Wednesday, March 22, 2023

Jujur-jujuran Kepada Nenek di Hari Pertama Bulan Puasa

Catatan 23 Maret 2023

Hari ini adalah hari pertama bulan puasa tahun ini. Untungnya sahur hari ini berjalan lancar, tidak ada emosi negatif apapun karena masih pusing habis bangun tidur. Bangun tidur untuk sahur juga gampang, nggak sambil ngantuk makannya. Inget deh puasa tahun lalu suka bawa selimut ke ruang makan, makan sahur sambil selimutan karena udaranya juga memang dingin.

Tadi malem aku dan keluarga ke rumah Nenek ibunya almarhum Papah. Aku pengen deh suatu saat curhat ke beliau tentang Insiden Kelinci, karena aku penasaran dengan sudut pandang beliau tentang peristiwa tersebut. Selama belasan tahun lamanya, kisah ini belum di-spill ke beliau karena dirasa terlalu sensitif (menyangkut soal adikku yang wafat). Untuk menceritakannya kepada beliau, kisah ini akan dibuat tidak spesifik menyebutkan nama adikku, hanya menyebut peristiwa kematian manusia secara umum saja.

Sebenarnya poin atau inti dari pertanyaan itu 'kan untuk menyebut peristiwa kematian manusia secara umum juga, hanya saja itu jelas peristiwa kematian yang paling berbekas buat aku. Makanya jadi top of my mind pada saat itu, bukan sengaja menargetkan adikku.

Kenapa sih aku penasaran dengan sudut pandangnya Nenek untuk kisah itu? Karena beliau adalah yang dulu terlihat paling gusar ketika aku lagi dalam fase ketergantungan pada Danny Phantom. Lewat kisah nyata Insiden Kelinci, di sini aku pengen menjelaskan bahwa keterikatan aku pada masa kanak-kanak kepada Danny Phantom yang sebenarnya adalah coping mechanism dari kesedihan akibat Insiden Kelinci yang juga tidak kunjung hilang. Meskipun upaya tersebut nggak berhasil jadi obat buat kesedihan tadi, semoga beliau paham bahwa obsesinya diriku di masa pra-remaja untuk Danny Phantom bukannya kisah fangirling biasa.

Fangirls memang dikenal akan sifat obsesifnya, tetapi buat aku ada alasan yang berbeda. Pada awalnya, sebelum insiden tersebut kejadian, aku emang udah ada bibit terobsesi dengan apapun tokoh fiktif kesukaan aku. Bahkan berlaku juga buat tokoh yang nggak good-looking kayak Swiper dari Dora The Explorer sekalipun (ciyusan)! Namun, ketika fase Danny Phantom "menjabat", perasaanku jadi lebih dalam, obsesiku arahnya lebih mirip ketergantungan, dan sikap-sikapku lebih cringey, terkunci, serta lebay, terutama pasca Insiden Kelinci (perubahan sikapnya aku ketika fase D. P. ini dijelaskan pada catatan nanti saja ya).

Ketika banyak orang menganggap hewan peliharaan itu "cuma", Nenek malah pengen nangis ketika kelinci peliharaannya mati di saat beliau masih muda dulu. Beliau menceritakan ini bukan waktu tadi malem aku datang ke rumah beliau, melainkan beberapa bulan yang lalu. Alasanku ke rumah beliau tadi malam itu bukan hanya silaturahmi sebelum bulan puasa, tapi juga rencananya mau bahas pengalamannya beliau tentang kelinci yang mati itu. Ingin denger aku menurut beliau, bener gak sih kalo kita sedihnya sama mendalamnya antara manusia dengan hewan itu bikin manusia setara derajatnya dengan hewan?

Monday, March 20, 2023

Cosplaying Jadi Karakter Bersarung Tangan Guna Menghilangkan Kebiasaanku yang Berbahaya!

Catatan 19 Maret 2023

Vanessa Doofenshmirtz dari dimensi kedua atau Alternate universe

Satu lagi kebiasaan aku yang aneh dan sudah masuk kategori "berbahaya" : kopetin kulit di sekitar kuku tangan! Sejak kira-kira aku umur empat, kebiasaan itu udah ada dan belum terlalu sembuh. Waduh, kalo udah gini sih perlu banget buat nutupin jari-jari tangan aku biar nggak diliatin dan dikopetin terus. Biasanya kebiasaan itu ditambah ngeliatin kuku, muncul kalo lagi mikir keras atau ngelamun, pertama kali guru di sekolah noticed kebiasaan melamun ini jaman masih kelas 1 SD. 

Untung hari ini ada tisu buat menyerap darah dari jari jempol tangan yang luka akibat dikopetin (sssshhhhh, ngilunya). Tapinya kan nggak bagus terus mengandalkan tisu untuk "kapan-kapan saat jari aku berdarah"! Berarti, kebiasaan ngopetin kulit deket kuku jari ini harus segera diatasi. Nah, kita cari tahu dulu nih kenapa aku sering timbul dorongan buat kelupasin kulit kuku ini.

