Friday, September 2, 2022

Waktunya Menggambar di Saat Baper!

Catatan 3 September 2022

Masih ingat kan dengan caraku ketika mengatasi terbawa suasana? Ya menggambar saja! Namun, sudahkah aku rutin menerapkan cara tersebut? Baru-baru ini, aku memang baper akan sebuah gambar yang kulihat di internet.


Fakta kok, aku ini "lebay" gegara ke-baper-an aku ini! Cuma karena gambar Doofenshmirtz lagi pelukan sama Vanessa, aku spontan dengerin musik-musik kesukaan pengusir galau (seriusan, kejadian begini udah seberapa seringnya, sih?)! Banyak yang kasih komen di gambar itu "heartwarming", "very sweet", "cute", apalah, apalah, APALAAHHH, padahal kata aku itu hubungan ayah-anak yang paling mencurigakan! Malah keliatannya koq kayak couple?


Yodah daripada teterusan baper gak jelas, aku remake aja gambar itu jadi gambar couple beneran!


Gambar ini dapat juga dilihat di sini.


Thursday, September 1, 2022

Aku yang Perasa

Catatan 2 September 2022

"Jangan malu kalau Anda orang yg sensitif atau perasa, itu adl tanda Anda memiliki hati yg besar dan tidak takut menunjukkannya kepada sesama"

Satu hal lainnya yang menyebabkan rasa sedihku akan matinya hewan sama seperti kepada manusia : aku adalah orang yang sensitif atau perasa. Memang, aku saat kecil jauh lebih perasa ketimbang saat-saat ini. Waktu masih berumur empat tahun saja, aku sering terharu dan menangis jika mendengar suara adzan. Begitu juga jika dulu kudengar lagu-lagu bernada sedih, hingga tidur terus menerus terngiang-ngiang, padahal dengarnya tadi siangnya. 

Akibat perasaanku yang sensitif tadi itu, kesedihanku ketika peliharaanku mati itu kadarnya jauh melebihi orang-orang lain ketika menghadapi situasi yang sama. Ketika mereka berpikir "Ah, cuma kucing", atau "Kelinci kan cuma binatang", bagiku tidak ada kata 'cuma' untuk hewan. Sayangnya, untuk situasi ini aku seringnya disangka tidak merasakan kehilangan anggota keluarga dan malah lebih memilih hewan peliharaan. Padahal, pertanyaanku dulu itu hanya ingin mengetahui mengapa mereka hanya sedih dengan kematian manusia dan tidak sepertiku yang juga sedih untuk hewan.

Buatku yang perasa, semua kematian itu terasa sama menyedihkan. Malahan, bukan hanya peristiwa kematian saja, tetapi juga hancurnya sebuah tempat yang pernah dikunjungi oleh aku dan keluargaku dulu. Pada awal tahun 2016, kami liburan ke Kampung Gajah Bandung. Tiga tahun lebih setelah kunjungan kami tadi, kubaca berita tentang bangkrutnya tempat wisata tersebut dan seketika hatiku hancur. 

Tidak kusangka, pengalaman tadi itu adalah kunjungan kami yang pertama dan terakhir kalinya ke Kampung Gajah. Segera kuhela napas dalam-dalam setelah melihat banyak foto dokumentasi tempat tersebut setelah kehancurannya. Pada saat kami datang saja, tempat itu sudah kelihatan suram, ditambah dengan cuaca yang sedang hujan. Cuaca yang sama persis juga terjadi, di kala kubaca berita tentang tempat itu tutup permanen. 

Bagi orang biasa, perasaanku itu mungkin lebay. Atau baper Maksimum. Separah-parah sensi aku ini, sekarang udah jauh lebih mendingan. Di umurku yang tidak lagi usia kanak-kanak ini, aku masih bisa-bisanya nangis gegara interaksinya Doof dengan Vanessa.

Mengatasi Trauma Akibat Peliharaan

Catatan 1 September 2022

Pada tanggal bulan baru ini, sangat besar peluangku untuk menulis banyak topik. Terutama hari ini adalah peringatan 14 tahun dari hari insiden kelinci. 

