Kemarin aku iseng-iseng mencari lagi Trix and Flix, tokoh maskot Piala Dunia Euro 2008. Tahun tersebut ternyata sudah berlalu 14 tahun yang lalu, Yach? Oh, ya, tahun ini juga kan merupakan tahun genap, pastinya ada Pildun juga! Hanya saja gegara pandemi, sejak dua tahun yang lalu acara tersebut tidak terlalu ramai lagi seperti tahun-tahun sebelumnya.
Trix (kiri) dengan kaos putih dan Flix (kanan) dengan kaos merah
Semua maskot Piala Dunia setelah tahun 2008 nyaris tidak kulirik, karena preferensiku lebih ke karakter manusia ketimbang hewan. Betul, hampir semua maskot selain Trix dan Flix berbentuk hewan, kecuali maskot untuk Piala Dunia 2012. Itu pun penampilan tokohnya tidak jauh berbeda dengan "si kembar dari tahun 2008" itu. Nah, tetiba saja aku mendapatkan ide dari si kembar Trix dan Flix itu untuk gambar karakter yang akan dijadikan desain kaos produk untuk anak-anak cowok!
Akan tetapi, mereka bukan maskot Piala Dunia Euro pertama yang berupa tokoh manusia. Mereka sudah didahului oleh Kinas, maskot dari Euro 2004.
"Berbeda dari Maskot sebelumnya, di Euro 2004 karakternya bukan binatang melainkan seorang anak yang bernama Kinas."
Ditambah tempo hari aku melihat boneka trenggiling (yang ternyata bernama Fuleco) maskot Piala Dunia tahun 2014 di dasbor angkot yang kunaiki untuk berangkat ke kantor, semakin mantap saja ideku untuk membuat karakter yang mirip dengan maskot Piala Dunia..
Selama hari-hariku magang, aku kepikiran begini, "Aku sudah banyak menggambar karakter desain kaos untuk anak-anak perempuan, bagaimana untuk anak-anak yang lelakinya?" Pulang dari kantor, kuamati anak-anak yang tinggal di sekitar, ternyata anak-anak lelaki itu lebih suka mengenakan kaus bola ketimbang yang bergambar karakter. Akan tetapi, rasanya kurang adil dan kurang pas jika hanya berpusat di gender perempuan untuk target pasar usia anak-anak saja untuk produk yang akan kubuat ini. Ide segar menghampiri kepalaku : buat saja kaus bergambar karakter yang terinspirasi maskot Piala Dunia, terutama Trix dan Flix!
Jika menggunakan karakter aslinya, pasti akan kena hak cipta (copyright)! Untuk mendapatkan izin atau lisensi menggunakan karakter seperti itu secara resmi, layaknya buku-buku tulis sekolah, akan jauh lebih ribet daripada menciptakan karakter sendiri. Apalagi aku sudah pernah membuat sendiri tokoh anak lelaki kembar, yaitu Edward dan Edmund. Psst, mereka ini masih sepupunya Davina, salah satu karakterku yang kujadikan desain kaus untuk anak perempuan!
N. B. : Edward dan Edmund ini adalah "gender flip" dari karakter anime perempuan di sandal jepit dari merek yang obscure (kurang terkenal), yang pernah kusebut "Danny Phantom".
Danny si tokoh utama dalam wujud hantu baik untuk memberantas hantu-hantu lainnya yang bersifat jahat!
Topik ini adalah salah satu ide yang muncul dari lautan ide di kepalaku, juga yang paling sering menonjol ketimbang ide-ide topik lainnya. Orang-orang yang mengenalku sejak dulu atau teman-teman lamaku pastinya bertanya, "Apa sih yang bikin Hanna (namaku) terobsesi dengan Danny Phantom?" Dia memang pahlawan super dalam ceritanya, tetapi tetap saja bukan yang sohor macam Spiderman, Batman, atau Superman. Secara fisik, dia memang termasuk tokoh kartun laki-laki yang good-looking dan itu jarang buat tokoh kartun Amrik, hanya saja tentu masih termasuk "B aja" daripada berbagai superhero yang jauh lebih populer.