Hari Jumat kemarin tanggal 17 Maret lalu, aku check-up kesehatan. Hasilnya, stres aku ini lumayan tinggi, lho! Kebiasaan mengelupaskan kulit kuku sambil diliatin ini seperti yang tadi dibilang, muncul ketika lagi banyak mikirin sesuatu. Banyak mikir itu adalah salah satu ciri stres.

Sebelum aku bisa buat nggak terlalu banyak mikir, setidaknya bentuk kuku yang kurang rapi dan kulit di sekitarnya yang udah biasa ngelupas sendiri itu nggak bikin kepikiran! Gimana caranya biar nggak jadi gelisah? Untuk permulaan, kayaknya perlu deh buat nutupin jari-jari pake sarung tangan. Emang sih nggak langsung menghilangkan akar dari stres itu sendiri, tapi dengan mengurangi satu atau dua hal yang menggelisahkan mungkin saja akan ber-impact besar!

Apa aja model dan warnanya, nih, sarung tangan yang mau dibeli? Karena pilihan sarung tangan di toko online itu buanyak beut, makanya harus ada karakter fiksi yang jadi patokan untuk beli sarung tangan nanti, ya. Berhubung tujuan pake sarung tangan ini biar pelan-pelan berhenti kopetin kulit dan liatin kuku jari tangan, semua jariku harus tertutupi oleh sarung tangannya! Dengan kata lain, haram pake sarung tangan model fingerless, karena kuku jarinya bakalan tetep kelihatan!

Nah, ada nih beberapa karakter yang pake sarung tangan buat outfit utamanya, tapi pakaiannya tetap realistik. Outfit mereka bukan hanya sebatas untuk setting cerita fantasy aja, jika diberi beberapa penyesuaian. Karena ada lebih dari satu karakter yang pake sarung tangan, jadi aku bakalan beli lebih dari satu pasang. Harus punya banyak koleksi sarung tangan biar bisa sering-sering ketutupan.

Inilah beberapa karakter yang rutin pake sarung tangan dalam outfit yang lumayan realistik, menyerupai pakaian kasual :

1. 2nd Vanessa Doofenshmirtz (Phineas and Ferb dari deleted scenes "Across The 2nd Dimension" dan episode "Tales of The Resistance", setelah batal muncul di movie akhirnya dapet kesempatan juga) tinggal aksesoris rambutnya aja dibikin lebih normal
2. Birgitte (Phineas and Ferb dari episode "Night of The Living Pharmacists"), ini contoh outfit yang paling normal di antara lima karakter ini
3. Iroha Tamaki (Spin-off dari Puella Magi Madoka Magica) dengan sedikit penyesuaian agar lebih cocok untuk kostum real life 
4. Vicky The Kid (Fairly Oddparents dari episode "Odd, Odd West"), jika tanpa topi koboi bisa keliatan kayak pakaian kasual
5.  

Thursday, March 16, 2023

Arti dari Membandingkan

Catatan 16 Maret 2023


Salah satu cara untuk mengetahui apakah kita punya trauma atau tidak adalah dengan mengetes "ada gak sih kata-kata tertentu yang jika kita menemukannya selalu membuat teringat akan peristiwa yang tidak menyenangkan?" 

Ketika aku kelas V, beberapa bulan setelah Insiden Kelinci, pernah kutulis beberapa kata yang membuatku selalu keingetan lagi sama insiden tersebut. Inget deh waktu itu lagi liburan tahun baru 2009 di rumah Nenek (ibunya almarhum Papah) barengan sepupu aku Mayang. Aku, Mayang, dan adikku yang terbesar Irsyad lagi ngegambar dan nulis di kertas-kertas yang dilipat di tengah, dijadikan buku dikasih dari Paman (adik bungsunya Papah). Di situlah kutulis beberapa kata yang selalu bikin flashback kejadian yang udah nggak baru lagi itu.

Kata-kata tersebut antara lain adalah :
1. Menyamakan
2. Membandingkan
3. Meninggal/mati
4. Kelinci

Oke, untuk kata nomer tiga di atas itu wajar kalo bikin sedih denger atau bacanya, tapi buat aku pribadi sih udah another level of sadness (rasa sedihnya beda dengan tipikal orang-orang). Karena, perihal meninggal atau mati ini aku pernah ngeluarin perkataan yang kontroversial dan terkejut banget begitu tahu itu menyinggung. Mayang dan aku tukeran buku dari kumpulan kertas tadi, karena pengen lihat karya masing-masing. Kalo Irsyad sih jelas udah familiar sama gambaran aku dan sebaliknya, jadi yang tukeran karya cuma kami berdua yang anak-anak perempuan aja.

Ternyata, "buku karya" Mayang masih kosong banyak! 😯 Baru sedikit gambar dan tulisan yang dia torehkan di beberapa lembar pertama. Seinget aku sih dia itu bikin gambar masjid dan di depannya ada anak perempuan. Waktu itu, dia masih jadi anak kelas IV (seangkatan di bawahku).

Setelah aku ngeliat karya dia yang baru sedikit dan dia ngeliat karya aku yang udah ngabisin empat atau lima lembar kertas yang dijadikan buku itu (total masing-masing buku itu ada kurang lebih 10 halaman), ...

