aku baru ngeh hari ini taun baru Islam pas kemarin nggak sengaja denger percakapan kasir di salon tempat aku kemarin potong rambut.

Malam Sabtu kemarin, aku potram ala Charlene (mantan istrinya Heinz Doofenshmirtz) lagi biar kepala ini bebas dari gangguan kutu kepala. Pas mo bayar potram, ada satu dari dua kasir yang bilang blio mo ikutan pawai obor. 

Spontan aku nanya, "Pawai obor untuk rangka apa itu?"

"Besok (hari ini) kan Tahun Baru Islam," jawab kasir tersebut. 

Aku kudet banget sampai nggak tau bahwa besoknya yang jatuh pada hari ini adalah hari libur nasional! Soale saking nggak ada geliatnya, sih, dari orang-orang di sekitar rumahku untuk menyambut hari itu. Beda banget dengan Tahun Baru Masehi, rame tuh suara-suara petasan dan mercon. Inget deh sampai kucing oyen aku yang ilang, Kenéng-kenéng itu dulu ketakutan denger suara ledakannya pas Tahun Baru 2022 lalu.

Memang di my neighborhood ini nggak pernah ada antusiasme masyarakat buat nyambut hari libur kayak gitu, jadi tadi malam sebelum tahun baru ini sepi aja. Makanya beruntung pernah masuk pondok, jadinya pernah merasakan ikutan pawai obor. Coba kalo selalu sekolah pulang pergi, pulang sekolah balik ke rumah, bakalan kayak gini terus nggak akan ikutan pawai obor. Hanya bisa kumenyambut hari itu dengan menampilkan poster dari satu organisasi kampus yang kuikuti dan juga dari perusahaan pemilik menara kubus di Bandung (SST, menara kubus ini ikut jadi setting di cerita novel yang aku garap sebagai gedung apartemen milik Hans Durchdenwald*).

Selamat Tahun Baru Islami 1444 H!


*Hans Durchdenwald adalah tokoh yang diinspirasi dari Heinz Doofenshmirtz. Karena tokoh kartun yang menginspirasiku ini tinggal di sebuah gedung berbentuk unik, makanya apartemen tempat Hans tinggal juga harus unik bentuknya, seperti menara kubus milik tekMIRA di Bandung.




Friday, July 29, 2022

Sebutan "Danny Phantom" Untuk yang Seksi-seksi

Catatan 29 Juli 2022

Entah sudah yang keberapa kalinya aku menuliskan ini (bisa saja belum pernah jika kutuliskan untuk publik, baru ditulis di buku harian pribadi saja) : jika melihat orang-orang berpakaian terbuka, saat aku SD dulu biasa menyebut mereka sebagai "Danny Phantom". Tidak peduli apakah mereka itu orang real/3 dimensi atau fiktif/2 dimensi, kusebutkan saja semuanya yang tidak tutup aurat itu dengan nama si tokoh idolaku itu. Padahal, kan, Danny Phantom itu laki-laki dan pakaiannya justru tertutup sekali, terutama jika sedang dalam wujud superhero-nya berupa hantu. Contoh yang paling memorable dari orang yang dibilang DANNY PHANTOM itu adalah salah satu bintang dari iklan es krim Spongebob Squarepants, yang mengenakan pakaian renang warna pink.

Alasannya, masih sama seperti yang tadi disebutkan : si pink ini pakaiannya paling terbuka di antara total tiga anak yang terlibat dalam iklan es krim dari tokoh kartun populer itu. Karena setting iklan tersebut di pantai, makanya mereka mengenakan pakaian renang. Si pink ini choice of swimsuit-nya memperlihatkan perutnya, sedangkan kedua temannya tidak. Oleh karena itu, dialah yang kejatuhan nickname Danny Phantom dariku.

Dua temannya, satu lelaki dan satu perempuan, masing-masing mengenakan pakaian renang biru dan hijau. Untuk yang cowok malah justru berpakaian lengkap, jadi otomatis perutnya tertutup. Gadis lainnya yang mengenakan pakaian renang berwarna hijau, dia memilih pakaian yang lebih sopan. Jadinya mereka bukan orang yang menyandang nickname Danny Phantom dariku (sebuah alasan yang absurd, irasional, dan tidak logis dariku).

Inilah sosok Danny Phantom yang sebenarnya, sang penyandang nama asli dan bukan sekadar nickname! Pakaiannya malah tertutup sangat rapat justru dan hanya kelihatan kulit wajah dan lehernya saja!

Sebenarnya aku ini sensian jika menemukan orang yang tidak menutup aurat, makanya dengan disebut sebagai Danny itu agar perasaan itu mereda. Karena dia tokoh kartun yang dulunya bikin aku mleyot, makanya dijadikan moodbooster kalo ketemu orang-orang semacam itu, mau itu yang bernapas dan bernyawa atau cuma 'ayang gepeng' alias karakter animasi dua dimensi. "Pink Girl" dari iklan es krim Spongebob itu adalah contoh dari jenis orang nyata. Lalu, siapakah yang menjadi contoh dari jenis orang fiktif atau tidak benaran ada?

Kayaknya sih lebih banyak contohnya untuk kategori yang kedua daripada kategori yang pertama, secara tokoh animasi biasanya berpakaian lebih "bebas". Apalagi kalo tokoh anime! Karena saking banyaknya tokoh fiksi yang kuberi julukan Danny Phantom karena pakaian mereka seksi, sampai-sampai aku udah nggak inget lagi siapa aja mereka. Namun, tetap ada satu contoh yang kuingat dan ini obscure banget, alias susah banget-banget-banget orang yang tau.

Pada pertengahan tahun 2008, ketika aku akan naik ke kelas V, aku, Papah dan adikku yang besar pergi ke sebuah toko busana. Tujuannya adalah untuk membeli sandal jepit untuk berwudhu di sekolah, karena saat itu kaki kami cepat membesar di masa pertumbuhan. Di sana kutemukan sebuah sandal jepit yang bukan merek terkenal, bergambar seorang gadis cantik yang mengenakan backless tanktop. Gadis tersebut sepertinya bukan berasal dari kartun atau anime apapun, jadinya dia cuma karakter perempuan generic.

