Thursday, August 10, 2023

Bangkit dari Tragedi Lula

Catatan 10 Agustus 2023

Empat hari dari kematiannya Lula, beneran makin nggak mood nulis. Di samping itu, ada satu hal yang paling banyak menghibur aku di waktu belum ada seminggu dari tragedi itu. Aku emang lagi gak mood nulis, tapi aku lagi pengen-pengennya bikin figurin dari tokoh-tokoh karya sendiri! Udah dari hampir dua tahun yang lalu konsepnya ada, tapi baru sekarang kepikiran buat dijadiin figurin!

Dengan bikin sketsa desain untuk figurinnya aja udah bikin aku gak terlalu sedih lagi sama Lula. Apalagi kalo nanti udah ada bahannya buat bikin sketsa desain itu jadi nyata! Pasti senengnya banget-banget! Ya, semakin aku berfokus pada rencana figurin ini (di luar mengerjakan tugas akhir), makin ilang kesedihan aku akibat kisah sedih di hari Minggu kemarin itu.

Walaupun lagi gak mood buat nulis, aku harus pikirkan juga konsep lore buat para figurin itu! Harus puter otak nih tentang cerita yang bikin para varian figurin itu diharuskan untuk saling bertemu. Apalagi aku lagi ikutan event cerpen tentang Multiverse, yang konsepnya mirip banget sama figurin yang mau aku luncurkan itu. Ceritanya, para figurin itu adalah berbagai versi lain dari Mr. Wynn.

Berkat punya rencana proyek ini, sejak hari ketiga kematian Lula kemarin udah gak nangis lagi. Ya, walaupun sedihnya masih ada dan belum betul-betul ilang. Sempet deh kemarin lusa ada kecewanya dikit karena lilin malam yang mau jadi bahan figurin, taunya kinetic sand! Itu lho, satu mainan yang pernah viral sejaman dengan slime dan squishy

Yodah, kemarin pesen lagi deh plastisin/lilin malam yang udah terjamin keasliannya. Kenapa aku bilang terjamin itu plastisin asli? Karena udah ada mereknya yang terkenal! Pasti jauh lebih bisa untuk dibikin jadi figurin daripada kinetic sand.

Selain plastisin biasa, aku juga penasaran dengan polymer clay

Saturday, August 5, 2023

Kisah Kucing yang Paling Menyedihkan Tahun Ini

Catatan 6 Agustus 2023

Sebenarnya aku lagi nggak mood ngetik di sini. Eh, udah lama juga aku gak mood ngetik sebelum tiga hari yang lalu! Khusus hari ini, aku nggak pengen ngetik itu karena lagi ada kabar duka untuk kucing aku, Lula. Tetiba tadi pagi dia kejang-kejang, terus pas ke dokter hewan udah nggak ada napasnya, hiks.

Dua fotonya Lula pada malam terakhir sebelum kematiannya, sedang tidur

Di situ aku langsung berurai air mata. Tapi hidup harus terus berjalan, masih banyak proyek yang menunggu untuk diselesaikan. Untung sebagian besar dari tugas kuliahku udah kelar kemarin. Supaya aku nggak lupa ngerjain tugas yang lainnya, harus bilang gini ke diri sendiri, "Itu bukan orang, bukan orang. Dia cuma kucing saja."

Padahal tadi malem banget udah seneng paginya bisa check-out orderan plastisin buat bikin seri karakter dari game Cookie Clicker! Begitu pagi, turun dari kamar udah ada kabar tragis itu. Namun, aku harus tetep inget Lula itu bukan manusia. Selama masih ada duitnya buat check-out, jangan lupa bayar!

Adek aku Fariz ngasih uang buat aku healing habis kematiannya Lula si kucing abu-abu bercak krem. Nggak jauh dari tempat aku healing, ada ATM! Soalnya orderan aku kan bayarnya pake transfer. Untung Lula bukan orang, jadi masih bisa lega kalo aku seneng-seneng dikit.