Hal yang membuat mereka semakin bertanya-tanya adalah sikapku yang segitunya terkunci olehnya ketika kelas IV bahkan hingga VIII, empat tahun cuy! Jika menggambar, yang digoreskan di atas kertas itu 90% kemungkinannya adalah fan art dari sang tokoh manusia setengah hantu itu. Kalo nyarita (ngomong), topiknya gak akan jauh-jauh dari si remaja cowok yang memiliki rambut putih ketika berubah wujud menjadi hantu super. Sampai-sampai adikku yang terbesar aja ngambek, bosen katanya. Weleh-weleh.
Saking terikatnya aku sama Danny Phantom, sampai-sampai kalo nemu orang atau gambar yang seksi-seksi itu aku sebut mereka pake nama dia. (Duuh, kasian amat Danny, sampai "dinistakan" oleh seorang fangirl yang fanatik!) Bisa baca di link bawah ini nih kisahnya :
Bahkan, aku sampai ingat tanggal "peresmian" diriku sebagai fan dari Danny Phantom : 16 Januari 2008! Empat belas tahun yang lalu, malah udah lebih, coy! Begitu udah ngelewatin tanggal 16 di bulan Agustus ini, buru-buru aku tulis topik ini. Catatan ini sebenarnya dituliskan pada hari setelahnya, yaitu pada Hari Kemerdekaan RI, karena di hari libur ini aku baru punya waktu untuk menuliskannya.
Jadi, ada apa sebenarnya dengan Danny Phantom? Seperti yang sudah kuceritakan pada catatanku yang lalu, aku menenggelamkan diriku dalam kubangan segala hal mengenai DP untuk mengobati kesedihanku akan insiden kelinci (tapi gagal). Tetapi, hal itu masih belum sepenuhnya menjawab pertanyaan tadi dan malah menyisakan pertanyaan baru : Mengapa Danny Phantom yang dipilih, bukan tokoh kartun lainnya yang jelas-jelas lebih terkenal, seperti Avatar Aang?
Rasa suka ini sudah dimulai sejak kurang lebih dua tahun sebelum tanggal resminya aku menjadikan Danny Phantom sebagai tokoh kartun idolaku. Berarti aku sudah mulai timbul rasa cinta kepada orang setengah hantu itu sejak kelas II SD semester II, ketika acaranya mulai tayang di televisi nasional pada awal 2006. Akan tetapi, saat itu belum terlalu tertarik dengan karakter cowok apapun, waktu itu aku lebih demen ngikutin kisahnya Helga Pataki dari Hey Arnold dan Vicky The Babysitter dari The Fairly Odd Parents. Kalaupun ada tokoh cowok yang kusukai, waktu itu anehnya malah lebih kepincut sama Suneo dari Doraemon (iya, Suneo yang mulutnya mancung) karena lore-nya tokoh itu lebih mudah kucerna saat itu ketimbang Danny Phantom.
Satu tahun kemudian, saat aku sudah kelas III SD, pada akhir tahun 2006 aku menginap di rumah sepupu (keluarga abangnya Papah) di Cirebon. Mereka punya satu majalah anak-anak Kids Fantasi yang mengulas Danny Phantom, aku sampai ingat itu edisi nomor 140. Entah mengapa, mataku tidak henti-hentinya mengedarkan pandangan ke bagian cover depan majalah itu yang tentunya bergambar sang tokoh. Rasanya kayak sekarang aja ke Heinz Doofenshmirtz dan Mr. Wynn, karakter kartun ciptaan sendiri.