Papah yang melihatku memegang sandal tersebut, jelas tidak mengizinkan uang beliau ditukar dengan benda itu. Alasannya jelas, karena gambarnya terlalu banyak memperlihatkan kulitnya. Karena gambar itu hanya kulihat sekali seumur hidupku, setidaknya hingga detik ini, jadinya tidak banyak yang kuingat penampilan dari gambar karakter gadis itu. Kurleb gaya gambarnya mirip-mirip anime gitulah.

Lagi-lagi, dia dilabeli Danny Phantom olehku! Jaman aku SD itu memang puncak-puncaknya pemikiran absurd. Bukan hanya memberi label seperti itu saja, tetapi juga menggambarkan ulang semua orang yang diberi label "Danny Phantom". Mereka bukanlah digambar sesuai dengan sosok mereka yang sesungguhnya, melainkan Danny Phantom "cosplay" sebagai mereka semua, maksudnya tokoh Danny itu mengenakan pakaian dari orang-orang yang diberi sebutan itu.

Masih lieur alias pusing ya? Aku ambil satu contoh. Setelah si anak perempuan dengan pakaian pink yang satu-satunya memperlihatkan perut dalam iklan es krim itu kubilang "Danny Phantom", aku segera menggambar Danny Phantom yang sesungguhnya sedang mengenakan pakaian pink itu. Atau, Danny Phantom mengenakan tank top yang hampir sama persis dengan gambar di atas sandal jepit yang kulihat di toko itu.

Eits, bukan hanya satu macam sandal saja lho yang memuat gambar karakter dengan julukan Danny Phantom dariku! Kebalikannya dari sandal jepit yang tadi, ini justru berasal dari merek terkenal dan juga premium! Ini adalah merek sandal jepit dari Jepang, Konnichiwa, yang artinya adalah "selamat siang". Satu varian dari merek tersebut bergambar gadis yang sedang senam dengan berbagai gerakan dan dia ini tak luput dari jenis outfit yang midriff baring!


Pertama kali aku melihat sandal varian tersebut adalah ketika temanku dari kelas sebelah saat kelas V memakainya. Itu adalah sandal miliknya, tetapi YBS malah gak ngeh dengan gambar di atas sandalnya sendiri sebelum aku menyebutkan itu "sandal Danny Phantom". Si teman yang empunya sandal malah terheran-heran dengan sebutan dari aku itu, secara gambarnya kan itu cewek buanget lho. Entah mengapa ya, refleksnya aku itu dulu kalo tiap ketemu tokoh cewek seksi koq nyebutnya Danny Phantom terus.







Thursday, July 28, 2022

Batasan Antara Pets dengan Kita

Catatan 29 Juli 2022

Berapa bulan, nih, aku nggak nulis surat imajiner? Karena lalai nulis surat untuk terapi diri sendiri itu, jadinya sempat kambuh lagi kebiasaan burukku. Kira-kira tiga Minggu yang lalu, mulai lagi aku marah-marah dan ngamuk-ngamuk gegara pikiran yang nggak menyenangkan. Surat imajiner itu tidak sempat kutulis karena waktu itu ada tiga anak kucing yang suka lari-larian dan ngeloncatin meja kecil tempat aku biasa nulis.

Aku emang suka kucing, tapi mereka ini udah ganggu kamarku! Pas mereka loncatin itu meja, pernah sampai terguling dan kertas-kertas untuk nulis surat imajiner itu jadi berserakan di lantai! Udah diberesin mejanya, eh taunya ketiganya malah tidur di atasnya, bahkan kadang sama emak-emaknya bobo di atas meja kecil itu. Mau gak mau meja itu akhirnya dilipat dan semakin terlupakan untuk nulis surat imajiner itu.

Padahal, nulis surat itu kan salah satu bentuk terapi yang diberikan oleh psikolog aku! Hewan peliharaan memang gunanya agar mengurangi stres, tapi harus dibatasi juga aksesnya ke kamarku. Habis, mereka malah menghambat proses penyembuhan diriku dengan suasana jadi gak kondusif buat nulis. Pintu kamar terpaksa ditutup kalo aku tidur.

Dengan kehadiran mereka, aku jadi "dipaksa" untuk beresin kamar, secara aku ini emang males beres-beres. Buku-buku yang tadinya cuma ditaroh di kolong meja, karena sering jatuh pas dilewatin atau diloncatin anak-anak kucing tadi, jadi dimasukin ke lemari. Alat-alat gambar yang disimpan di atas meja kecil yang tadi disebutkan, dimasukin juga ke lemari lain biar nggak terlalu berantakan kalo meja itu jatuh terguling. Hasilnya kamar aku jadi jauh lebih lowong sekarang!

Setelah kamar aku jadi lowong, aku malah nggak tau mau nulis apa lagi untuk surat imajiner. Aku gak tau mau ngomong apa lagi ke almarhum Papah dan juga ... Heinz Doofenshmirtz lewat surat imajiner itu. Seriusan, psikolog aku itu nyuruh juga aku nulis surat buat Doof selain untuk Papahku. Mungkin dengan kamar yang rapi, overthinking jadi menurun tajam sehingga hampir tidak ada lagi beban pikiran untuk dituliskan pada surat itu.

Outfit dan Ekspresi yang Lebih Bikin Mleyot Daripada Tampilan Regulernya

Catatan 29 Juli 2022

Ketika baru awal-awal resmi menjadi fan dari Heinz Doofenshmirtz pada awal tahun 2020, sebenarnya sudah ada "bibit" suka dengan Roger, adiknya. Akan tetapi, karena karakter yang terakhir disebutkan tadi itu bukan karakter utama, jadi kemunculannya juga langka meskipun kentara sekali doi ini jauh lebih good looking ketimbang si kakak. Alhasil perasaan suka itu terkubur dengan sendirinya. Untuk menyukai seseorang atau sebuah tokoh fiksi, liatnya harus sering-sering buat aku sih.