"Teh Hanna, boleh aku salin semua tulisannya dan gambarnya aku bikin ulang?" pinta Mayang.

"Boleh dong!" seruku dengan semangat. Menurut aku sih ada yang meniru gambar karyaku itu suatu kesenangan sendiri! ☺️

Sambil dia salin semua tulisan dan gambar aku di bukunya, aku liatin apa aja yang dia salin. Ternyata semuanya, emang literally semuanya dia tulis dan gambar ulang! Bahkan termasuk "daftar kata-kata sedih" itu, padahal dia saat itu belum tahu-tahu acan Insiden Kelinci itu. Nggak heran, daftar kata itu bikin dia penasaran sama konteksnya, kenapa bisa bikin aku sedih!

"Teh Hanna, kenapa kata 'membandingkan' dan 'menyamakan' itu bikin sedih?" tanyanya setelah selesai menyalin total isi buku karyaku. Untuk yang lainnya sih dia lumayan memahaminya, apalagi saat itu dia juga lagi pelihara kelinci di rumahnya.

Untuk menjawabnya, aku agak berat untuk menceritakan kisah itu dengan lengkap dan apa adanya. Saking takutnya semakin dianggap aneh (kenapa ngeliatin gambar Danny Phantom berjam-jam nggak ada rasa takut dianggap aneh? Karena itu usahaku buat ngelupain kejadian itu, sayangnya nggak pernah berhasil dengan cara itu!), aku cerita bahwa aku dimarahin Papah gegara nangis sama kelinci yang mati. Jeleknya aku di masa lampau itu, cuma cerita sebatas gitu aja. Nggak dirinci lagi bahwa pertanyaan itulah yang sebenarnya bikin Papah marah, bukannya karena nangisin kematian kelincinya.

Terus, apa hubungannya dengan kata "menyamakan" dan "membandingkan"? Mayang hanya mendengar dariku bahwa aku menyamakan rasa sedihku untuk manusia dan kelinci juga membandingkan reaksi orang lain terhadap manusia yang meninggal serta kelinci yang mati. 

"Udah Teh, jangan dibahas lagi," hibur Mayang. 

Untungnya air mataku belum turun deras kayak hujan, juga itu lagi di rumah Nenek, ruwet lagi masalahnya kalau sampai kisah ini bocor ke keluarga. Waktu itu, reaksinya dia menghiburku karena kisahnya nggak dirinci. Detail bahwa aku nyebutin Hanif, adik aku yang meninggal dalam Insiden Kelinci itu, nggak disebut, terlalu takut! Terlalu takut dia malah ngetawain atau mikirnya aku ini jahat ke almarhum adik kandung sendiri!

Ini pertama kalinya aku menceritakan kisah ini untuk orang di luar keluarga inti, sampai-sampai dia lebih dulu aku sharing kisah itu daripada Mamah! Ya, karena orang selain keluarga dekat nggak akan ngorek-ngorek kejadian itu sampai mendetail, makanya berani spill ke Mayang. Itupun nggak terlalu diceritakan secara terbuka, baru deh Mayang tahu kisah selengkapnya itu hampir sepuluh tahun kemudian!

Tepatnya, pada tahun 2018 aku berani menceritakan kisah ini secara benar-benar terbuka! Tidak ada lagi yang ditutup-tutupi kayak catatan harianku di diary/binder jaman kelas tujuh. Ternyata eh ternyata, dia tahu kisah aslinya juga nggak bikin dia mencemooh aku. Saat itu, kami berdua sedang curhat tentang kisah masing-masing ortu kami.

"Papahnya Teh Hanna mah ngomongnya pedas, ya!" katanya.

Sebenarnya bukan soal pedasnya sih yang bikin sedih terus-terusan, melainkan lebih ke kaget karena disangkanya aku itu nggak bikin beliau marah. Aku bolos sekolah atau ngelawan ortu terus dikasih omongan pedas sama beliau sih udah nggak kaget lagi. Dalam perkiraanku, Papah itu ngejawab pertanyaan aku dalam insiden tersebut. Soalnya belum puas sama beliau versi halu yang ngasih jawaban gini : "Adiknya Teteh itu kan manusia, kalo kelinci itu kan binatang. Jadinya orang lebih sedih untuk yang sama-sama manusia", tapi pada kenyataannya pertanyaan itu baru terjawab sekian tahun kemudian setelah sering ngelamun.

Jawaban Papah dalam versi halu itu emang benul, "bener dan betul". Cuman, buat logika aku yang pada saat itu berusia sebelas tahun kurang sebulan, rasanya masih kurang cukup jawaban kayak gitu. Kalo nanyeak ke orang lain, takut mereka lebih nggak ngerti lagi, kalopun bukan ngejek ke aku. Biasanya cuma Papah yang mampu menjawab pertanyaan rumit begitu (buat orang awam sih malah konyol), rupanya ada kalanya memang lebih tepat jika bertanya kepada orang yang lainnya di luar beliau.