Kira-kira satu bulan sebelum aku fix menjadikan Danny Phantom sebagai tokoh kesukaanku, yaitu pada akhir tahun 2007, aku melihat majalah anak-anak dengan judul lainnya, XY Kids yang mengulas tokoh kartun yang sama. Kali ini adalah majalahnya milik Mayang, sepupuku dari keluarganya Eyang Putri, ini masih di Bandung. Rasa kagum kepada Danny Phantom yang sempat terkubur lama sejak kunjungan ke rumah sepupu di Cirebon, mulai terbangkitkan kembali. Akan tetapi, saat itu belum benar-benar menjadi tokoh kesukaanku karena masih suka sama Swiper dari Dora The Explorer (kayaknya aku ada sedikit ketertarikan sama furries = karakter binatangjuga deh).
Kartun Danny Phantom ini lore-nya emang lebih rumit ketimbang berbagai kartun lainnya yang tayang di TV pada era yang sama. Bahkan Phineas and Ferb aja lebih kerasa simpel bagiku alur ceritanya. Kemudian, pada setiap subuh selama beberapa hari sebelum tanggal 16 Januari 2008 itu, aku mulai dapat sedikit menyimak alur cerita Danny Phantom bersama Irsyad, adikku yang terbesar. Dari situlah aku mulai benar-benar mencintai tokoh utama yang bernama sama dengan judul kartun itu.
Tambahan, Papahku almarhum pernah berteori bahwa alasan aku menyukai tokoh fiksi ilmiah itu adalah karena di alam bawah sadar, aku merasakan adanya kemiripan antara Danny Phantom dengan adikku yang terbesar tadi.
So, kesimpulannya adalah aku bisa segitu cintanya kepada Danny Phantom adalah karena banyaknya asosiasi dengan saudara-saudaraku, baik itu saudara kandung sendiri (adikku yang terbesar) maupun saudara sepupu. Dengan mengaitkannya dengan banyak anggota keluargaku, sang tokoh kartun memberikan aku kenyamanan.
Kurang lebih enam bulan yang lalu, seorang tokoh politik menuai kontroversi di bidang keagamaan. Kabarnya, beliau melakukan penghinaan terhadap agama, yaitu membandingkan suara adzan dengan gonggongan anjing. Aku penasaran dengan motif beliau, apakah memang iya beliau sampai setega itu dengan topik agama? Jika suara yang memanggil masyarakat muslim untuk segera mendirikan salat itu dirasa terlalu berisik oleh beliau, kurasa terlalu tidak wajar jika beliau sampai sangat membenci suara panggilan itu dengan menyamakannya dengan suara hewan yang dipandang sensitif oleh kebanyakan masyarakat dari agama Islam.
Seorang sahabatku memberikan link video ketika tokoh politik tersebut berujar hal yang penuh kontroversi itu. Aku coba dulu untuk menonton dan mendengarkannya dengan seksama, apa yang membuat kalimat yang (katanya) kurang pantas itu terucap dari mulut sang tokoh. Ternyata, beliau hanya salah memilih pembanding untuk menjelaskan kebijakannya mengatur tingkat kerasnya suara panggilan untuk melakukan salat lima waktu. Alhasil, perkataannya terdengar kurang baik karena kesalahan beliau memilih analogi tersebut.
Secara tingkat kekerasan suara, dalam ukuran desibel antara adzan dengan gonggongan anjing boleh jadi memang sama. Namun, tetap saja sebaiknya beliau memilih pembanding yang lebih kecil resikonya. Yaitu, pembanding lainnya yang desibelnya tetap sama besarnya dengan suara adzan lewat toa, tetapi konotasinya terdengar lebih aman daripada gonggongan anjing tadi itu. Peristiwa itu kira-kira memiliki same energy dengan "Insiden Kelinci" yang terjadi akibat pertanyaanku 13 tahun lebih sebelumnya.
Hampir sama dengan kasus suara adzan dari toa yang dibandingkan dengan suara anjing menggonggong tadi, kasusku adalah aku membandingkan reaksi orang-orang ketika adikku wafat dengan kelinciku waktu dia mati. Jika kasus politik tadi terjadi kesamaan dalam ukuran desibel dari kedua suara tersebut, maka dalam kasusku ini adalah kesamaan dari nilai nyawa setiap makhluk hidup secara filosofis. Meski demikian, pembanding yang kupilih juga kurang tepat. Karena tetap saja nyawa manusia tidak akan dapat tergantikan oleh apapun.
