Sumber gambar : https://pixabay.com/users/booger_picker-16033783/?utm_source=link-attribution&utm_medium=referral&utm_campaign=image&utm_content=6867641
Salah satu cara untuk mengetahui apakah kita punya trauma atau tidak adalah dengan mengetes "ada gak sih kata-kata tertentu yang jika kita menemukannya selalu membuat teringat akan peristiwa yang tidak menyenangkan?"
Ketika aku kelas V, beberapa bulan setelah Insiden Kelinci, pernah kutulis beberapa kata yang membuatku selalu keingetan lagi sama insiden tersebut. Inget deh waktu itu lagi liburan tahun baru 2009 di rumah Nenek (ibunya almarhum Papah) barengan sepupu aku Mayang. Aku, Mayang, dan adikku yang terbesar Irsyad lagi ngegambar dan nulis di kertas-kertas yang dilipat di tengah, dijadikan buku dikasih dari Paman (adik bungsunya Papah). Di situlah kutulis beberapa kata yang selalu bikin flashback kejadian yang udah nggak baru lagi itu.
Kata-kata tersebut antara lain adalah :
1. Menyamakan
2. Membandingkan
3. Meninggal/mati
4. Kelinci
Oke, untuk kata nomer tiga di atas itu wajar kalo bikin sedih denger atau bacanya, tapi buat aku pribadi sih udah another level of sadness (rasa sedihnya beda dengan tipikal orang-orang). Karena, perihal meninggal atau mati ini aku pernah ngeluarin perkataan yang kontroversial dan terkejut banget begitu tahu itu menyinggung. Mayang dan aku tukeran buku dari kumpulan kertas tadi, karena pengen lihat karya masing-masing. Kalo Irsyad sih jelas udah familiar sama gambaran aku dan sebaliknya, jadi yang tukeran karya cuma kami berdua yang anak-anak perempuan aja.
Ternyata, "buku karya" Mayang masih kosong banyak! 😯 Baru sedikit gambar dan tulisan yang dia torehkan di beberapa lembar pertama. Seinget aku sih dia itu bikin gambar masjid dan di depannya ada anak perempuan. Waktu itu, dia masih jadi anak kelas IV (seangkatan di bawahku).
Setelah aku ngeliat karya dia yang baru sedikit dan dia ngeliat karya aku yang udah ngabisin empat atau lima lembar kertas yang dijadikan buku itu (total masing-masing buku itu ada kurang lebih 10 halaman), ...
"Teh Hanna, boleh aku salin semua tulisannya dan gambarnya aku bikin ulang?" pinta Mayang.
"Boleh dong!" seruku dengan semangat. Menurut aku sih ada yang meniru gambar karyaku itu suatu kesenangan sendiri! ☺️
Sambil dia salin semua tulisan dan gambar aku di bukunya, aku liatin apa aja yang dia salin. Ternyata semuanya, emang literally semuanya dia tulis dan gambar ulang! Bahkan termasuk "daftar kata-kata sedih" itu, padahal dia saat itu belum tahu-tahu acan Insiden Kelinci itu. Nggak heran, daftar kata itu bikin dia penasaran sama konteksnya, kenapa bisa bikin aku sedih!
"Teh Hanna, kenapa kata 'membandingkan' dan 'menyamakan' itu bikin sedih?" tanyanya setelah selesai menyalin total isi buku karyaku. Untuk yang lainnya sih dia lumayan memahaminya, apalagi saat itu dia juga lagi pelihara kelinci di rumahnya.
Untuk menjawabnya, aku agak berat untuk menceritakan kisah itu dengan lengkap dan apa adanya. Saking takutnya semakin dianggap aneh (kenapa ngeliatin gambar Danny Phantom berjam-jam nggak ada rasa takut dianggap aneh? Karena itu usahaku buat ngelupain kejadian itu, sayangnya nggak pernah berhasil dengan cara itu!), aku cerita bahwa aku dimarahin Papah gegara nangis sama kelinci yang mati. Jeleknya aku di masa lampau itu, cuma cerita sebatas gitu aja. Nggak dirinci lagi bahwa pertanyaan itulah yang sebenarnya bikin Papah marah, bukannya karena nangisin kematian kelincinya.
Terus, apa hubungannya dengan kata "menyamakan" dan "membandingkan"? Mayang hanya mendengar dariku bahwa aku menyamakan rasa sedihku untuk manusia dan kelinci juga membandingkan reaksi orang lain terhadap manusia yang meninggal serta kelinci yang mati.
"Udah Teh, jangan dibahas lagi," hibur Mayang.
Untungnya air mataku belum turun deras kayak hujan, juga itu lagi di rumah Nenek, ruwet lagi masalahnya kalau sampai kisah ini bocor ke keluarga. Waktu itu, reaksinya dia menghiburku karena kisahnya nggak dirinci. Detail bahwa aku nyebutin Hanif, adik aku yang meninggal dalam Insiden Kelinci itu, nggak disebut, terlalu takut! Terlalu takut dia malah ngetawain atau mikirnya aku ini jahat ke almarhum adik kandung sendiri!