Empat belas tahun setelah kejadian itu berlalu, aku tetiba kepikiran buat cari "apa sih definisi persisnya dari membandingkan". Lalu taraaaa, ketemu deh di Brainly.co.id!

"Membandingkan adalah melakukan pengamatan terhadap 2 atau lebih obyek yang setara atau sejenis dan diberikan perlakuan yang berbeda untuk mengetahui perbedaan atau persamaan nilai, perubahan atau sifat lainnya yang ingin diketahui."


Lalu, ada lagi satu definisi lainnya : 

membandingkan] Arti kata membandingkan di KBBI adalah: dua benda (hal dan sebagainya) untuk mengetahui persamaan atau selisihnya.


Dari definisi yang pertama, tertulis frasa "dua objek yang setara atau sejenis". Pas baca itu, aku mikir gini : adikku almarhum jelas nggak mungkin aku anggap setara dan sejenis dengan kelinciku itu yang hewan peliharaan, tetapi keduanya memberikan kedukaan yang sama buatku. Meskipun adik sendiri pastinya jauh lebih berharga. Iya sih, buat orang umum atau "akal sehat/normal", tidak apple to apple manusia dengan hewan itu. Namun, untuk pemilik pet, berdukacita bisa sama dalamnya dengan sesama manusia tanpa menjadikan derajat manusia itu sendiri jatuh.

Dari definisi yang kedua, diambil dari KBBI ini lebih sreg untuk pengalamanku itu. Dari pertanyaan itu, aku cuma kepo lebih lanjut tentang perbedaan manusia dengan hewan selain dari pernyataan "manusia itu tinggi derajatnya karena berakal, sedangkan hewan tidak punya akal". Tidak ada niatan buat ngerendahin adik aku sendiri, buat apa, gak ada gunanya buat diriku sendiri juga. Aku mau jawaban, cukup satu jawaban (udah kayak lagunya T2 yang judulnya "OK!!!") yang ternyata udah kejawab sendiri lewat ngelamun di hari liburan lebaran yang gabut pada tahun 2011 lalu dan juga curhat sama warganet di Twitter tahun ini.

Selain dari perbedaan, aku juga pengen tahu persamaannya dari manusia dan hewan. Meskipun manusia memiliki akal, tetapi pastinya masih ada persamaannya dengan hewan. Karena, manusia masih digolongkan sebagai kingdom "animalia", yaitu kerajaan makhluk hidup untuk hewan. Buat pet owners, persamaan antara anggota keluarga sendiri dengan hewan piarannya adalah disayangi dengan sepenuh hati dan banyak berinteraksi dengan mereka. ❤💞



Wednesday, March 8, 2023

Di Hari Perempuan Internasional Ini, Aku

Catatan 8 Maret 2023

Hari ini adalah Hari Perempuan Internasional! Mau bikin proyek apa ya? Soalnya ada buanyak pol karakter perempuan yang aku suka! Dari Phineas and Ferb aja kayaknya hampir semua tokoh perempuannya aku suka, terutama Vanessa dan Charlene, itu anak dan ibunya, coy!

Berhubung aku lagi revisi bab I hingga III skripsi, alhasil nggak ada ide dan semangat untuk menggambar yang keluar. Lama juga ya aku nggak ngegambar? Kayaknya udah itungan bulan deh nggak bikin gambar! Mungkin proyek iklan es krim Spongebob itu gambar yang terakhir kalinya dibikin!


Monday, March 6, 2023

Meluruskan Kesalahpahamanku yang Berlangsung Selama Dua Bulan

Catatan 6 Maret 2023

Hampir 13 tahun yang lalu, aku masuk SMP, tepatnya Juli 2010. Pelajaran Bahasa Indonesia kelas tujuh yang paling menarik adalah menulis diary, sekaligus menjadi yang paling signifikan dampaknya. Dampak dari tugas tersebut bukan hanya berefek pada kebiasaan aku sekarang ngetik blog pribadi doang. Sebenarnya bukan dari tugasnya itu yang ngaruhnya paling gede, melainkan apa yang waktu itu ditulis di buku itu. 

Pada tahun kedua setelah Insiden Kelinci, yaitu tanggal 1 September 2010, di skul lagi ada Ramadhan Fair. Walaupun bukan kegiatan belajar biasa, tapi lomba-lomba, tetep aja ingatanku pada hari itu masih sering melayang ke masa-masa jaman SD. Padahal saat itu aku udah naik jenjang pendidikan! Kata pikiranku waktu itu : tepat pada hari ini adalah peringatan dua tahunnya Insiden Kelinci!

Waktu itu belum kunamai demikian sih untuk insiden tersebut. Dulu aku nyebutnya "sahur hari pertama puasa yang menyedihkan". Hari itu di koridor sekolah lagi lomba bikin parcel per kelompok karena acara Ramadhan Fair ini diadakan ketika udah deket hari-hari lebaran, untungnya aku bisa menyelesaikan lomba ini bareng temen-temen baru di SMP. Begitu kelar itu lomba, di ruangan kelas buru-buru nulis entri buku diary untuk hari itu, karena bagiku sih maaf kata, tidak ada hal yang luar biasa dari lomba parcel lebaran itu. 