Begitu pula dengan seruan panggilan untuk ibadah salat lima waktu. Meskipun terdengar sama kerasnya dengan suara hewan yang paling keras itu, tentu saja tidak bisa dibandingkan dengan suara semacam itu. Panggilan untuk beribadah adalah hal yang tinggi, sama seperti nyawa anggota keluarga, sehingga menjadikan kedua hal tersebut adalah sensitif dan jangan sampai sembarang memberikan pembanding. Dengan berkaca pada pengalaman pribadi, aku bersyukur tidak mudah terpengaruh oleh berita yang ada dan justru dapat memakluminya.
Aku pun bukannya bermaksud untuk menghina adikku sendiri, untuk apa, tidak ada untungnya. Tujuanku dari saat itu menanyakan sebabnya reaksi orang-orang di sekitarku yang berbeda ketika menghadapi peristiwa adikku yang wafat dengan kelinciku yang mati. Bagiku, semua kematian terasa sama saja menyedihkannya, mau itu anggota keluarga sendiri maupun hewan peliharaanku. Oleh karena itu, bagi pikiranku yang saat itu baru akan menginjak umur sebelas tahun, perbedaan semacam itu memancing rasa penasaranku.
Seperti yang telah banyak disebut dalam catatan-catatan sebelumnya, sebaiknya aku memilih untuk menyebutkan kasus meninggalnya manusia secara umum saja. Bukan berupa hanya satu kasus saja, yaitu saat satu adikku wafat. Penyelesaian dari insiden tokoh politik agama itu adalah memilih pembanding yang lebih aman daripada gonggongan anjing, maka penyelesaianku adalah memilih pembanding yang kurang menyinggung daripada menyebutkan suatu peristiwa kehilangan salah satu anggota keluargaku.
Mungkinkah terjadi "keceplosan" ketika membuat perbandingan yang kurang etis?
Apakah pembanding itu dipilih secara spontan, tidak disengaja? Untuk kasusku, jawabannya adalah "ya". Namun, aku tidak tahu pasti untuk kasusnya suara adzan ini. Barangkali tokoh politik sekaligus agama tersebut banyak mendengar suara anjing menggonggong dalam kesehariannya, sehingga jenis suara tersebut menjadi top of his mind, sama sepertiku yang pada saat itu masih terus teringat akan adikku, yang "keceplosan", terucap begitu saja ketika menemui peristiwa kematian yang skalanya lebih kecil.
Meskipun niatannya belum tentu buruk, alangkah baiknya bila tetap meminta maaf
Begitu peristiwa itu tone-nya kontras berbeda dengan percakapan antara aku dan Papah pada berbagai kesempatan lainnya, segera aku meminta maaf kepada beliau. Padahal saat itu aku belum sepenuhnya memahami di mana letak dari kesalahanku, malahan baru kupahami itu pada tiga tahun setelahnya. Walaupun demikian, permintaan maaf tetap kusebutkan. Hal yang sama berlaku untuk tokoh politik yang disebutkan sebelumnya, meskipun beliau tidak bermaksud buruk alangkah baiknya tetap meminta maaf kepada masyarakat.
"Jadi saya berharap pak menteri dan orang sekitarnya pak menteri tidak usah berargumen lah ya, tidak usah klarifikasi a-i-u, ndak usah, langsung mohon maaf, itu yes banget, prestise, dan martabat menteri langsung jadi tinggi ketika langsung mohon maaf, daripada stafnya mbulet-mbulet buat alasan ini-itu," kata Prof Zahro dikutip VIVA dari Channel Youtube Zahrowy TV, Selasa, 1 Maret 2022.