Meski jarang muncul di serialnya karena dia tokoh pendukung, Roger ini tetap punya OOTD yang bikin mleyot abis! Pernyataan "tokoh yang jarang tampil = jarang punya variasi pakaian" itu nggak selalu benar ternyata! Pada awalnya, aku cuma nyimpen gambar Heinz, kakaknya yang lagi pake baju main golf. Di gambar itu ternyata ada juga Roger yang lagi main golf bareng, dari situlah perasaan suka sama dia yang tadinya cuma samar-samar, jadi mleyot maksimal minta ampun.

Secara warna, aku emang jauh lebih suka sama outfit-nya Heinz (warna pink dan ungu) daripada punyanya Roger (warna coklat dan kuning kehijauan). Namun, ekspresinya Roger, didukung hairstyle yang lebih gaya daripada tampilan regulernya dalam screenshot itu, benar-benar priceless! Saking priceless-nya, itu ngalahin warna outfit dia yang warnanya kurang aku suka dan bikin aku jadi speechless. Sementara itu, rambutnya Heinz sendiri malah ketutupan topi golfnya yang kebesaran, makanya jadi kurang menarik penampilannya meskipun warna pakaiannya jauh lebih aku sukai.

Biasanya dia bermata setengah terpejam + senyuman kalem, ekspresi wajah seperti itu memang cool nggak ada matinya. Tapi kalo sesekali dia ditampilkan lagi kaget atau sedih, itu bikin dia more human dan jadi meningkatkan kualitas rasa suka jadi mleyot. Faktor lainnya yang menjadikan aku fix menambahkan Roger ke daftar tokoh kesukaanku, adalah karena dia hampir tidak ada momen fanservice alias umbar aurat kayak kakaknya. Fanservice memang ditujukan untuk membuat penonton senang, tetapi untuk kasusku yang kesulitan menahan hawa nafsu, kurang-kurangin lah menikmati hal yang begituan! 






Tuesday, July 26, 2022

Mlyt yang Menghasilkan Sebuah Karya

Catatan 27 Juli 2022

Tadi malem, pas lagi gabut udah bosen internetan (mana cuma tethering ke kuota temen lagi, aku lagi nginep di kostan temen jadinya nggak pakai WiFi kayak biasanya), pikiranku ini terus mleyot. Sebenarnya setiap hari juga mleyot, tapi tadi malem itu tetiba intens rasanya. Mungkin karena saking gabutnya kali ya. Siapakah yang menjadi target mleyot ku ini?

Sejak Hari Ibu tahun lalu, yaitu tanggal 22 Desember, akhirnya aku meresmikan diriku sebagai fan dari Roger Doofenshmirtz. Aslinya sih sudah sejak lama aku ada rasa berdesir kalo liat adik dari Heinz Doofenshmirtz, tapi waktu itu aku ragu buat suka Roger padahal jelas banget jauh lebih good-looking. Bukan hanya dari wajahnya yang terpampang jelas dia itu lebih baik daripada kakaknya, Roger juga nggak ada momen umbar aurat macam Heinz! Karena satu outfit di luar pakaiannya yang biasa dipakainya, jadilah fix aku suka dengan Roger sang walikota setempat! 

Lalu, apa yang bikin aku ragu untuk suka dengan Roger? Berhubung dia ini masih adik kandungnya Heinz (padahal cuma mirip hidungnya aja, sisanya nggak ada yang mirip-miripnya sama sekali!), rasanya kayak maruk aja gitu. Masa kakak-adik aku ambil sekaligus? Dengan mempertimbangkan efeknya yang tidak seburuk selama menyukai kakaknya, kuresmikan saja diriku sebagai fangirl untuk Roger. 

Pakaian golf + hairstyle baru + ekspresi senyum kalem = meleleh tidak tertahankan!

Paling mlyt aku tuh kalo ngeliat Roger pake OOTD untuk main golf di episode "She's The Mayor". Jadi fan resmi juga gegara kepincut dengan outfit dia itu! Wardrobe dia yang biasa (setelan jas ditambah dasi) aja udah bikin heboh jantungku berdebar, berdegup, dan berdetak secara tidak karuan, kalo secara normal artinya masih hidup! Di episode tersebut dia punya hairstyle baru, topi visor, rompi, dan sebagainya, dan sebagainya, bikin aku meleleh gak karuan! 💕💓💞

Inilah tampilan outfit yang full body-nya dia! Ekspresi wajah kalem begitu bikin aku nonstop menghela napas panjang dan dalam.


Roger lagi bicara ama Heinz, kakaknya yang pake outfit ungu, pink, dan putih. Aku sebenarnya lebih suka warna outfits-nya kakaknya, tapi setiap ekspresi wajahnya Roger itu nggak ada obat! Apalagi ekspresi gambar yang teratas dari tiga gambar di atas, pas matanya separoh merem! Gak kuat, mleyot!


Di sini mukanya di-zoom! Sumpah, semua ekspresi dia di sini bikin hatiku terus meleleh macam es krim ketemu matahari terik! Mau senyum, mau nggak, bahkan nggak lagi pake 'mata separoh merem', semuanya aku gak tahaaaan!

Mungkinkah episode ini khusus untuk memperjelas kegantengannya Roger? Karena di sini faktor pembuat MLYT digas pol! Selama dalam fase mleyot ini, aku terus mengucapkan kalimat istighfar, kalimat solawat, serta salam (eh yang terakhir sih nggak ya)! Harus kuambil tindakan untuk menjadi rem dari segala kegilaan ini agar tidak semakin mencair aku!

Daripada teterusan mleyot "gak puguh" kalo kata orang Sundanese, atau bahasa anak Twitter 'mlyt', mending aku menggambar aja deh tadi malam! Bodo amatlah hasilnya mau bagus mau ancur, pokoknya gambar! Udah keseringan aku kasih kendor buat menggambar, hasilnya ya nyaris nggak ada kemajuan dalam karya aku. Bagaimanakah hasilnya akan gambarku itu?