Telah berlalu dua tahun dari Insiden Kelinci, tetep aja aku belum paham apanya sih yang bikin Papah tersinggung akibat pertanyaan pada insiden itu. Walaupun adik aku Irsyad udah beberapa kali ngejelasin bahwa itu nyamain manusia dengan binatang, bagi pertanyaan aku itu kerasanya nggak gitu, nggak kayak bikin manusia sama dengan binatang. Sebelum aku paham bener alasan di balik tersinggungnya Papah, pada saat itu sempet muncul dugaan aneh bahwa beliau benci banget sama kelinci, makanya nggak mau ada manusia yang dibandingkan dengan hewan itu. Untuk situasi dan kondisi lainnya, membandingkan manusia dengan hewan itu tidak dianggap merendahkan atau menyamakan, ini dulu bikin makin bingung di mana letak kesalahannya!

Ini akibat dari aku dulu nggak buruan curhat sama orang yang tepat, makanya problem ini malah jadinya makin runyam!

Versi bahasa sopan : Ketika pemahamanku terlambat dan aku mencoba untuk menebak-nebak sendiri, biasanya malah hasilnya jauh beda.

Versi bahasa kasar : Ketika aku lagi berada dalam "kebodohan", dengan berusaha mikir sendiri malah ujung-ujungnya makin ngaco pemahamannya.

Buku harian itu masih inget pake binder "Harvest" gambar Capricorn, padahal aku Libra tapi zodiak itu lagi nggak ada di tokonya. Atau mungkin aja ada alasan lainnya kah, kenapa nggak pilih gambarnya sesuai dengan zodiak aku? 


Ayo, kembali ke topik awal! Nanti bakalan ada sendiri catatan yang khusus membahas tentang binder tersebut!

Inilah entri buku harian aku untuk peringatan dua tahun Insiden Kelinci : (aku tulis seingetnya aja karena udah banyak lupanya, udah lama sih!) 

"Hari ini, tepat pada tanggal 1 September 2010 sudah dua tahun dari 'sahur hari pertama bulan puasa yang menyedihkan'. Ketika aku sedang sahur, Eyang Putri memberitahu bahwa kelinciku mati. Di saat aku bersedih karena kelinci itu mati, Papah memarahiku. Apakah beliau benci dengan kelinci peliharaanku? Jika iya Papah benci sama kelinci, kenapa nggak pernah bilang itu sebelumnya, sehingga Uwa ngasih kami dua kelinci waktu itu?" 

Entah gimana ceritanya, pada suatu malam setelah bulan puasa usai, adikku Irsyad nggak sengaja baca buku harian tersebut. Dulu aku belum ngerti kenapa diary itu harus pribadi dan rahasia, karena biasanya aku nggak nulis hal-hal yang memalukan kalo orang baca. Isinya palingan cuma kegiatan sehari-hari dan gambar-gambar karya sendiri. Kayaknya waktu itu tujuan awalnya buat ngeliatin ke Irsyad satu gambaran karya aku yang letaknya beberapa halaman sebelum entri tentang mengenang kembali dua tahunan Insiden Kelinci itu.

"Teh, ini sih jadinya kayak ngefitnah Papah! Di situ Teteh nggak nulis bahwa Teteh nanyain 'itu'. Padahal yang bikin Papah marah itu kan karena ditanyain soal 'itu'. Artinya seakan kayak Papah yang benci banget sama kelinci!" ujar Irsyad ketika nggak sengaja buka lembar-lembar selanjutnya dan baca tulisan itu. 

Langsung jantungan aku, takutnya Papah denger! Bisa bahaya tuh kalo sampai beliau denger terus baca catatan itu, malahan makin buruk! 

"Jadi, Papah itu marah ke Teteh hari itu bukan karena beliau benci kelinci?" tanyaku kaget, ternyata dugaanku selama dua tahun ini salah, tidak benar!

"Papah itu bukan benci sama kelinci, tapi karena Teteh waktu itu nanya yang menyamakan manusia dengan binatang!" jelas Irsyad. 

"HAAAH!?" Aku tersentak, menyadari kekeliruanku memahami insiden itu yang malah menjadi jauh berbeda daripada kejadian yang sebenarnya! Saat dia ngomong itu masih nggak ngerti juga kenapa pertanyaan pada insiden itu dianggap menyamakan manusia dan hewan, tapi setidaknya udah terbuka pemahamanku yang baru.

Tadinya kami berdua lagi di ruang belajar di bawah tangga untuk ke lantai dua, aku buru-buru ambil binder itu buat buang lembaran entri tanggal 1 September 2010 itu! Aku lari ke dapur buat buang lembar itu ke tempat sampah. Apa boleh buat, catatan tanggal 2-nya ikut ilang, deh, karena ditulis di halaman belakangnya. Guru Bahasa Indonesia juga nggak akan ngerasa aneh jika di buku itu dari tanggal 31 Agustus langsung lompat ke tanggal 3 September, karena aku emang sering lupa nulis entri diary sampai beberapa hari.