Tiga hari sebelum hari ini, terjadi kabar duka cita untuk anabul. Setelah keluargaku memelihara kucing sejak 2020 lalu, perasaan bersalah karena insiden kelinci itu terasa kembali intens. Dengan kami lebih memerhatikan dunia perkucingan, tentu saja jika mereka mati, rasanya akan berkali-kali lebih menyedihkan ketimbang saat aku belum terlalu mempedulikan kucing. Aku harus selalu mencegah agar rasa sedihku akibat kematian mereka itu tidak sampai malah membuatnya terasa sama besarnya seperti kematian manusia. 

Kucing-kucing lucu yang tersisa di rumah kami sudah menghibur kami lebih dari cukup

Kiri ke kanan : Lio, Joe, dan Meylin

Akan tetapi, jika saja aku tidak memberanikan diriku untuk kembali memelihara hewan darat setelah lebih dari sepuluh tahun lamanya, traumaku akibat kesalahanku pada insiden kelinci tidak akan pernah membaik. Lagipula aku tidak tahan dengan kelucuannya Kenéng-kenéng si kucing kuning yang lahir pada awal 2020 lalu. Adikku Fariz yang pertama menjinakkan kucing itu. Dengan aktivitas kami memelihara kucing, selama pandemi kami tidak terlalu bosan.

Mamahku menyebut kucing hitam bernama Spicy di atas ini "old soldier" atau "veteran", karena selain umurnya yang tertua di antara kucing-kucing yang biasa berkeliaran di rumahku, dia sudah lama juga mengenal rumahku, bahkan jauh sebelum Keneng-keneng lahir pada awal 2020 lalu

Mendadak Kayak Singa

Catatan 1 September 2022

Ternyata ketika Lio baru dipasangi corong supaya tidak memperparah luka di belakang telinganya, malah membuat setidaknya dua kucing lainnya merasa takut! Kejadian ini diceritakan oleh adikku yang terbesar Irsyad, karena ketika sedang terjadinya, aku sedang tidak ada di rumah, tempat terjadinya peristiwa itu. Kucing yang ketakutan melihat wajah baru Lio adalah Milo, saudara jantannya, dan Meylin, kucing lainnya yang lebih besar. Bulu mereka mencuat dan tubuh mereka menegang saat berpapasan dengan Lio. (untuk Meylin, bisa dilihat ekspresi ketakutannya di foto!)

Ada saja yang ketakutan oleh penampilan imut nan lucu ini!



Meylin yang terancam dan ketakutan oleh ornamennya Lio 

Ekspresi ketakutannya Meylin dilihat dari dekat

Milo yang sedang takut, segera mengenali kembali saudara orennya setelah mengendus aroma tubuhnya. Baunya dia sudah hapal. Adapun untuk Meylin, setelah berhenti takut, dia malah kembali tidak memedulikan Lio seperti biasanya. Kucing yang besar saja ketipu ya!


Lio, Matahari yang Terluka

Catatan 1 September 2022

Di saat-saat yang hampir bersamaan dengan memburuknya kesehatan Mischa, saudara jantannya yang berwarna oranye bernama Lio juga tidak dalam kondisi yang terlalu baik! Bagian belakang telinganya Lio terluka karena penyebab yang hampir sama dengan abses Mischa : garukan! Jadi, supaya satu-satunya kucing oyen yang tersisa di rumah kami itu tidak lagi menggaruk belakang telinganya yang menyulitkan kesembuhannya, Lio dipasang corong. Corong tersebut berwarna merah dan berbentuk bunga, tetapi ketika dipakai jadi mengingatkan akan matahari.

Lio dengan corong bersama Mischa beberapa hari sebelum kematiannya

Keduanya sedang terluka di tubuhnya

Lio sedang makan, karena mangkuknya ketutupan corong jadinya nggak kelihatan deh dia lagi ngapain

Luka di belakang kupingnya Lio

Mamahku adalah orang yang paling pertama teringat matahari jika melihat Lio dengan corong. Beliau bahkan menyanyi lagu anak-anak lawas yang dinyanyikan oleh Chicha Koeswoyo yang liriknya "Bersinar matahari, o... O... O ..." ketika bertemu dengannya. Lio adalah matahari yang terluka. Plus, dengan corong merahnya, dia juga terlihat semakin seperti singa, selain bulunya yang oranye.