Ia menyarankan sebaiknya Menag dan para pembantunya tidak sibuk beralibi atau memberikan klarifikasi yang justru akan semakin membuat persepsi miring terhadap Menag Yaqut. Pihak Kemenag juga tak bisa memaksakan persepsi masyarakat soal azan dan gonggongan anjing. "Kalau salah ya akui salah itu bagus banget, orang minta maaf itu enggak jatuh. Minta maaf bagus sudah, setelah minta maaf kemudian dijelaskan. Wong sudah salah stafnya jelaskan makin tidak jelas, wong salah kok keakehan polah," tegasnya
Kemarin sore, setelah aku pulang dari magang, aku bertemu seekor kucing putih gemoy dengan sedikit semburat oranye. Kucing tersebut mengenakan kalung, sama seperti Kenéng-kenéng sebelum dia menghilang. Tadi malam setelah pertemuanku dengan kucing putih gemoy itu, aku bermimpi bertemu dengan Kenéng-kenéng.
Setelah satu minggu lebih aku menjalani kerja profesi alias "magang", aku semakin tidak punya waktu untuk menulis. Apalagi untuk menulis surat imajiner yang isinya jangan sampai dibaca oleh orang lain selain diriku sendiri sebagai penulisnya. Saking rahasianya, sampai-sampai psikolog aku saat itu enggan untuk membacanya. Padahal, sepertinya aku masih butuh untuk menulis surat yang tidak membutuhkan jasa pos itu, karena penerimanya hanyalah "orang yang tidak ada", surat ini untuk mereka sudah meninggal dunia atau bahkan yang sama sekali bukanlah manusia nyata.
Sepertinya aku butuh untuk menceritakan kisah nyata insiden kelinci itu kepada Nenek, ibunya Papah. Selama belasan tahun lamanya, bahkan setelah wafatnya ayahku yang merupakan anak nomor dua dari beliau itu, aku sengaja menutup rapat kisah itu dari Nenek. Sebab, kisah insiden itu menyangkut tentang anggota keluargaku sendiri yaitu adikku sendiri, khawatirnya beliau akan semakin sedih. Akan tetapi, semakin ke sini, beliau semakin kalem dan santai orangnya.
Aku butuh untuk "spill the tea" soal banyak hal kepada beliau. Ungkapan "spill the tea" di sini artinya adalah menceritakan sesuatu secara jujur. Bukan hanya insiden itu saja yang akan kuceritakan, tetapi juga alasanku mengapa dahulu aku bisa sampai terikat begitu kuatnya dengan Danny Phantom. Kuharap ibunya almarhum Papah dapat lega setelah mengetahui akar masalah dari penyakitku itu.
Ketika aku berkunjung ke rumah Nenek yang terakhir kalinya sebelum aku magang, respon beliau akan beberapa hal yang kukatakan, sungguh mengejutkanku. Hal-hal yang semula kusangka akan beliau tanggapi dengan marah besar atau minimal teguran keras, ternyata sama sekali tidak terjadi. Bahkan, pada saat itu saja aku menceritakan kepada beliau "alasanku yang sebenar-benarnya" dari keinginanku untuk menikah. Padahal jarang kuceritakan hal tersebut kepada orang-orang di luar keluarga inti dan teman dekat.
Pikiranku ini sudah negatif duluan, berekspektasi akan di-"hus" atau dibentaknya. Rupanya, beliau justru mengerti akar terdalam dari keinginanku yang terdengar kurang pantas itu. Menurutnya, keinginan tersebut muncul dari rasa kesepianku setelah ditinggal mati Eyang Kakung dan Papah, jadinya aku membutuhkan pelindung dari suamiku kelak. Memang benar, keluargaku di rumah memang sudah tidak ada lagi sosok bapak-bapak, kedua adikku memang cowok tetapi mereka jelas masih terlalu muda.