Ngeliat aku lari ke dapur, Eyang Putri yang lagi di kamarnya yang terletak di lorong menuju dapur belakang, nanya, "Ada apa Teh Hanna?"

"Nggak ada apa-apa! Mau buang sampah, Yang Ti!" sahutku sambil melanjutkan langkahku ke dapur belakang yang gelap.

Di situ aku nggak sepenuhnya bohong, karena arti dari sampah itu 'kan bisa juga "sesuatu yang udah nggak diperlukan atau nggak berguna lagi". Aku emang udah nggak perlu lagi catatan untuk tanggal 1 September itu, karena udah diberi paraf sama gurunya juga. Buku harian kami semua dikumpulkan untuk diberi paraf dan sesekali ditambahkan komentar oleh guru bahasa Indonesia kami. Ketentuannya, hanya beliau yang boleh baca buku harian kami semuanya dan jangan sampai dibaca sama temen!

Ternyata malah lebih bahaya kalo dibaca sama ortu sendiri! Udah kayak Nobita yang nyumputin kertas ulangan yang nilai nol dari emaknya! Guru Bahasa Indonesia itu untungnya nggak ngasih komentar yang macam-macam. Kalau tidak salah begini komennya beliau : "waduh, kenapa Papah Hanna bisa benci sama kelinci, tuh?"

Papah udah mencium gelagat bahwa aku sedang menyembunyikan sesuatu dari beliau. Biasanya, aku menyembunyikan karya gambarku yang berupa karakter kartun yang pakaiannya terbuka auratnya. Beliau nggak suka aku bikin gambar yang kayak gitu. Namun untuk kali ini, catatan topik sensitif kayak gitu malah jauh lebih buruk akibatnya kalo ketauan sama Papah ketimbang bikin gambar macam begitu! 

"Teteh bikin gambar yang 'malu' lagi, ya?" tanya Papah menyelidik dari ruang tamu. Beliau nggak suka kalo gambar baju terbuka itu dibilang "seksi", jadinya aku sebut itu "malu".

"Bukan, Pah!"

(Walaupun emang iya sih gambarnya cover dari binder Capricorn itu lumayan seksoy!)


Akhirnya aku berhasil menyobek lembar tersebut dari binder dan karena lagi buru-buru, aku nggak sempet buang ke tempat sampah. Lembar tersebut aku taruh asal aja di lantai dapur yang gelap. Padahal dalam kondisi normal, aku takut gelap apalagi di dapur belakang. Untuk kasus ini, sikonnya beda lagi dan jauh lebih serem kalo Papah sampai baca tulisan itu dan keingetan lagi kisah itu!

Padahal kenangan menyedihkan itu udah aku kubur dari keluarga walaupun masih aja suka kebaca sama Irsyad. (Sekarang malah sering aku sharing kisah ini ke banyak orang, termasuk strangers di Twitter karena aku tahu, orang yang beneran paham perasaanku nggak akan ngejek dan biasanya justru ketemunya yang emang relate dengan kisah ini).

Habis aku buang selembar kertas halaman binder Capricorn itu, rasanya lega banget. Aku segera nyamperin Papah ke ruang tamu dan aku ngejelasin bahwa itu bukan seperti dugaannya beliau. Isi buku yang aku umpetin dari beliau itu bukan gambar, tapi tulisan!

"Teh, Papah mah menghargai privasinya Teteh. Kalo kata Teteh bahwa Papah nggak boleh lihat itu, Papah juga nggak akan baca," tutur beliau kalem.

"Bukan yang 'malu-malu', kok, Pah," kataku mempertegas. 

"Papah tahu, kok."

Di situ aku tenang banget, ternyata seruan Irsyad pas baru baca tulisan aku itu nggak kedengeran sampai ruang tamu tempat Papah berada. Aku menghela napas lega sekaligus sedih, karena beliau menghargai isi buku yang kurahasiakan padahal kontennya menyinggung beliau. Jarang juga lho ada ortu yang menghargai privasi anaknya kayak gitu. Inget aja kalo Nobita pulang ke rumah, ibunya suka nemuin kertas-kertas bekas ulangannya di lacinya.

Hingga beliau wafat, Papah nggak pernah tahu isi dari catatan aku di binder diary itu. Maafin Teteh ya, Pah. Padahal gambar sampulnya juga udah nggak aman binder Capricorn itu, tapi catatanku itu bikin gambar itu nggak ada apa-apanya! Sebutannya jaman sekarang itu "menggiring opini" untuk catatan tadi, padahal akunya aja waktu nulis itu udah lagi "tersesat" sama pemikiran sendiri!


Catatan : lembar zodiaknya aku itu yang sudut kanan bawah, Libra.











Saturday, March 4, 2023

Efek dari Pikiran yang Kaget Karena Bangun Tidur "Mendadak"

Catatan 4 Maret 2023

Kira-kira seminggu aku males ngetik postingan buat blog, karena lagi ada pameran buat tugas kuliah aku. Pamerannya juga bukan di kampus, tapi di BCH (Bandung Creative Hub). Persiapannya nggak akan sesantai kalo acaranya masih di bangunan kampus. Ditambah lagi sempet mampet ide. 