Mr. Wynn pake visor cap, akhirnya rambutnya lebih banyak nongol!

Yah, tidak mengecewakan sih meskipun belum terlalu memuaskan. Wajar jika hasilnya kurang, karena bikinnya juga spontan aja nggak ada persiapan matang. Gambar itu kasarnya sih plagiat dari Roger yang pake outfit keren tadi itu buat main golf. Tapi baju kayak gitu kan umum, jadi gosah khawatir kena copyright!


Skill Menggambarku yang Nyaris Tidak Berkembang

Catatan 26 Juli 2022

Belakangan ini aku lagi males-malesnya gambar karena keasyikan ngecengin Heinz dan Roger Doofenshmirtz, kakak beradik yang sama sekali tidak mirip itu, atau Twitter an. Setelah kemarin mulai gambar lagi Bella dan Davina, aku jadi minat lagi buat gambar mereka. Gatel deh rasanya pengen remake gambar-gambar dua tokoh ciptaanku itu (terutama yang terakhir), karena semua karya jadulku itu cringey abis! Biar gampang buat gambar ulang, aku sengaja kumpulkan beberapa karya aku dari mulai SMP kelas IX sampai mulai kuliah.

Gambar-gambar itu aku sengaja hari ini taruh di status WA biar ngeliat perkembangannya. Sampai adikku yang terbesar memberi remark atau komentar yang bikin aku tersadar akan suatu hal!

"Gambaran Teteh g banyak improved ya," ujarnya via chat di WA.

Aku di situ lumayan terkejut. Sebelumnya kukira dia ngomong 'banyak improved', ternyata aku lupa baca huruf 'g' nya! Iya juga ya, setelah kulihat-lihat lagi dengan lebih seksama, semua hasil karya aku dari tahun ke tahun itu hampir nggak ada perkembangannya! Buat orang yang hobi gambar kayak aku sih itu peringatan keras!

Gambaran tahun 2018 (Davina Fenton, karakter ciptaanku, dan Pauline Bell, karakter dari serial kartun Atomic Puppet pakai kostum "Sword Sisters")

Gambaran tahun 2017 (Davina Fenton pakai baju utamanya, beneran nyaris nggak ada perubahan pada outfit-nya)

Gambaran tahun 2013 (Davina Fenton pake baju utama, tapinya bandonya diganti jadi flower crown mawar yang nantinya karakter aku yang lainnya, Bella Hayden yang akan pakai hiasan kepala yang terakhir ini)

Jika gambaran tahun 2018 (gambar pertama) vs 2013 (gambar ketiga dan terakhir) sih ya sudah jelas jauh membaik. Tapi jika dijajarkan dari tahun ke tahun, kelihatan sekali hampir nggak nongol perubahannya. Berhubung tahun 2013 itu aku mulai masuk ponpes, jadinya nggak bisa sering-sering menggambar. Lulus dari tiga tahun sekolah di asrama, eh komputernya malah rusak jadinya jarang bisa dipake dan akhirnya jarang gambar lagi.

Peribahasa "Practice makes perfect" itu baru sekarang terasa sekali kebenarannya. Sebelumnya aku udah percaya peribahasa itu, tapi ya selama ini belum terlalu relate. Tulisan ini bukan karena aku tersinggung atau semacamnya, melainkan agar menjadi peringatan sangat keras bagiku untuk lebih sering lagi untuk menggambar! Overthinking itu gede damage-nya, karena aktivitas sia-sia itulah yang menyurutkan semangatku untuk menggambar.

So, gak peduli bagaimanapun hasilnya, mau itu bagus atau ambyar, gambar ya gambar aja! 


Monday, July 25, 2022

Satu Outfit yang Kontras dari Satu Orang

Catatan 25 Juli 2022

Bella Hayden, karakterku ini aesthetic atau style berpakaiannya antara Sunset Shimmer atau Fluttershy. Khusus nama yang terakhir disebutkan, dia punya satu penampilan yang kontras! Rencananya, Bella ini bakalan punya satu momen pake gaya gothic atau punk gitulah, di saat seluruh dunia menjadi jahat yang ditandai pakaian dengan gaya seperti itu, kayak di film (SPOILER!) Sponge Out of Water, movie-nya SpongeBob yang kedua! Nah, ketika Bella ini kena pengaruh jahat itu, penampilannya kira-kira jadi mirip Fluttershy di Equestria Girls ketika dia jadi goth sementara.
Referensi lainnya untuk kostum gothic dari si rambut merah ini adalah masih dari outfit-nya Fluttershy, tetapi ini sudah jauh berbeda gayanya. Kostum Fluttershy lainnya yang dijadikan inspirasi adalah dalam episode Dance Magic, masih dari serial Equestria Girls. Dia ketika jadi goth dalam Equestria Girls (ini pas udah jadi manusia, ya, bukan pony lagi) terlalu tomboy, gak cocok ama gaya berpakaiannya Bella yang semi princess-like. Jadinya harus ditambahin elemen girly buat kostum gothic nya Bella, karena dia hampir selalu pakai rok.
Dari kostum dalam Dance Magic tadi, aku ambil rok lipatnya untuk dijadikan lapisan dari legging. Kancing dari sabuknya, aslinya adalah bentuk kupu-kupu, diganti bentuk mawar merah sebagai ciri khas dari Bella. Sisanya, lebih banyak mengikuti outfit gothic yang tadi. Dia bakalan tetep pake kaos tangan, tapi jenisnya bakalan beda dari yang dipake Fluttershy di sini.

Bakalan ada unsur yang aku tambahin, itu maksudnya unsur yang nggak ada di kedua outfits dari Fluttershy tadi. Biasanya Bella Hayden pake flower crown, dalam penampilannya ketika masuk dark side ini diganti jadi topi kupluk. Di topi ini masih bakalan nangkring elemen bunga, yaitu bros bunga mawar tapi warnanya lebih gelap dari flower crown-nya, yaitu merah gelap nyaris kayak darah!