Topik yang kubawakan itu saja Nenek bisa menerimanya dengan sangat tenang, jauh di luar dugaanku. Jika aku memiliki kesempatan untuk mengunjungi beliau lagi, aku akan mencoba untuk menceritakan kisah insiden kelinci yang membuatku merasa rendah diri yang hebat itu. Semoga saja beliau dapat memahamiku bahwa pada kejadian itu aku bukan berniat untuk merendahkan nilai nyawa adikku sendiri. Jika respon beliau berdampak positif, aku akan menceritakannya kepada Papah lewat surat imajiner.
Hari ini aku telah berhasil me-redraw satu gambar Davina dengan flower crown yang udah lama aku gemes pengen ganti dia dengan bestie-nya, Bella.Ya, dong, soalnya signature headgear untuk Davina 'kan bando. Kalo flower crown bentuk mawar itu udah jadi ciri khasnya Bella. Walaupun pernah juga Davina pake flower crown, tapinya diutamakan Bella dulu yang pake hiasan kepala itu dech.
Gambar Davina yang dirombak untuk hari ini adalah waktu dia lagi berperan sebagai tokoh game pake flower crown (tengah). Berhubung dia tadinya sebagai karakter tambahan yang aku bikin sendiri buat serial kartun Danny Phantom, jadinya outfit sebagai tokoh game itu untuk episode di mana Danny si tokoh utama dan kawan-kawannya lagi main game jenis role-playing. Sekarang aku udah keluar dari fandom Danny Phantom, makanya oufit itu udah nggak dipake lagi sama Davina. Apalagi gambar itu mau diganti jadi gambar Bella.
Di sini Bella aku kasih gaya rambut yang baru biar kagak bosen. Juga, udah lama aku pengen gambar dia pake sanggul plus kuncir satu. Ceritanya, di gambar ini yang hasil remake dari gambar Davina sebagai gamer tadi, ini adalah salah satu wujud lain dari Bella. Sumber inspirasinya adalah penampilan Fluttershy dalam satu lagu dari Equestria Girls episode "So Much More To Me".
Eh, tapi setelah dilihat-lihat, outfit Bella untuk form (wujud) yang ini kok malah jadi mirip pakaiannya Elsa ketika penobatan sebelum dia bikin istana es sendiri, ya? Ditambah dengan tulisan "Let It Go", itu semakin mengingatkan gambarku yang teranyar ini dengan Sang Ratu Es dari Negeri Arendelle tersebut. Padahal, tulisan itu cuma copas dari karyaku yang aslinya. Karya aku itu juga menirukan foto-foto orang RL, pada foto yang kujadikan referensi (itu foto yang kuunduh pada tahun 2013, tahun yang sama dengan rilisnya film Frozen tetapi beberapa bulan sebelum film tersebut keluar) juga tertera slogan tersebut.
Akan tetapi, kayaknya sah-sah saja jika Bella mengenakan pakaian yang mirip bajunya Elsa. Karena imej dari Bella itu emang princess-like. Padahal warna hitam dan biru di bajunya itu dicomot dari pakaian Davina dari gambar yang lama.Apapun hasilnya, yang penting aku puas dengannya!
Hasil redraw 2022 dengan karakter yang diganti dari Davina jadi Bella
Gambar Davina karya aku waktu masih kelas X (11/01/2014)
Nah, mirip buanget dengan outfit Bella tadi di atas untuk wujud superheroine/magical girl/whatever dari gambar yang paling atas itu, kan?
Bagaimana bisa aku menghidupkan kembali orang-orang mati? Memangnya aku ini necromancer? Jelas bukan orang mati sebenarnya lah! Maksud aku, yaitu banyak karakter cewek ciptaanku yang lama "mati" alias terlupakan.