Sore harinya dari Lula resmi dinyatakan mati oleh dokter hewan, dia dikebumikan di depan pohon mangga yang sedang tidak enak buahnya. Semoga setelah dia dikuburkan, buah mangga itu akan menjadi banyak, manis, dan besar. 

Balik Lagi ke Lilin Malam Buat Bikin Karakter Cookie Clicker!

Catatan 5 Agustus 2023


Udah lama banget aku terinspirasi buat bikin karya dari game Cookie Clicker. Tapinya suka lupa aja mau bikin. Akhir-akhir ini, aku kepikiran mau bikin figurin dari plastisin alias lilin malam buat bikin tokoh-tokoh dari game itu tadi! Tadi sore udah check-out plastisin jenis polymer clay yang bisa mengeras kalo dipanggang di oven, plus udah ada bonus tiga jenis pisau di dalamnya!

Tiga jenis pisau ini gak hanya buat motong clay (lilin malam) tapi juga buat bikin ukiran! Wah, asik bener tuh! Jadi gak sabar pengen segera besok, buat bayar orderan tadi sore. Cuman, jadwal aku besok itu lumayan padet soalnya mau tracing desain karakter brand sambel, bikin stiker buat tugas akhir juga brand sambel tadi, dan terakhir ikutan acara cosplaying yang kedua kalinya tahun ini!

Kayaknya nanti nggak akan aku bikin persis sama kayak para karakter aslinya di game Cookie Clicker itu deh! Bakalan aku adaptasi jadi karakter yang aku bikin sendiri.

Daftar karakter Cookie Clicker yang udah fix mau aku bikin figurin dari clay :
- regular (baju biru)
- clone (kakinya kayak ekor belut, di dalam tabung hijau)
- alternate (beda gaya rambut, warna kulit, dan warna baju)
- brainy (ilmuwan yang otaknya keliatan)
- meta (kumpulan kepala jadi satu tubuh mirip ular berkepala manusia)
- rainbow (kulit pelangi, rambut mencuat ke atas, dan pakaian serta matanya putih)
- antimatter (tubuhnya mirip ruang angkasa dengan taburan banyak bintang)
- dari masa lalu (mirip tahun 1900an)
- altered (berasal dari portal monster)
- transmuted (hampir sama kayak reguler, tapi semuanya warna emas)
- cosmic (alien berkulit ungu, berambut hijau rancung-rancung, dan berbaju merah-oranye)
- witch/warlock (penyihir berbaju hitam kayak tipikal penyihir biasa dengan sapu)
- priest (jaman kerajaan matahari kuno Aztec/Inca/Maya)

Tuesday, July 25, 2023

Jump to Conclusions, Sebuah Kesalahan Berpikir yang Turut Andil dalam Insiden Kelinci

Catatan 26 Juli 2023


Menurut quote di atas, arti dari frasa "jump to conclusions" (langsung lompat ke kesimpulan/menyimpulkan sendiri secara tidak hati-hati) adalah "dalam ketiadaan informasi yang akurat dan dapat diandalkan, kita biasa melompat ke kesimpulan yang terburuk". 

Sepertinya dalam Insiden Kelinci juga fenomena "jump to conclusions" ini turut andil, mengapa begitu? Sebagian besar orang yang mendengar kisah nyata Insiden Kelinci ini menganggap bahwa aku ini tidak berempati dengan anggota keluarga sendiri. Banyak di antara mereka yang berasumsi aku hanya timbul empatinya untuk hewan peliharaan. Walaupun di antara mereka sudah banyak yang tidak menganggap itu pertanyaan yang konyol, tetapi mereka masih langsung saja membuat kesimpulan sendiri yang berdasarkan asumsi mereka tadi itu.