Aku ragu buat ngetik ini, karena takut kayak yang nyalahin Papah. Marukan (dikirain) soal Insiden Kelinci itu udah nggak ada bahan lagi yang mau diceritain. Kayaknya blog aku nggak akan jalan dech kalo nggak bahas itu insiden yang udah lebih dari satu dekade. Dibilang udah basi kayak kata Regian buat Danny Phantom juga nggak bisa, karena setiap tahunnya dapet insight baru tentang kejadian itu. 

Beberapa bulan sebelum Insiden Kelinci terjadi, hatiku cenderung hepi (part ini nich yang bikin aku khawatir kayak yang nyalahin Papah, tapi aku hanya nulis yang beneran dialami dan dirasakan waktu itu 😔🥺). Di teve juga lagi musim tayangin iklan operator pulsa HEPI dengan jingle-nya yang catchy abis, "HEPI, yang baru-yang baru"! Itu ditayangkan pada bulan-bulan terakhir sebelum terjadinya insiden itu, yang juga sebelum bulan puasa 2008. Padahal kurang kejam apa bullying di sekolah, anehnya ini impact-nya kayak nggak ada apa-apanya dibandingkan insiden itu (kalo dibilang membekas sich ya sama aja membekas, tapinya less impactful, entah kenapa 😑).

Bulan Ramadhan tahun ini semakin dekat, pikiranku semakin giat mencari tahu akan insiden itu. Kenapa kayak nggak kelar-kelar, karena di situ aku kaget banget, nggak kayak kasus lainnya yang udah memprediksi kalo bakalan dimarahi Papah 😥😢. Menurut adikku yang besar Irsyad, ada banyak faktor penyebab kenapa peristiwa itu sangat bikin aku terkejut. Ini lanjutannya dari penjelasannya mengenai peristiwa ini yang udah jadi "core memory", makanya jadi lumayan susah buat dilupakan (orang lain sih pengen lulus UN SD itu biar bisa masuk SMP, kalo aku malah tujuannya biar lupa sama itu kejadian tapinya malah gagal lupa).


Simaklah penjelasannya di bawah ini mengenai faktor kenapa Insiden Kelinci ini terasa sangat impactful, bukan hanya termasuk dalam memori inti/core memory!

Ini ternyata ada pengaruhnya juga dari siklus bangun tidur yang mendadak berubah. Karena pada hari itu keluargaku sedang sahur pada hari pertama, otomatis untuk makan sahur itu bangun beberapa jam lebih awal dari biasanya. Alhasil tubuh kami semua boleh dibilang kaget karena perubahan jam bangun tidur yang mendadak. Tubuh kami yang kaget itu bikin lebih emosional karena masih dalam keadaan agak mengantuk.

Dalam keadaan lebih mengantuk daripada biasanya, aku dikejutkan dengan kabar matinya kelinciku oleh Eyang Putri (ini jelas bukannya beliau sengaja bikin kaget, ya, hanya ngasih info aja) ditambah beliau kalo ngomong itu emang nada suaranya suka agak ngagetin! Bisa dibayangin tuh, lagi ngantuk, terus denger kabar yang sedih walaupun itu "cuma" tentang binatang. Dengan alam pikiran yang belum sadar betul, emosi jadi lebih sensitif daripada keadaan normal. Andaikata dikasih taunya pas udah pagi atau siangnya, kayaknya nggak akan sesedih itu deh kalo denger info binatang piaraan yang mati. 

Kalo kita baru bangun tidur, suka masih pusing dan lebih cepat emosi, kan? Emosi di sini nggak melulu gampang ngambek, tapi juga gampang sedih. Gampang kepicu lah, intinya. Juga, dari hari-hari sebelumnya emang udah banyak peristiwa yang bikin sedih buat aku.

Itu baru beberapa suapan pertama makan sahur lho, dapet kabar itu! Artinya, baru mulai makan sahur, udah kaget lagi. Karena kesadaran atau "nyawa" yang belum ngumpul bener tadi itu, aku lebih condong ke arah emosional dan kurang dapat berpikir jernih. Lagi sensitif, sedihnya banget-banget, itu bikin aku malah heran kenapa orang lain di sekitar malah B aja sama kabar ini.

Padahal menu makan sahurnya asik banget lho, bakso udang dan capit kepiting yang dilapisi daging kepiting imitasi dari daging surimi. Kemarinnya udah seneng banget mau sahur pake dua bahan makanan itu.

Sudut pandang aku yang emang agak lain daripada orang normal plus keadaan lagi emosional karena masih pusing itu bikin pikiranku makin-makin ngelantur. Makanya terlintas dan kemudian terlontar pertanyaan yang kontroversial akibat kabar itu! Di sisi lainnya, bukan hanya aku yang masih agak pusing karena bangun tidur yang mendadak lebih dini daripada biasanya, tapi juga semua orang lainnya terutama Papah! Oleh karena itu, beliau juga sedang dalam keadaan lebih cepat tersinggung daripada keadaan biasa, ketambahan pertanyaan yang kuajukan kepada beliau itu juga sensitif.