Penyebab hilangnya minatku untuk menggambar mereka antara lain adalah terserang art block (kehilangan semangat untuk menggambar secara umum), writer block (kehilangan semangat untuk menulis cerita, sehingga malas pula aku untuk menggambar para karakter ceritanya), keraguan akan desain rambut atau pakaiannya yang bisa mengarah pada art block tadi, takut untuk menggambar lebih banyak karakter yang berpenampilan terbuka (tetapi aku juga buntu idenya untuk mendesain pakaian yang lebih sopan untuknya), dan
Daftar karakter cewekku yang selama ini hilang ditelan kebanyakan oleh art block yang melanda pikiranku :
- Vanny Durchdenwald, hasil "perkawinan" Vanessa Doofenshmirtz (Phineas and Ferb) dan Rarity (My Little Pony Friendship is Magic dan Equestria Girls), aslinya dari tokoh ciptaanku Diamond Spirit. Sekarang dia menjadi adiknya Hans Durchdenwald.
Vanny Durchdenwald, hybrid dari Vanessa Doofenshmirtz dan Rarity Equestria Girls (outfit baru), juga dari salah satu bajunya Regita Anggia
- Amanda "May" Wynn, expy dari Mai Hyunh (Hey Arnold) and a lots of Vanessa Doofenshmirtz tossed in. Tokoh dengan seribu hairstyle (karena dia hobi menata rambutnya) dan belum juga punya main hairstyle yang fixed. Dia ini adik perempuannya Frank Wynn yang terbesar.
Satu dari sekian banyak hairstyle May Wynn
- Jungle Princess, Wacky Princess, Iceberg Princess, Lotus Princess, dan Retro Princess. Masing-masing adalah humanization dari tempat di game Gutterball II, salah satunya sudah kusebutkan tadi di atas. Sayangnya, mereka nggak pernah sempet aku bikin desain digitalnya dan corat-coretnya udah ilang entah ke mana.
- Marcia Sinclair, bestie sekaligus tetangganya Davina. Dia bahkan nyaris nggak diinspirasi dari karakter apapun, makanya bikinnya lebih males ketimbang semua karakter cewek lainnya. Paling deket itu bahan inspirasinya itu Nonon Jakuzure dari anime Kill La Kill, karena Marcia ini mayoret dari marching band di sekolahnya. Dalam cerita Skullcap-o-calypse, salah satu novel yang sedang kugarap, perannya kurleb mirip Stacy Hirano (Phineas and Ferb) dari episode Night of The Living Pharmacists.
- Davannah Fenner, gadis hantu yang mirip beud dengan Davina Fenton. Udah bertahun-tahun belum bisa mikir alasan yang cocok kenapa dia bisa mirip yang Fenton. -_- Nantinya outfit dia mo dijadikan salah satu outfit dari Fenton aja karena mo aku hapus aja karakter Fenner ini.
- Como Girls : Kerlin, Winalda, Mayana, Fena, Sherly, dan Ega. Mereka berenam ini tokoh buat komik "Pen Power" yang aku bikin jaman kelas V, tapi mereka semua udah aku bikin dari satu tahun sebelumnya. Seiring dengan hilangnya ide dan minatku untuk kelarin komik itu, ya jadinya nasib mereka terlupakan begitu saja. Dulu aku masih demen pake nama lokal alias Indo, yach buat tokoh yang aku buat. Fakta menarik : outfit-nya Kerlin koq mirip dengan punyanya Pinkie Pie dari Equestria Girls episode Festival ya? Sampai ke rambut-rambutnya juga mirip.
- Charlotte Donovan, mantan pacarnya Hans Durchdenwald. Diinspirasi dari Charlene Doofenshmirtz mantan istrinya Heinz. Supaya terlihat lebih remaja dan muda, desain karakternya dipadukan dengan Lacey Shadow (The Modifyers), Mina Beff (Grojband), Juniper Montage (Equestria Girls Movie Magic), dan Tootie (The Fairly Odd Parents).
- Salah satu alter ego dari Davina Fenton, outfit-nya dicomot dari Daydream Shimmer (Equestria Girls Friendship Games) dan wujud Sword Sister dari Pauline Bell (Atomic Puppet). Mungkin juga sedikit diinspirasi oleh kostumnya Wonder Woman.
- Dua anak perempuan dari total tiga anak yang menjadi bintang iklan es krim Spongebob, mereka dijadikan sebagai tokoh fiksi juga.