Ini pertama kalinya aku menceritakan kisah ini untuk orang di luar keluarga inti, sampai-sampai dia lebih dulu aku sharing kisah itu daripada Mamah! Ya, karena orang selain keluarga dekat nggak akan ngorek-ngorek kejadian itu sampai mendetail, makanya berani spill ke Mayang. Itupun nggak terlalu diceritakan secara terbuka, baru deh Mayang tahu kisah selengkapnya itu hampir sepuluh tahun kemudian!
Tepatnya, pada tahun 2018 aku berani menceritakan kisah ini secara benar-benar terbuka! Tidak ada lagi yang ditutup-tutupi kayak catatan harianku di diary/binder jaman kelas tujuh. Ternyata eh ternyata, dia tahu kisah aslinya juga nggak bikin dia mencemooh aku. Saat itu, kami berdua sedang curhat tentang kisah masing-masing ortu kami.
"Papahnya Teh Hanna mah ngomongnya pedas, ya!" katanya.
Sebenarnya bukan soal pedasnya sih yang bikin sedih terus-terusan, melainkan lebih ke kaget karena disangkanya aku itu nggak bikin beliau marah. Aku bolos sekolah atau ngelawan ortu terus dikasih omongan pedas sama beliau sih udah nggak kaget lagi. Dalam perkiraanku, Papah itu ngejawab pertanyaan aku dalam insiden tersebut. Soalnya belum puas sama beliau versi halu yang ngasih jawaban gini : "Adiknya Teteh itu kan manusia, kalo kelinci itu kan binatang. Jadinya orang lebih sedih untuk yang sama-sama manusia", tapi pada kenyataannya pertanyaan itu baru terjawab sekian tahun kemudian setelah sering ngelamun.
Jawaban Papah dalam versi halu itu emang benul, "bener dan betul". Cuman, buat logika aku yang pada saat itu berusia sebelas tahun kurang sebulan, rasanya masih kurang cukup jawaban kayak gitu. Kalo nanyeak ke orang lain, takut mereka lebih nggak ngerti lagi, kalopun bukan ngejek ke aku. Biasanya cuma Papah yang mampu menjawab pertanyaan rumit begitu (buat orang awam sih malah konyol), rupanya ada kalanya memang lebih tepat jika bertanya kepada orang yang lainnya di luar beliau.
Empat belas tahun setelah kejadian itu berlalu, aku tetiba kepikiran buat cari "apa sih definisi persisnya dari membandingkan". Lalu taraaaa, ketemu deh di Brainly.co.id!
"Membandingkan adalah melakukan pengamatan terhadap 2 atau lebih obyek yang setara atau sejenis dan diberikan perlakuan yang berbeda untuk mengetahui perbedaan atau persamaan nilai, perubahan atau sifat lainnya yang ingin diketahui."
Sumber kutipan : https://brainly.co.id/tugas/42574942
Lalu, ada lagi satu definisi lainnya :
membandingkan] Arti kata membandingkan di KBBI adalah: dua benda (hal dan sebagainya) untuk mengetahui persamaan atau selisihnya.
Sumber kutipan : https://brainly.co.id/tugas/22017981?referrer=searchResults
Dari definisi yang pertama, tertulis frasa "dua objek yang setara atau sejenis". Pas baca itu, aku mikir gini : adikku almarhum jelas nggak mungkin aku anggap setara dan sejenis dengan kelinciku itu yang hewan peliharaan, tetapi keduanya memberikan kedukaan yang sama buatku. Meskipun adik sendiri pastinya jauh lebih berharga. Iya sih, buat orang umum atau "akal sehat/normal", tidak apple to apple manusia dengan hewan itu. Namun, untuk pemilik pet, berdukacita bisa sama dalamnya dengan sesama manusia tanpa menjadikan derajat manusia itu sendiri jatuh.
Dari definisi yang kedua, diambil dari KBBI ini lebih sreg untuk pengalamanku itu. Dari pertanyaan itu, aku cuma kepo lebih lanjut tentang perbedaan manusia dengan hewan selain dari pernyataan "manusia itu tinggi derajatnya karena berakal, sedangkan hewan tidak punya akal". Tidak ada niatan buat ngerendahin adik aku sendiri, buat apa, gak ada gunanya buat diriku sendiri juga. Aku mau jawaban, cukup satu jawaban (udah kayak lagunya T2 yang judulnya "OK!!!") yang ternyata udah kejawab sendiri lewat ngelamun di hari liburan lebaran yang gabut pada tahun 2011 lalu dan juga curhat sama warganet di Twitter tahun ini.
Selain dari perbedaan, aku juga pengen tahu persamaannya dari manusia dan hewan. Meskipun manusia memiliki akal, tetapi pastinya masih ada persamaannya dengan hewan. Karena, manusia masih digolongkan sebagai kingdom "animalia", yaitu kerajaan makhluk hidup untuk hewan. Buat pet owners, persamaan antara anggota keluarga sendiri dengan hewan piarannya adalah disayangi dengan sepenuh hati dan banyak berinteraksi dengan mereka. ❤💞