Sepatunya mau gimana? Duh, itu sih aku juga belum terlalu mikirin, karena buat main attire atau pakaian sehari-hari doi juga belum fix aja. Untuk awal sih pake sepatu bot aja dulu, asalkan masih ada kesan girly dan princess-like. Kayaknya sih ini harus ada "impor" referensi dari outfit lainnya lagi deh, bahkan mungkin aja bukan hanya dari wardrobe milik Fluttershy doank, tapi juga karakter lainnya!

Saturday, July 23, 2022

Kesulitanku Untuk Menerima Diriku Sendiri

Catatan 22 Juli 2022

Papahku almarhum biasa memiliki jawaban yang ilmiah jika aku atau adik-adik bertanya kepada beliau. Pertanyaan seremeh apapun, pastinya dapat beliau jawab dengan logis, selama kami masih cukup umur untuk mencernanya. Misalnya saja ketika aku merasa insecure dengan artstyle karyaku. Aku khawatir rupa orang-orang yang kugambar malah jelek tampilannya, padahal inginnya sih semenawan mungkin.

"Pah, apakah gambaran saya ini orang-orangnya jelek-jelek?" tanyaku ketika kelas VIII SMP.

"Gambar kartun sih bebas, tidak harus selalu good-looking. Lihat saja itu kartun Phineas, memangnya cakep? Tetapi tetap saja banyak orang yang menonton kartun itu, kan?" jawab beliau yang membawakannya dengan canda tawa, tetapi sedapat mungkin isi jawabannya adalah serius. 

Percakapan kami tadi terjadi pada sekitar tahun 2011-2012, ketika Phineas and Ferb sedang nge-hits di televisi nasional. Benar saja kata beliau, acara kartun tersebut masih saja laris manis hingga sepuluh tahun ke depannya. Sampai detik ini saja masih bermunculan bahasan apapun tentang kartun itu. Bahkan, itu adalah kartun dari produksi dan saluran televisi Disney yang paling populer, padahal rupa karakternya saja aneh-aneh, tokoh utamanya berkepala segitiga dan persegi panjang!

Pada kurun waktu yang hampir bersamaan, adik terbesarku Irsyad pernah bertanya soal acara kegemarannya kepada Papah. 

"Mengapa acara Walking With Dinosaurs tidak banyak merchandise seperti Spongebob atau acara kartun lainnya?" tanyanya. Walking With Dinosaurs adalah sebuah acara dokumenter tentang dinosaurus dalam format CGI.

"Walking With Dinosaurs adalah acara edukasi, tujuan utamanya adalah mendidik penontonnya. Jadi, tidak terlalu bertujuan untuk mendapatkan uang. Sedangkan acara-acara kartun adalah untuk bisnis, sehingga mereka membuat merchandise supaya mereka mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya dari acara yang mereka buat," terang Papah. 

Jawaban beliau selalu mendalam, itulah yang membuat kami betah bertanya kepada beliau.

Topik yang kubawakan bisa sangat receh, tetapi bisa juga sangat dark, seperti yang pernah kutanyakan pada Nenek, ibunya Papah, soal jenazah manusia dan bangkai hewan. Pada saat aku kelas tiga SD, pernah kutanyakan mengapa kita bersedih ketika kehilangan sesama manusia, tetapi kita lebih mudah untuk melupakan kehilangan barang. Pada hakikatnya, semua itu bukanlah mutlak kepemilikan kita. Akan tetapi, mengapa bisa terjadi perbedaan seperti itu?

"Pada saat kita kehilangan benda, itu dapat dengan mudah tergantikan. Kita hanya menggunakan benda untuk menunjang aktivitas kita. Lain halnya dengan manusia, kita telah menjalin kasih sayang kepada mereka dan tidak akan ada gantinya, sehingga kita akan jauh lebih kehilangan mereka," jawab Papah. 

Apapun jenis pertanyaan yang kulontarkan, bahkan yang orang biasa akan anggap paling konyol sekalipun, beliau selalu mengusahakan untuk menjawabnya. Kecuali, untuk hal-hal yang masih lampu merah untuk kami karena saat itu masih di bawah umur. Kemudian, pada saat aku kelas V, aku heran dengan orang-orang yang berbeda sikap denganku ketika kelinciku mati, hanya ketika wafatnya sesama anggota keluarga saja kami semuanya sedih, aku bertanya sebabnya kepada beliau. Hal itu kutanyakan karena kepada hewan peliharaan pun kita sama seperti kepada sesama manusia, kita telah menyayangi mereka, bukan sekadar sebagai alat penunjang kegiatan kita seperti barang-barang.

Jika hewan yang dipelihara adalah untuk diambil dagingnya seperti sapi, kambing, dan ayam, atau dijadikan kendaraan seperti kuda, barulah mereka hadir seperti alat untuk menunjang kehidupan kita. Untuk hewan peliharaan, itu lain soal, karena kita sudah menyayangi mereka seperti teman atau anggota keluarga saja. Oleh karena itu, dulu malah heran aku, mengapa semua orang di rumahku tidak merasakan apa-apa sepertiku, hanya kehilangan terbatas dengan kepada anggota keluarga saja. Sebagai orang dengan sudut pandang yang berbeda, atau neurodivergent, hal seperti ini menjadi pertanyaan besar bagiku.

Sebelum bertanya secara RL kepada Papah yang kebetulan sedang duduk di dekat aku dan adik-adikku, kubayangkan dahulu jawaban beliau. Dalam bayanganku itu, beliau menjawab, "Kelinci itu kan hewan, tidak punya akal. Sedangkan adiknya Teteh itu manusia." Akan tetapi, jawaban seperti itu dirasa masih kurang tepat. Meski hewan tidak berakal, tapinya kan kita sudah menjalin kasih sayang untuknya seperti kepada sesama manusia, mengapa tetap tidak semua orang sedih karena kelinci itu mati? pikirku semenit sebelum bertanya.