Sama sekali kan kejadiannya tidak demikian! Mereka mikir dari mana sih aku ini gak sedih sama wafatnya adik sendiri? Apa kalo nanya itu artinya jadi kayak gitu? Itu kan hanya mencari tahu alasan di balik perbuatan orang-orang yang beda denganku! 

Mereka sendiri masih berada dalam sifat "jump to conclusions" itu. Akibatnya, mereka menganggapku terlambat dalam kecerdasan emosional atau EQ. Sebagai seorang kakak kandung, tentunya bersedih dan kehilangan tanpa perlu diajarkan lagi oleh ortu. Untuk hewan saja aku bisa bersedih, mengapa untuk anggota keluarga sendiri aku tidak bisa berduka?


Apa yang menjadi indikasi bahwa aku tidak kehilangan almarhum adikku sendiri dan hanya merasakan kehilangan atas seekor kelinci peliharaan? Aku sebagai pelaku dalam insiden itu malah heran, darimana mereka menyimpulkan seperti itu? Makna dari pertanyaan itu sesuai dengan kata-kata yang tersusun di dalamnya : apa yang menyebabkan orang-orang lebih bersedih hati karena sesama anggota keluarga yang meninggal, sedangkan kepada hewan peliharaan mereka kurang atau tidak sedih. Di sini aku hanya bertanya penyebabnya sebuah perbedaan yang terjadi di antara manusia dengan hewan.

Ini sama seperti seorang anak yang bertanya "mengapa nenek kulitnya kisut, tapi ibu tidak kisut?" Tentu maksudnya bukan berarti si nenek kurang disukai dibandingkan ibunya anak itu, bukan? Atau, anak yang bertanya "Mengapa kucing masih bayi langsung bisa jalan, kalo bayi orang nggak langsung bisa?" Si anak hanya ingin mengerti apa yang menjadi sebab dari perbedaan yang tampak di depannya. 

Begitupun dengan aku, pertanyaan dalam insiden kelinci itu hanya ingin mencari tahu lebih jauh, mengetahui lebih dalam tentang perbedaan antara manusia dengan hewan.

Wednesday, July 19, 2023

Jangan Lagi Kasihani Diriku Sendiri, Tetapi Kasihi

Catatan 20 Juli 2023

Aku gak mau terus mengasihani diri terkait kasus Insiden Kelinci itu. Bertahun-tahun lamanya aku terus curhat di buku mengenai peristiwa itu, ternyata belum banyak membantuku. Selama ini aku pikir dengan bersekolah di asrama yang kegiatannya padet ketika SMA dulu, bakalan bikin aku cepet lupa sama kejadian itu. Waktu aku masuk asrama pada 2013 lalu, Insiden Kelinci itu udah masuk lima tahun, segitu itu udah termasuk lama banget untuk merasa sedih dan bersalah akibat suatu peristiwa.

Tahun 2016 lalu, aku lulus SMA yang berasrama, masih aja kepikiran insiden itu. Aku ini termasuk yang agak telat untuk mendapatkan ijazah, karena sekolahku ini tentunya butuh persyaratan lebih buat ijazah ketimbang sekolah biasa. Dua tahun dari kelulusan aku yaitu 2018, akhirnya ijazah berhasil sampai di tanganku dan juga berhasil kuserahkan fotokopinya kepada kampus tempatku kuliah. Ketika ijazah itu telah kuambil, itu adalah tahun di mana tepat satu dekade dari terjadinya Insiden Kelinci itu.

Pada tanggal 1 September 2018, hari peringatan sepuluh tahunnya Insiden Kelinci, aku melakukan salat tobat. Sayangnya, ini masih kurang berhasil untuk membuat rasa bersalahku hilang. Itu tandanya aku harus melakukan usaha yang lebih keras lagi untuk mengatasi perasaan yang tidak gembira ini. Aku gak boleh terus larut dalam perasaan ini yang udah masuk batas "abnormal" untuk berapa lama perasaan ini bercokol.