Aku yang tadinya udah sedih banget-banget karena lagi pusing habis bangun tidur udah dapet kabar sedih lagi, ya tambah sedih dan kaget (udah karena kabar itu ditambah juga karena dibentak sama Papah). Iya, ini yang bikin damage kejadian ini tahan hingga belasan tahun, karena sedih dan kagetnya berlapis. Karena dua-duanya lagi dalam keadaan pikiran yang belum siap betul, makanya kejadian ini bikin segalanya jauh lebih ber-damage. Ketambahan sama sekali kemarahannya beliau itu nggak diprediksi sama aku.

Di luar hal-hal yang terjadi pada saat itu, aku juga sudah dibombardir dengan beberapa kesedihan lainnya pada hari-hari sebelumnya, yaitu kelinci yang satunya mati duluan beberapa hari sebelum insiden ini dan juga kurang dari sehari sebelum kejadian ini adalah terjadinya Insiden Iblis.

Catatan tentang satu kelinci lainnya yang mati sebelum Insiden Kelinci : https://hannaswackyworld.blogspot.com/2022/06/gadis-sebelas-tahun-yang-mengulik-topik.html



Pesan dari sisi lain kejadian ini : 

- jika sedang makan sahur yang butuh beberapa jam bangun lebih awal dari biasanya (terutama pada hari pertama puasa yang dalam adaptasi jam bangun biasa ke jam bangun makan sahur), jangan langsung memberikan kabar yang buruk kecuali jika itu sesuatu yang mengancam nyawa kita

- agar pikiran kita tidak kaget dengan perubahan jadwal tidur yang mendadak bangun lebih awal beberapa jam daripada bulan-bulan biasa, sebaiknya biasakan untuk berpuasa juga di luar bulan Ramadhan supaya tidak sulit untuk menyesuaikan diri dengan jam sahur.

Seperti yang aku pernah bilang di catatanku tentang core memory, adikku Irsyad ini satu-satunya saksi mata pada kejadian tersebut. Jadi, dia menjelaskan hal-hal lainnya yang berkontribusi terhadap insiden ini yang menjadi memori inti buat aku.

Tinggal dua mingguan lagi bulan puasa tahun ini! Yah, jikalau nggak sempet buat puasa Sunnah, setidaknya membiasakan diri bangun sebelum subuh supaya nanti sahur nggak kagetan lagi. 

Sunday, February 26, 2023

Value/Manfaat Apa Nih Yang Udah Aku Masukin ke Blog Aku?

Catatan 26 Februari 2023


Lagi abis ide ngeblog di hari Minggu, buka Twitter, ketemu tweet ini di trending topic tentang Jerome Polin. Di saat aku lagi buntu ide, tweet tadi ternyata serasa menohok! Bikin blog, itu termasuk bikin konten juga kan? Walaupun konten yang aku bikin ini bentuknya tulisan, bukan video kayak Jerome.

Jerome bilang, "Aku harus kasih manfaat/value dalam tiap video aku.", ini bikin aku mikir-mikir lagi tentang semua postingan blog yang udah aku buat. Aku udah kasih value atau manfaat dalam semua yang aku ketik belum, ya? Selama ini isinya cenderung monoton, kebanyakan isinya mengupas tentang Insiden Kelinci yang boleh dikata "udah bulukan". Namun, segera inget lagi sama yang nge-DM di Twitter bahwa semua curcolan di blog ini malah lebih kayak makalah psikiatris!

Inget deh sama perkataan ibu kepsek aku waktu SMA, Bu Ocha. "Dalam diri kamu itu, bisa digali banyak ilmu, lho!" katanya kepada aku waktu dulu masih sekolah. Secara akademik, aku bukan yang paling top markotop, tapi dengan mempelajari semua tentangku, orang bisa banyak menemukan ilmu baru. Dengan mengkaji Insiden Kelinci aja, banyak nich hal baru yang bikin mulut menganga. 

Selain tentang pengalaman yang paling menjadi core memory itu, juga kisah-kisah gila tentang my ex-cartoon crush Danny Phantom! Topik ini juga aku mikir, apakah topik ini memberikan manfaat bagi pembacanya atau cuma kisah kebodohan diri doang? Kisah ini bukan hanya nge-share keabsurdannya aja ternyata. Di situ dibedah juga kenapa bisa sampai ada periode jadi sangat clingy sama si karakternya, kenapa bisa membuatku terus melontarkan kalimat-kalimat aneh seputar dia, kisah latar belakang dari dipilihnya Danny Phantom sebagai cartoon crush yang ternyata bukan hanya sekadar karena good-looking sahaja, dan sebagainya yang nggak nyangka bisa sedalam itu. 


Mengenang Kembali Karakter Anime Berambut Hijau Mint: Martina Zoana Mel Navratilova

Catatan Rabu, 20 November 2024 Ada kalanya, sebuah kenangan masa kecil kembali muncul begitu saja, membawa kita ke waktu yang lebih sederhan...