Jika aku sedang teringat akan banyak hal yang lucu atau unik, aku sering tersenyum sendiri. Tak jarang, aku malah jadi terbawa suasana. Kalau sudah begini, malah jadi watir karena pasti akan mengundang tatapan aneh kepadaku. Waduh, nggak banget nih!
Padahal, untuk menyiasatinya, bisa ditiru dari cara gurunya adikku yang terbesar waktu dia masih esdeh. Walaupun sang guru dalam kisah itu sedang menghadapi seorang anak berkebutuhan khusus alias ABK.
Waktu adik terbesarku masih kelas enam, dia punya dua teman yang termasuk ABK : satu cowok, pengidap autisme dan satu lagi cewek, pengidap kesulitan belajar. Si teman yang kedua ini malah sengaja ngaheureuyan (Bahasa Sunda : menggoda dalam artian bercanda tapi jahil/iseng) yang autis ini. Cowok yang autis itu fan berat ST12 atau Setiaband juga demen banget sama sapi (iya, hewan sapi). Jadinya, temen yang cewek ini malah sengaja manfaatin kesukaannya dari temennya itu buat munculin gejala-gejala keanehannya.
Cewek yang kesulitan belajar ini suka sengaja berseru begini, "Itu ada sapi!" Atau, "Itu ada Setiaband! Ada ST12! Ada Charly Van Houten!" kepada temen cowok yang autis itu.
Nah, kalo udah dipicu kayak gitu, yang cowok autis itu suka bereaksi kayak gini, "Sapi betina! Melahirkan empat puluh ekor sapi betina!" Bisa juga mengoceh menyebutkan nama ST12, Setiaband, atau Charly Van Houten secara terus-menerus.
Tak jarang, si temen cewek yang ngegodain itu ditegur guru pendamping khusus ABK yang bahasa kerennya, "co-teacher" atau "shadow teacher". Namun, bukan berarti tidak ada treatment untuk gejala-gejala dari teman yang autis itu tadi.
"Mending kamu menggambar saja, deh, daripada ngoceh-ngoceh begitu," kata guru pendamping yang tadi sambil memberikan secarik kertas kosong di atas mejanya teman cowok yang autis itu tadi.
Hasil gambarnya (aku tidak pernah melihatnya langsung, ini hanya melalui ceritanya adikku dan dia menirukan gambarnya) cukup bagus. Bahkan aku saja belajar menggambar sapi itu, khususnya yang betina, dari gambar karyanya. Mengingat aku juga hobinya menggambar, cara guru tadi mengatasi gejala dari autisme itu boljug, bahkan patut dicoba. Walaupun bukan pengidap autisme, rasanya solusi tersebut cocok juga diterapkan pada setiap saat aku terbawa suasana oleh banyaknya ingatan lucu!
No comments:
Post a Comment