Di atas adalah video lagu yang dinyanyikan Mamah, ternyata lagunya memang berjudul "Bersinar Matahari"


Setiap Detik-detik Kebersamaan Kami dengan Mischa

Catatan 29 Agustus 2022

(Aku menunda untuk mengirimkan catatan ini hingga tiga hari sejak ini ditulis, supaya perasaanku sudah lebih lega ketika mem-post ini)

Molly, seekor kucing betina dewasa tiba-tiba aja Dateng ke rumahku. Rumah itu emang sering kedatangan kucing baru. Saat dia baru pertama datang pada bulan Maret lalu, Kenéng-kenéng masih sempat berjumpa dengannya. Kira-kira sebulan kemudian, pas bulan puasa, dia hamil.

Mendekati lebaran idul Fitri, Molly melahirkan empat ekor anak kucing : dua oren dan dua item. Masing-masing warna ada satu jantan dan satu betinanya. Mereka tidak langsung dinamai. Barulah mereka bernama sekitar satu bulan ke belakang. 


Pada awalnya, Mischa, bersama ketiga anak kucing lainnya dari kucing kami yang bernama Molly, adalah anak-anak kucing yang aktif. Mereka banyak berlari ke sana kemari. Mischa dan Milo adalah kucing berbulu abu-abu kehitaman, yang pertama adalah betina dan yang terakhir adalah jantan. Dua anak kucing lainnya berbulu oyen, yang jantan diberi nama Lio sedangkan yang betina telah lama hilang sebelum kami beri nama. 

Untuk membedakan Mischa dengan Milo, versi jantannya, adalah warna oranye gelap samar pada bagian tengkuk dan punggungnya mendekati pangkal ekornya. Ekor Mischa lebih panjang lurus, sedangkan Milo memiliki semacam "kait" di ujung ekornya. Dari keempat anaknya Molly, Mischa yang memiliki warna bulu paling mirip dengan ibunya. Sayangnya, sang ibu pergi meninggalkan ketiga anaknya yang tersisa di rumahku.

Hingga pada suatu hari di akhir bulan Juli lalu, Mischa mendadak banyak tertidur. Bahkan, ketika dipegang oleh adikku yang terbesar Irsyad, sikapnya Mischa mendadak galak. Rupanya terdapat benjolan aneh pada lehernya. Keesokan harinya, benjolan itu pecah dan mengeluarkan nanah.

Kami (aku dan adik-adikku) baru memberi nama untuk tiga anaknya Molly ketika Mischa akan dibawa ke dokter hewan. Untuk pemeriksaan, hewan yang akan dibawa harus diberi nama. Terpilihlah nama Mischa untuk si betina hitam yang sakit. Setelah kucing hitam betina itu dinamai, dua saudaranya yang jantan juga harus bernama. 

Abses Mischa setelah pecah

Bagian yang dilingkari adalah abses di leher Mischa, menurut dokter hewan yang memeriksanya, benjolan berisi nanah itu terbentuk akibat infeksi dari garukan.




Ya, seperti yang kuceritakan sebelum-sebelumnya, perilaku Mischa berubah total setelah hadirnya abses itu. Setelah pecah, dia masih sering berjalan bersama kedua saudaranya, tetapi jelas dia paling pasif di antara ketiga anaknya Molly yang tersisa. Badannya semakin kurus, nafsu makannya semakin menghilang. Dengan luka yang berpindah ke tengkuk, warna oranye kecoklatan yang menjadi ciri khasnya yang membedakannya dengan Milo itu, tidak terlihat lagi karena bulu di kulit sekitar bagian itu merontok. 

Mischa di minggu terakhir hidupnya bersama dengan Lio (oranye), Milo (hitam di depannya Lio), dan Joe (abu-abu, paling depan, cuma dia yang ibunya beda sendiri)

Lio bersama Mischa yang semakin kurus, tampak jelas bahwa kucing yang kedua disebutkan ini tidak dalam keadaan sehat 😿😭




Wednesday, August 31, 2022

Kewajiban yang Tidak Kusukai, Ternyata Juga Tidak Terlalu Tepat Bagi Aku

Catatan 1 September 2022


Artinya "Menurut psikologi, kamu akan lebih bahagia ketika kamu melakukan banyak hal dari cinta, bukan demi cinta."

Kebenaran dari kutipan di atas sudah terbukti, selama ini hidupku jarang sekali merasa bahagia karena aku hanya melakukan suatu hal yang tidak kucintai agar dicintai Allah SWT (katanya) karena aku taat aturan-Nya dan juga banyak orang lain.

