Aku gak mau terus mengasihani diri terkait kasus Insiden Kelinci itu. Bertahun-tahun lamanya aku terus curhat di buku mengenai peristiwa itu, ternyata belum banyak membantuku. Selama ini aku pikir dengan bersekolah di asrama yang kegiatannya padet ketika SMA dulu, bakalan bikin aku cepet lupa sama kejadian itu. Waktu aku masuk asrama pada 2013 lalu, Insiden Kelinci itu udah masuk lima tahun, segitu itu udah termasuk lama banget untuk merasa sedih dan bersalah akibat suatu peristiwa.
Tahun 2016 lalu, aku lulus SMA yang berasrama, masih aja kepikiran insiden itu. Aku ini termasuk yang agak telat untuk mendapatkan ijazah, karena sekolahku ini tentunya butuh persyaratan lebih buat ijazah ketimbang sekolah biasa. Dua tahun dari kelulusan aku yaitu 2018, akhirnya ijazah berhasil sampai di tanganku dan juga berhasil kuserahkan fotokopinya kepada kampus tempatku kuliah. Ketika ijazah itu telah kuambil, itu adalah tahun di mana tepat satu dekade dari terjadinya Insiden Kelinci itu.
Pada tanggal 1 September 2018, hari peringatan sepuluh tahunnya Insiden Kelinci, aku melakukan salat tobat. Sayangnya, ini masih kurang berhasil untuk membuat rasa bersalahku hilang. Itu tandanya aku harus melakukan usaha yang lebih keras lagi untuk mengatasi perasaan yang tidak gembira ini. Aku gak boleh terus larut dalam perasaan ini yang udah masuk batas "abnormal" untuk berapa lama perasaan ini bercokol.
No comments:
Post a Comment