Beberapa bulan setelah Insiden Kelinci itu, yaitu mulai dari akhir 2008 hingga awal 2009 entah kenapa jadi banyak halu akan adegan-adegan yang entah apa maksudnya. Ini bukan flashback momen-momen yang pernah kulewati, hanya adegan-adegan random yang sering berkelebat di kepalaku di saat lagi terdiam sendirian. Biasanya berisi orang-orang yang aku nggak pernah kenal dan tempat yang aku nggak pernah kunjungi. Namun, ada pula yang "tokoh utamanya" adalah versi lain dari diriku sendiri.
Kisah Halu yang Pertama
Contoh yang paling aku inget (karena ini contoh halu yang paling sering muncul di kepala) adalah adegan banyak anak-anak berlarian di sekitar air mancur di taman sambil tertawa-tawa riang dan lari-larian lincah. Gak ada info yang jelas banget tentang adegan itu, siapa aja mereka aku nggak tau samsek. Pastinya mereka bukan aku, sodara, dan teman-teman, intinya dari sekumpulan anak-anak itu nggak ada yang aku kenal satupun dan entah apa maknanya. Waktu itu aku usianya sebelas tahun, kira-kira anak-anak itu usianya banyak yang seumuran denganku saat itu, tapi banyak pula yang beberapa tahun di bawahku, bahkan ada pula yang anak TK.
Adegan anak-anak yang main di sekitar air mancur itu selalu dari sudut pandang orang ketiga. Simpelnya, aku nggak pernah terlibat dalam permainan mereka dan hanya sebagai pengamat. Ibaratnya, aku cuma orang yang duduk di kursi taman ngeliat mereka dari jauh. Jadi, itu jelas bukan flashback momen-momen aku lagi main, bukan potongan adegan film, dan bukan juga memori ngeliat anak-anak di suatu tempat, karena taman yang ada dalam halu tersebut nggak pernah liat secara IRL.
Keceriaan anak-anak tadi itu entah kenapa selalu bikin aku mewek. Nggak pernah sampai sesenggukan sih, cuma ngalir dikit air matanya aja. Entahlah ini perasaan terharu, sedih, rindu, atau apa. Penting untuk diingat, perasaan melankolis kayak gini nggak ada kalo ngeliat adegan yang serupa di dunyat.
Kisah Halu yang Kedua
Selain halu tentang banyak anak-anak main sambil lari-lari di sekitar air mancur taman tadi, ada pula halu lainnya yang agak aneh. Ini seinget aku muncul pas lagi di perjalanan family gathering ke Dufan pada tahun 2008, tapi mungkin pernah muncul juga pada waktu-waktu lainnya. Buat orang yang baru denger atau baca mungkin banget bakalan ketawa ngakak : yang ini halu jadi nenek-nenek pengemis! Jika pada halu yang pertama tadi aku nggak terlibat dan hanya jadi orang yang mengamati dari jauh, sebaliknya buat halu yang ini, di sini aku berubah jadi nenek-nenek pengemis itu alias pake POV "orang pertama", aku sendirilah pelaku dari cerita halu ini.
Aku yang pada saat itu masih berumur sebelas tahun, langsung berubah jadi orang yang usianya bahkan jauh lebih tua daripada ortuku saat itu. Kayaknya udah ngalahin dua nenek aku juga! Sebuah rumah besar aku datangi, ingetnya itu rumah catnya putih jadi sama sekali bukan rumahku. Pintu rumah itu terbuka, berdiri seorang bapak yang usianya sepantaran dengan Papah (akhir 30 tahunan), dia sama sekali tidak kukenal, nggak pernah ketemu orangnya di dunia nyata.
Bapak itu bentak dan ngusir aku, karena aku mengemis kepadanya. Tapi apa tepatnya kata-kata yang dia katakan, sama sekali nggak ada yang inget. Halu ini bikin aku sedih, meskipun kalo ngeliat pengemis beneran malah curiga mereka nggak semiskin kelihatannya. Malahan agak takut uang yang mereka terima itu sebenarnya buat keperluan yang haram.
Setelah si bapak itu membentakku dalam wujud wanita pengemis tua, nggak pernah ada kelanjutannya dari adegan tersebut.
Di jalan tol menuju Dufan itu, aku menangis tanpa suara. Tiada seorangpun yang tau aku mewek, termasuk adik aku Irsyad yang sering berdua sama aku. Kalo gak salah waktu itu aku duduk sendirian di bus. Mungkinkah ini efek dari gabut di perjalanan, karena jalan tol itu jujur aja ngebosenin, pemandangannya monoton walaupun mulus tanpa lampu merah dan indah pepohonannya.
Yap, masih sama dengan skenario "anak-anak air mancur" tadi, makna dari skenario "nenek pengemis" juga beneran nggak jelas. Semuanya terasa ambigu. Bukan bunga tidur juga, karena itu semua terjadi di saat aku bangun, bukan tidur. Ternyata eh ternyata, kisah random yang singkat-singkat begini itu nggak hanya dua, tapi masih ada lagi.