Bagiku, reaksi beliau yang marah dengan pertanyaan pada insiden itu membuatku syok, karena sangat tidak seperti beliau yang biasanya ketika menjawab pertanyaanku pada momen-momen lainnya. Dengan peristiwa seperti ini, aku memikirkan kembali kebiasaanku bertanya kepada beliau. Kupikir kurang tepat jika menanyakan semua hal kepada Papah. Menurut kerabatku, memang sebaiknya hal yang berkenaan dengan anggota keluarga inti itu lebih tepat jika ditanyakan kepada Eyang Kakung, kakek dari Mamah, karena itu topik yang terlalu sensitif jika dibicarakan dengan sesama keluarga inti.

Kesulitanku yang sangat untuk lepas dari rasa sedih akibat insiden kelinci itu sebenarnya adalah penyesalanku yang tiada habis-habisnya. Penyesalan yang timbul antara lain karena aku menanyakan hal sensitif seperti itu kepada orang yang kurang tepat dan juga karena malah timbul pikiran yang absurd sehingga bertanya seperti itu. Untuk pertanyaan semacam itu, rupanya Papah bukan orang yang tepat, berbeda dengan pertanyaanku yang lainnya. Hal ini baru kusadari pada tahun-tahunku sebagai remaja ketika SMA. 

Kalimat yang sering muncul dalam pikiranku ketika sedang flashback insiden itu adalah, "Seharusnya aku membiarkan saja diriku tidak tahu jawabannya dari pertanyaan itu dan kemudian jawaban itu ditemukan oleh diriku sendiri". Dari kalimat tersebut jelas bahwa memang bukan karena aku sakit hati kepada Papah yang membuatku sangat kesulitan melupakan insiden itu. Lebih ke diriku sendiri. Selama lebih dari sepuluh tahun lamanya, aku terus diliputi perasaan malu karena pernah bertanya hal seaneh itu, perasaan rendah diri karena bisa senaif itu sehingga terlambat menyadari bahwa pertanyaan seperti itu adalah tidak etis, dan perasaan bersalah karena telah menyinggung salah satu orang tuaku dengan suatu kepo yang tidak ada obatnya.

Lewat insiden ini, kudapatkan banyak sekali pelajaran. Salah satunya adalah memaafkan diri sendiri itu lebih sulit ketimbang memaafkan orang lain. Tahun demi tahun kuhabiskan untuk menghujat diriku akibat peristiwa itu. Pada kenyataannya, pertanyaan itu tidak seburuk yang selama ini kupikir.

Wednesday, July 20, 2022

Off Dulu dari Medsos, Mau Fokus Bikin Karya!

Catatan 21 Juli 2021

Jaman medsos begonoh sih orang jadi semakin mudah buat pajang karyanya mereka. Nggak kayak jaman old yang harus punya galeri sendiri terus gelar pameran. Banyaknya karya di media sosial emang sering jadi inspirasi buat bikin gambar. Tapi, kalo baca bio di banyak akun Ig punyanya artist, terutama akun yang gede, mereka bahkan banyak yang umurnya lebih muda dari aku!

Aku memang bangga dengan hasil karya mereka yang udah melampaui aku, jauh malahan. Sayangnya, kalo keseringan mantengin akun-akun itu, malah jadi insecure duluan karena skill aku jauh di bawah mereka. Akibatnya, aku malah jadi makin mager buat gambar. Kalau sudah begini, yang ada ntar nyesel karena sebelumnya jarang gambar, cuma ngebiarin ide-ide di kepala bertumpuk.

Jaman dulu sih ide buat gambar dapetnya dari tontonan dan bacaan. Cobain jarang main ig terus banyakin nonton dan baca, terutama untuk hal-hal yang berbau nostalgic. 


Mental Block Berimbas Art Block

Catatan 21 Juli 2022

Banyak orang diserang "mental block" berupa rasa enggan untuk melakukan sesuatu karena dibayangi oleh pengalaman masa lalunya. Kalo flashback yang asyik-asyik sih gak masalah, tapi kalo mengenang pengalaman yang bikin males hidup? Skip aja deh! Tidak kupungkiri, aku juga banyak mental block seperti itu, malahan sampe ngaruh ke ide menggambar segala! 

Gegara saking ketakutannya menggambar yang pakaian terbuka, jadinya ide gambar di kepala aku cuma hadir untuk terlupakan saja. Padahal kan sayang banget kalo jadi gak produktif. Sudah sering sekali ada rasa nyesel jarang gambar. Pengen deh bikin art summary dari setiap bulannya selama satu tahun, sayangnya gak setiap bulannya aku bikin gambar!

Penyebabnya kenapa, coba, jarang gambar? Akibat terlalu takut untuk menuangkan, karena udah kelamaan mikir, "Ini gambar bakalan jadi hal yang salah, dosa, blablabla." Psikolog aku juga udah pernah bilang, malah buat gambar doang aja sih gak masalah. Aku juga mikir-mikir dulu dongs buat bikin karya, gak akan jabanin hal-hal berbau 18 tahun ke atas!

Baru deh akhirnya bisa bikin outfit Bella Hayden itu fix, nggak akan dirombak besar-besaran lagi setelah ini. Padahal udah dari lama si karakter ini dibuatnya. Itu semua gegara kebanyakan mikir, keseringan nunda! Istilahnya udah gak asing lagi, overthinking!

Selalu inget deh waktu SMP ke bawah, kalo aku kedapatan sedang atau sudah menggambar tokoh yang kurang nutupin oratnya pasti aja ortuku marah, terutama almarhum Papah. Anehnya, saat itu malah jadi kecanduan buat gambar kek gitu meski tentunya ada rasa takut ketahuan. Begitu masuk kuliah malah jadi sebaliknya, Mamah (sekarang tinggal ada beliau ortuku) udah jauh lebih santai orangnya tapi malah akunya yang ragu terus buat gambar. Pas udah dikerjakan gambarnya, ternyata hasilnya menyenangkan dan asyik sangad!



Lakukanlah Sesuatu Agar Tidak Overthinking!

Catatan 21 Juli 2022

Sudah mulai diserang kemalasan lagi untuk menulis. Padahal menulis itu salah satu terapi untuk mengatasi overthinking. Bahkan untuk urusan gambar-menggambar saja aku ketiban overthinking! Jadinya sering mulur rencana gambar.