Aku yang Masih Ragu dengan Pikiran Sendiri

Catatan 19 Juli 2023

Kira-kira dua minggu yang lalu, Tante aku udah ngejelasin jawaban dari pertanyaan pada Insiden Kelinci. Ternyata, jawabannya hampir sama dengan dugaanku. Menurut Nenek ketika bulan puasa lalu aku bersilaturahmi ke rumah beliau, bahwa aku ini seringnya ragu-ragu sama pemikiran sendiri. Makanya, pada insiden itu aku masih nanya ke almarhum Papah, yang sebenarnya aku udah berusaha mikir sendiri jawabannya tapi masih belum yakin.

Orang-orang di sekitarku, terutama Mamah, sering nyangka aku ini ketinggalan pemahamannya atau terlalu naif. Orang biasa sih udah langsung tau, atau bahasa kerennya "just know". Padahal aku udah nebak-nebak sendiri jawabannya, jadinya nggak nol banget pemahamannya. Cuman ya kayak kata Nenek tadi itu, aku masih belum yakin kalo cuma dapet jawaban dari hasil terkaan sendiri.

Inilah penjelasan dari Tante untuk pertanyaanku di masa pra-remaja "Mengapa orang lain hanya sedih ketika anggota keluarga sendiri yang meninggal, tetapi untuk hewan peliharaan mereka tidak sedih?"!

1. Manusia memiliki ciri khasnya masing-masing, baik dari penampilan fisik atau kepribadiannya. Sedangkan hewan kebanyakan identik secara dua aspek tadi, antara satu individu dengan yang lainnya dalam satu spesies. Oleh karena itu, orang yang pergi meninggalkan dunia akan terasa sekali jika mereka telah tiada, karena tidak mungkin ada orang lainnya yang persis sama.

2. Manusia itu lebih tahan lama umurnya ketimbang hewan peliharaan yang cenderung rapuh. Inilah salah satu keunggulan manusia dibandingkan hewan. Makanya jika manusia terutama anggota keluarga kita wafat, itu pastinya akan mengejutkan.

3. Manusia punya kesadaran eksistensial, tetapi hewan tidak memilikinya. Mungkin ini salah satu penjelasan dari "apa itu akal". Karena punya kesadaran ini, maka kita dapat berinteraksi dan merasa lebih relate dengan sesama manusia. Dengan hewan peliharaan, interaksi kita cuma sebatas memberikan kebutuhan jasmani mereka seperti makan, minum, dan membersihkan zat sisa mereka serta bermain saja.

Ya, kurang lebih aku sudah berpikir hampir sama dengan jawaban yang diberikan oleh Tante. Tapi, dengan terbatasnya pikiranku ketika di umur waktu masih menjelang sebelas tahun, aku cuma mentok di poin yang kesatu doang. Dulu aku gak puas dengan pernyataan bahwa manusia lebih tinggi kedudukannya karena punya akal, sedangkan hewan tidak. Alih-alih mendapatkan jawaban, dulu aku sangat kaget karena Papah secara tidak disangka malah marah dengan pertanyaan itu.

Dari insiden ini aku belajar tentang pentingnya memilih waktu, pemilihan kata, dan orang yang tepat untuk bertanya. 

Sunday, June 25, 2023

Dahulukan Strategi Baru Taktik! (Untuk Aku : Urusan Kuliah dan Cari Jodoh)

Catatan 26 Juni 2023

Mamah sering menekankan aku biar berpikir taktis yang aku juga gak ngerti apa serunya. Tapi baru hari ini aku mikir gini soal taktis dalam berpikir itu : kalau kita punya banyak taktik, seharusnya semua aspek terselesaikan dong, jangan ada yang bolong. Ya, udah gampang ketebak, beliau bilang berpikir taktis itu untuk soal perkuliahan. Jika aku harus taktis tentang kuliah, harusnya taktik ini nutupin semuanya, nggak bikin persoalan lainnya kayak cari jodoh jadi terhambat!