Kisah Halu yang Ketiga
Buset, nggak nyangka ternyata masih ada satu lagi contoh kisah halu yang lainnya! Mulai dari kisah yang ketiga ini, munculnya nggak sesering kisah "anak-anak air mancur" dan "nenek pengemis". Ini adalah saat di mana aku mendadak punya clone, alias "kembaran yang bukan biologis". Saat aku duduk di ruang tengah rumah, clone dari aku ini lagi dimarahin Papah sambil terduduk dan menangis di ruang tamu, yang terletak di sebelah ruang tengah tempat aku yang "asli" berada dalam kisah halusinasi ini.
Aku yang "asli" dan clone ini pake baju yang berbeda. Kalo gak salah, aku yang asli dalam halu pake blus batik gambar wayang warna magenta (baju ini beneran aku punya dan suka dipake sekitar aku kelas IV hingga V), sedangkan clone tadi mengenakan t-shirt kuning pucat (ini nggak tahu aku pernah punya baju ini atau nggak). Entah apa kesalahan yang diperbuatnya sampai tiruan dari diriku itu dimarahin sama Papah, aku nggak ngikutin dari awal dan tahu-tahu udah gitu kejadiannya. Sampai-sampai, sang tiruan itu sebelum terduduk sambil menangis itu sempat dihempaskan ke lantai sambil Papah memarahinya, lengannya sang clone aku dilepaskannya dengan kuat hingga dia terduduk di atas ubin!
Pada kenyataannya, aku nggak pernah dibanting kuat-kuat ke lantai gitu lho sama ortu sendiri, suwer! Di sana, aku yang asli nggak bisa ngapa-ngapain selain nangis sedih ngeliat "kembaran" sendiri lagi berada dalam situasi begitu. Anehnya, aku kayak nggak bisa bergabung sama mereka, kayak ada semacam sekat tidak kasat mata gitu yang menghalangi ruang tamu dan ruang tengah. Bukan hanya aku aja, semua orang di rumah nggak ada yang bisa intervensi sama adegan tadi itu.
Walaupun kisah yang ini berisi orang-orang dalam kehidupanku sendiri, yaitu aku (meskipun ada tiruannya) dan almarhum Papah, tetep masih ambigu "apa sih pesan yang disampaikannya?" Dari mana tiruan aku itu juga nggak jelas. Apakah seorang ilmuwan diam-diam menggandakan aku dan untuk apa pula kegunaannya aku dikloning? Ini bukan mimpi, melainkan adegan yang dulu sering muncul sendiri di kepala, terutama di saat lagi rebahan atau jalan-jalan, paling banyak muncul kalo perginya pakai bus.
Pada saat halu itu sering muncul, aku belum tahu istilah clone. Namun, aku mendadak ada dua di sini, yang satunya entah siapa dan asalnya entah dari mana.
Kisah Halu yang Keempat
Ini udah separuh termasuk mimpi, karena beneran pernah jadi bunga tidur. Habis pernah jadi mimpi, udahnya terus recalled di dunia nyata meskipun nggak terlalu sering. Kayaknya ini halu kebagusan dech buat aku : di sini aku ketemu diriku versi putri duyung di sebuah pulau! Waktu itu aku udah jadi anak kelas lima, masih aja mimpi begini padahal aslinya sih putri duyung itu nggak pernah jadi top of the mind, alias bukan sesuatu yang bikin aku terobsesi dengannya.
Aku juga nggak pernah ada fase kepengen jadi putri duyung tiap kali ngeliat makhluk itu, bahkan sejak balita juga. Kalo ngehalu pengen jadi apa, kayaknya di umur sebelas jauh lebih pengen jadi cosplayer atau model praremaja. Oh, ya, aku kan dulu suka nyobain pake kostum Danny Phantom ala rumahan dari kaos dan celana panjang hitam! Mungkin ada sih sedikit keinginan jadi putri duyung, buktinya aku hampir kabita waktu ngeliat foto anak perempuan lagi cosplay jadi Ariel di Majalah Disney Princess.
Lagi-lagi, ya itu tadi, keinginan itu nggak pernah jadi top of my mind. Hanya terbersit kalo lagi baca itu majalah aja, udah gitu ya banyak lupanya sama keinginan itu tadi.
Walaupun keinginan jadi duyung itu pernah sedikit terbersit dalam benak ini, keinginan itu nggak pernah sampai menguasai kepalaku. Beda banget itu sama keinginan yang kuat buat pake kostum Danny Phantom jaman itu. Oke, balik ke apa saja yang terjadi dalam mimpi tadi itu! Secara ini udah lama banget-banget, yang bisa kuingat cuma sedikit banget juga : aku lagi salam perpisahan sama diriku yang versi putri duyung, sambil ada backsong dari OST adegan (spoiler) para roh yang naik ke langit dari kapal pesiar di film Ghost Ship.