Akhirnya beberapa hari yang lalu terwujud juga rencana gambar menjadi nyata! Sudah diendapkan berapa lama tuh idenya, sampai akaran kali. Sebelum berani untuk merealisasikan ide gambar itu, aku tulis dulu ide yang muncul seperti mau menggambar siapa, pake baju apa, desain pakaiannya bagaimana, dll. Setelah berani menuangkan ide tersebut, rasanya satisfied banget! 

Proses menggambarnya juga satisfying! Seneng banget menggambar desain pakaian yang tadinya cuma berputar-putar gak jelas di dalem kepalaku ini. Bukan cuma prosesnya aja, tapi juga hasilnya yang memuaskan. Karena saking puasnya, sampai-sampai gambarnya pas udah beres itu dibawa-bawa terus sampai tidur!

Ucapan Itu Doa

Catatan 16 Juli 2022

Almarhum Papah selalu melarangku untuk menyebut diri sendiri ini bodoh. Mengapa? Karena ucapan setiap Muslim adalah doa, oleh karena itu kita (aku yakin hal ini tidak hanya berlaku untuk orang Islam saja) harus berkata-kata yang baik, minimal untuk diri sendiri. Bahkan di saat beliau sedang tersinggung dengan perkataanku ketika Insiden Kelinci, beliau masih menyuruhku untuk beristigfar karena aku menyebut diriku sendiri adalah bodoh.

Sebenarnya ada banyak momentum beliau mengingatkanku untuk menjauhi perkataan seperti itu, hanya saja insiden inilah yang paling berbekas. Karena, mood beliau yang sedang tersinggung itu tetap menjagaku agar jangan sampai merendahkan diri sendiri. Bagiku, itu kontras antara perasaan beliau dengan apa yang beliau utarakan kepadaku. Walaupun udah dilarang bilang "bodoh", tetep aja rasanya susah biar nggak ngatain diri sendiri kayak gitu gegara insiden tersebut.

"Teteh ini pinter gak sih?" ujar Papah setelah aku bertanya "kalimat itu" ketika insiden tersebut.

"Pinter," jawabku lirih.

Sebenarnya aku di situ nggak haqqul Yaqin bahwa aku memang demikian, hanya karena masih teringat saja dengan larangan beliau mengatakan hal buruk untuk diri sendiri.

"Naha atuh? (Bahasa Sunda : 'Lantas, mengapa bertanya/berbicara begitu', maksudnya 'mengapa mengeluarkan pertanyaan tadi?')" kejar beliau.

Aku terdiam sejenak sebelum merespon lagi perkataan beliau. Itu untuk merenung kembali. Ragu rasanya tadi untuk mengatakan bahwa aku ini pintar, nilaiku di sekolah saja banyak yang rendah. Lalu ter-trigger untuk 'trabas' larangan Papah yang tadinya kujaga untuk tidak kulanggar itu, karena kurasa itu memang lebih mendekati kenyataannya.

"Saya memang bodoh, Pah," ratapku kemudian. 

"Istighfar, Teh. Ucapan setiap orang Muslim adalah doa." nada bicara Papah mulai melembut. Beliau segera memelukku.

Jaman sekarang orang mudah sekali untuk insecure karena berbagai pencapaian manusia terpampang nyata di media sosial, apalagi untukku yang memang nyaris tidak pernah pede seumur hidupku. Setiap saat perasaan insecure menghampiri, haruslah kuingat percakapanku dengan almarhum Papah itu. Bagaimanapun kondisinya, pantanglah untuk menyebutkan hal-hal negatif untukku sendiri. Karena, biasanya orang yang tidak dapat menghargai orang lain, sebenarnya mereka memandang diri atau self-esteem mereka rendah sekali.

Itu sudah terbukti oleh pengalamanku sendiri. Ketika sedang insecure berkepanjangan akibat Insiden Kelinci tersebut, aku mudah sekali untuk ngomong bahasa kasar atau buruk kepada orang lain di sekitarku. Sebab, pada saat itu perasaanku sedang dilanda kepercayaan diri yang terlalu rendah, sehingga mood hampir selalu buruk. Berawal dari mood yang hancur itu, udah nggak ada lagi kemampuan untuk menyaring ucapan karena pikiran tak lagi bekerja dengan jernih. 

Pada kenyataannya, seperti yang sudah kusebutkan dalam kisah-kisahku yang lainnya, tidak perlu aku terlalu merendahkan diri ini. Dengan tenggelam dalam insecurity, tahun-tahun terakhirku di bangku Sekolah Dasar malah terkunci oleh obsesiku akan Danny Phantom untuk mengusir kesedihanku. Obsesi seperti itu malah menjadi mental block yang menghambat ide-ide baru untuk berkarya. 

"Gambarnya yang lain, dong, jangan Danny Phantom terus! Bosan!" seru teman sekelasku Vita waktu kelas lima. Waktu itu dia lagi lewat meja aku, aku lagi menggambar Danny Phantom di buku corat-coret.

"Aku nggak ada lagi ide lain," keluhku.

"Cari ide lagi dong biar nggak bosan," usul Nabila, teman sekelas yang lagi berdiri sebelah Vita di depan mejaku.

Dengan obsesi yang seperti itu, bukannya menyelesaikan masalah. Justru insecurity aku yang malah bertambah. Skill menggambar tidak begitu berkembang, karena karyaku cuma itu-itu saja, padahal banyak ngeliat kartun/komik lain juga udah. Dalam pelajaran juga, semisal Matematika apalagi Olahraga ketika mukul bola bisbol pake bat juga payah.

Andaikata aku dulu berfokus buat belajar lebih banyak rumus Matematika atau latihan mukul bola bisbol di rumah, pastinya taraf hidupku akan meningkat. Bukannya berkutat di tokoh kartun kalo mau move on dari suatu peristiwa!