Orang lain aja bisa prioritas jalan di jalur yang sama dengan asmara, kenapa aku nggak bisa? Kenapa cuma aku yang harus "kena lampu merah" soal asmara karena hal ini beda jalur sama perkuliahan, jadinya nggak bisa berjalan bersamaan? Lagi-lagi pake analogi dua kendaraan di jalan lagi nih. Apakah ini ada hubungannya dengan berpikir taktis untuk mendahulukan kuliah?

Aku siang ini sambil nungguin giliran aku maju buat sidang alternatif karya, iseng-iseng cari artikel tentang "berpikir taktis". Nah, ketemu satu artikel yang bahas perbedaannya berpikir taktis dan strategis. 

Inilah kutipan dari sifat-sifat berpikir strategis :

#1 Integral
Seluruh strategi akan sesuai atau cocok untuk seluruh tingkatan, baik itu dalam korporasi, bisnis ataupun fungsional, sehingga tidak akan ada satu atau pihak yang terganggu dengan strategi tersebut.

 

#2 Menyatu
Dengan adanya strategi, maka seluruh bagian-bagian dalam manajemen pemerintah atau dalam organisasi publik misalnya, akan menjadi satu. Dengan begitu dapat diartikan juga bahwa strategi memiliki fungsi untuk menyatukan.

 

#3 Menyeluruh
Strategi dalam sebuah perusahaan atau organisasi akan bersifat menyeluruh, yang mana seluruh aspek dalam organisasi tau perusahaan tersebut akan berkaitan dengan strategi yang ada. Atau dalam artian lain, sebuah strategi yang ditetapkan tidak hanya berlaku untuk divisi-divisi tertentu.


Ini kutipan yang paling ngena dari arti berpikir taktis dari artikel yang sama :
"Dalam bisnis sendiri, taktik merupakan sekumpulan program kerja yang dirancang atau disusun untuk melengkapi strategi dari bisnis tersebut."

Nah, dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa taktik itu hanya bersifat sebagai pelengkap dari strategi. Dari sini aku ngerti, kenapa berpikir taktis buat perkuliahan itu nggak nutupin persoalan aku cari jodoh. Karena taktis itu sifatnya nggak menyeluruh kayak berpikir strategis, cuma pelengkap aja! Kalo dipikir-pikir, aneh juga ya Mamah nggak pernah menekankan aku buat berpikir strategis?

Ini perbedaan antara strategis dengan taktis jika diterapkan ke kasus aku :

▪️Strategis = aku itu bikin rencana biar perkuliahan lancar, cari jodoh juga gak terhambat dan juga sebaliknya, perkuliahan nggak terabaikan oleh usahaku mencari jodoh. (Ini aku mikir sendiri)
↪️ Habis aku pergi kuliah atau nugas, aku mampir dulu ke studio foto yang murah atau cari spot-spot yang instagrammable. Untuk pilihan yang kedua ini, wajib bawa minimal satu orang biar ada yang motret. Terus fotonya diupload ke Ig dan Twitter deh, di situlah usahaku cari jodoh dimulai.

▪️Taktis = aku mengusahakan agar tugas akhir cepat diselesaikan, nggak "ngayayay" kalau bahasa Sunda. (Mamah baru menekankan sampai pada tahap ini)
↪️ Setiap hari harus ada progresnya, baik itu dalam pembuatan slide sidang berikutnya dan juga dalam membuat karya yang akan dipresentasikan, untuk tugas akhir aku berupa maskot perusahaan.

Mengenang Kembali Karakter Anime Berambut Hijau Mint: Martina Zoana Mel Navratilova

Catatan Rabu, 20 November 2024 Ada kalanya, sebuah kenangan masa kecil kembali muncul begitu saja, membawa kita ke waktu yang lebih sederhan...