Inilah video yang mengandung bawang karena soundtrack tersebut (tapi harus banyak skip, karena mulainya musik itu agak lama) : https://youtube.com/watch?v=cMmi5sRe8wc&si=EnSIkaIECMiOmarE
Meski itu film horor, tapi soundtrack dari adegan itu justru malah mengharukan. Begitu juga dengan perpisahan diriku dengan "aku" si putri duyung, entah kenapa rasanya sedih banget, padahal kalo pisah sama orang real life sih nggak pernah sampai segitunya. Dalam mimpi yang sering keingetan lagi ini, aku pergi dan pulang pake perahu raft, sendirian nggak sama Papah, Mamah, dan dua adik-adikku nggak tau kenapa. Putri duyung ini juga anehnya bukan tinggal di laut atau pantai, tapi di atas lapisan es kutub barengan sama banyak beruang kutub dan penguin (padahal sih kedua hewan itu tinggal di kutub yang berbeda, lho).
Kayaknya ini detail yang perlu deh buat dicatat : langitnya tidak cerah, nggak kayak langit di daerah pantai biasanya. Mungkin karena lokasinya juga memang bukan di pantai atau karena udah masuk waktu sore dalam mimpinya. Entahlah, pokoknya itu langit kayak yang mendung. Jadi kalopun udah sore, nggak ada cahaya matahari terbenam.
Langit dalam mimpi aku emang sering mendung, jarang banget yang cerah.
Kisah Halu yang Kelima
Ah, lagi-lagi Halu begini itu munculnya sehabis insiden itu! Sebenarnya, sebelum mengalami insiden itu pun udah langganan ngehalu, tapi jadi makin intens ketika setelahnya. Kisah halu dengan makna ambigu yang kelima ini adalah kabur dari rumah dengan bawa banyak merchandise Danny Phantom! Aslinya, hampir nggak ada yang jual merch Danny di dalam negeri, bahkan bonekanya juga nggak ada yang jual nggak kayak Heinz Doofenshmirtz!
Sejak kelas satu SD, aku udah suka ngehalu "gimana ya kalo aku punya kampung halaman yang asli, yang aku nggak tau karena aku dulu masih bayi dibawa ke rumah aku yang sekarang?" Aku pikir, itu cuma kebawa-bawa cerita sinetron doang. Ternyata eh ternyata, empat tahun kemudian, pas udah duduk di kelas lima juga malah muncul lagi keinginan untuk keluar rumah. Tapi kali ini bukan lagi didasari oleh pikiran kayak tadi, melainkan karena udah gak tau lagi cara apa buat mengatasi guilt dan insecure akibat insiden di hari pertama bulan Ramadhan 2008 itu.
Oleh sebab itu, sering kepikiran kalo lagi sendirian di kamar, aku pengen punya kehidupan sendiri yang baru. Karena nggak pernah liat ada merchandise Danny Phantom di Indo, alhasil seringnya aku ngehalu pergi sambil bawa bantal kesayangan dan boneka Buttercup dari Powerpuff Girls aja. Tentunya bawa baju ganti juga dong! Sayangnya, ada problem lainnya: mau kabur ke mana nih?
Inilah yang terjadi di kepalaku untuk kisah halu yang kelima ini: aku ambil dua barang kesayanganku (bantal kecil dan boneka Buttercup), terus semua merchandise Danny Phantom mulai dari boneka, figurin, komik, novel pendek, majalah (nah, yang ini di Indonesia beneran banyak majalah yang mengulas tentang Danny Phantom) aku masukin ke dalam tas Minmie hadiah ultah aku yang ke-11! Untuk khayalanku yang ini, bagian yang tersulit untuk diwujudkan itu "ngumpulin merch DP". Sebenarnya ngehayal keluar dari rumah sih banyak dialami oleh anak-anak, makanya banyak episode Nobita packing untuk kabur supaya kita saat kecil dulu bahkan sampai sekarang pada relate. Namun, kalo sebab kaburnya gegara sebuah peristiwa yang bikin selalu dihantui guilt dan insecurity, kayaknya nggak banyak karakter yang kisahnya begitu.
Dulu aku pikir, mungkin dengan keluar dari rumah yang selama ini aku tinggali, aku bisa ngelupain Insiden Kelinci itu. Pas aku masuk SMA, kan masuk ponpes dan mau gak mau pastinya masuk asrama tentu pisah dari keluarga juga dong! Anehnya, peristiwa penuh kontroversi dan ber-damage besar dalam masa pra-remaja aku itu masih aja nempel di ingatan, padahal udah suasana baru dengan tinggal di asrama. Dari sinilah aku makin ngeh bahwa memori itu perlu perlakuan khusus, nggak kayak pengalaman yang biasa yang terlupakan begitu saja.
No comments:
Post a Comment