Pertanyaanku dalam insiden itu ternyata bukan berasal dari kebodohan, melainkan hanya disebabkan oleh "sebuah perbedaan pola berpikir" saja. Kata adik bungsuku Fariz, istilah Bahasa Inggrisnya adalah "neurodivergent". 

Thursday, July 14, 2022

Proses Menyamakan Sudut Pandangku yang Berbeda dengan yang Umum

Catatan 14 Juli 2022

Sebagai seseorang yang memiliki cara pandang tersendiri yang berbeda dengan orang pada umumnya, untuk beberapa topik tertentu aku butuh waktu untuk memahaminya. Contoh yang paling besar dan paling kontroversial adalah insiden kelinci. Padahal bagi orang lain, topik-topik yang kuanggap sulit itu justru no effort untuk mengerti! Walaupun demikian keadaannya, setidaknya masih ada proses menemukan pemahaman.

Ketika aku masih berusia empat tahun, suatu pagi sebuah bola kaca berisi bunga plastik di kantor Eyang Putri pecah! Pasalnya, seekor kucing terkurung dalam ruangan kantornya nenek dari Mamah dan memecahkan bola kaca tersebut pada tadi malamnya. Bagi orang biasa, jelas tidak sulit untuk memahami mengapa bola kaca tersebut dapat dipecahkan oleh seekor kucing yang terkurung. Saat itu, konsepku malah sangat berbeda dengan yang seharusnya, sehingga malah bingung dengan keterangan seperti itu.

"Mengapa kucing dapat terkurung dan memecahkan bola kaca?" itu pertanyaan yang timbul dalam kepalaku saat umurku masih dalam kategori balita itu.

Dalam pikiranku, entah mengapa malah tercerna menjadi sangat aneh seperti ini : seekor kucing terkurung dalam bola kaca yang berisi bunga plastik, sehingga dia membebaskan dirinya dari bola kaca tersebut, sehingga bola itu pecah bersamaan dengan keluarnya kucing tersebut darinya. Seekor kucing tidak mungkin dapat masuk ke dalam bola kaca yang ukurannya kecil dan juga benda itu tidak memiliki lubang untuk dimasuki oleh hewan apapun selain semut, karena bagian bawah bola kaca itu adalah mesin untuk memutarkan musik! Makanya aku ketika itu malah bingung, bagaimana hewan yang biasa lewat di sekitar kita itu dapat masuk ke dalam bola kaca yang tidak memiliki akses untuk dimasuki hewan mamalia? Kira-kira sepuluh tahun kemudian, barulah aku dapat memahami konsep yang sesungguhnya : kucing tersebut terkunci di dalam ruangan kantornya Eyang Putri, karena dia panik jadinya dia berlarian di dalamnya dan menyenggol bola kaca itu hingga jatuh dan pecah. 

Dengan keadaan mentalitas seperti ini, tidak jarang aku merasakan insecure. Untuk mengatasi perasaan tersebut, aku mestilah merasa bangga dengan prosesku memahami banyak hal. Selama tiga tahun pertama setelah insiden kelinci, hanya bagiku lumayan sulit untuk memahami sebab Papah yang tersinggung, karena bagiku sendiri hal seperti itu tidaklah berdampak demikian. Meski dibilang terlambat, akhirnya aku mengerti juga sudut pandang orang lain (dalam kasus ini, Papah) akan insiden tersebut. 

Perasaan rendah diri dan anggapan miring dari banyak orang yang merendahkanku, kuakui cukup membuatku sedih, tetapi aku harus yakin keadaanku yang seperti ini suatu saat akan dapat berdampak positif. 

Tuesday, July 12, 2022

Melatih Otak Berpikir dengan Terarah? Membacalah! Mengurangi Berpikir Terlalu Banyak? Menulislah!

Catatan 12 Juli 2022

Sejak Idul Adha kemarin, aku mulai malas lagi untuk menulis. Mungkin karena sudah tidak ada lagi ide yang akan dituliskan. Padahal kata psikolog aku menulis itu sangat penting bagiku karena kegiatan itu adalah bentuk terapiku agar tidak terus menerus diliputi dengan overthinking. Hampir selalu kemarahan dalam diriku ini penyebabnya adalah overthinking itu.

Oleh karena itu, jangan sampai kasih kendor buat menulis! Selain menulis, membaca juga penting, karena jadi banyak bahan untuk menulis. Kemarin aku VC-an dengan dua teman cewek waktu SMA, kata salah satunya dari mereka, salah satu cara untuk mengikis overthinking adalah membaca novel. Wajib bacanya berupa novel, bukan komik, supaya otak lebih terasah untuk berimajinasi, karena cerita dalam komik sudah disajikan dalam bentuk gambar sehingga otak tidak terlalu dilatih bekerja untuk berpikir dengan terarah.

Aha, aku jadi punya ide nih untuk memperbanyak menulis! Bagaimana dengan menulis resensi buku + dikaitkan dengan pengalaman pribadi tentang isi buku itu? Dengan mengaitkannya dengan pengalaman kita sendiri, hasilnya resensi kita akan lebih orisinal karena pengalaman setiap orang itu pastinya berbeda-beda. Berhubung koleksi novelku masih sedikit, jadinya sebagai permulaan tulis dulu referensi dari buku apa saja yang paling relatable dalam hidupku.

Untuk awalnya, mohon maaf jika aku masih saja akan menulis tentang insiden kelinci itu untuk artikel ke depannya. Karena impact-nya dalam hidupku juga nggak bisa dianggap kecil, banyak pemikiranku yang terbuka lebar akibat peristiwa itu tadi. Bahkan untuk resensi beberapa buku juga mungkin insiden itu masih akan di-mention olehku. Sebab, beberapa buku yang masuk dalam koleksiku memang ada saja yang membuatku teringat kembali dengan kisah nyataku itu.


Mengenang Kembali Karakter Anime Berambut Hijau Mint: Martina Zoana Mel Navratilova

Catatan Rabu, 20 November 2024 Ada kalanya, sebuah kenangan masa kecil kembali muncul begitu saja, membawa kita ke waktu yang lebih sederhan...