Kutipan tersebut tidak selalu mudah untuk dijalankan, tergantung situasi dan kondisinya. Untuk kasusku, malah aku wajib mengenakan pakaian yang menutupi seluruh tubuhku, itu adalah sesuatu yang tidak membuatku nyaman tetapi harus tetap dikerjakan supaya tetap diterima dengan baik oleh orang-orang sekitar. Misalnya, oleh Mamah dan teman-temanku di kostan. Apa boleh buat, kewajiban memang tidak pernah memikirkan apakah pelakunya itu merasa nyaman atau tidak ketika menjalankannya.

Boleh dibilang, aku ini bisa jadi sebagai "people pleaser". Karena, aku biasa melakukan sesuatu, terutama mengenakan jenis pakaian tertentu supaya aku diterima keluarga dan teman-teman. Sebenarnya hampir tidak pernah (kalau bukan tidak pernah sama sekali) merasa happy jika mengenakan jilbab. Demi menghindari kemarahan Tuhan dan orang-orang tersebut, mau tidak mau harus kujalani hidupku yang seperti ini, meski rasanya tercekik setengah mati.

Semakin ke sini, apalagi masalahnya bukan hanya soal aku ini mau atau tidak untuk menutupi aurat. Ternyata sudah berimbas ke perihal ketertarikan lawan jenis! 

"Pakaianmu itu tidak bikin laki-laki bangga gaet kamu!" kata seorang kerabat pada suatu saat.

Pernyataannya itu sudah teruji kebenarannya, dua temanku di kostan yang sama-sama mengenakan jilbab juga mengatakan hal senada buat aku. Memangnya seperti apa sih pakaian yang biasa kukenakan? Ya, hijab, layaknya muslimah pada umumnya di Indonesia saat ini. Ketika teman-teman mengenakan gamis, aku juga memakai yang seperti itu, ketika teman-teman mengenakan rok, aku pun demikian penampilannya. 

Dua temanku tadi itu berhijab, tetapi tetap saja mendapatkan pasangan sudah yang saling mencintai. Bagaimana denganku selama bertahun-tahun lamanya terus berpakaian sesuai dengan syariat dan juga didikan orang tua? Pengalaman asmaraku kontras dengan dua teman cewek tadi. Berarti untuk diriku berlaku sebuah kasus khusus, beda dengan sikon mereka..

Jika banyak wanita yang stay syar'i tetep aja punya pasangan bahkan hingga menikah, nasibku tidaklah seperti itu, meski mengenakan pakaian yang sama dengan mereka. 

"IRL (in real life) yang pakai hijab udah pabalatak (saking banyaknya)!" kata kerabat yang sama dengan perkataan yang tadi.

Hei, hei, hei, buat yang baca jangan kebawa esmosi dulu. Bukan hijabnya yang bikin aku nggak menarik, tapi karena itu adalah hal yang udah saking seringnya di jaman sekarang. Bahkan hijab kayaknya udah jadi stereotip perempuan di Indonesia, deh, secara agama Islam itu mayoritas di sini. Dulu sih karena yang nutup aurat itu masih keitungnya jarang ya makanya kerasanya kayak yang taat banget dan mengagumkan.

Makanya, aku biar lebih gampang buat dikenal orang, harus bisa berpenampilan stand out dari jutaan wanita lokal lainnya. Terlepas dari soal hijab tadi, apapun yang kelihatan indah jika sudah terlalu banyak ya siap-siap aja ada saja yang kurang ter-notice oleh orang lain karena nyaru sama yang lainnya. Kayaknya sih analogi wanita berhijab itu eksklusif juga makin nggak berlaku, karena udah makin generic.

Analoginya begini : ada jutaan bunga mawar di taman, pastinya nggak semuanya bakalan ketangkap mata kita kan? Karena semuanya sama. Coba kalo di antara sekian banyak bunga mawar itu nyempil bunga-bunga lainnya yang beda, semisal bunga bakung atau krisan. Pasti bakalan jauuuuh lebih eye-catching, ketimbang posisi mereka masih ditempati sesama bunga mawar juga.

Nah, jika ada satu atau beberapa bunga mawar tadi yang orang nggak ngeh keberadaannya, sama sekali bukan berarti si bunga itu gak menarik karena dia bunga mawar kan? Begitu juga dengan kasusnya aku di sini, bukan cowok susah tertarik sama aku karena dihijab bikin nggak kelihatan menarik, melainkan karena tidak adanya diferensiasi di penampilan aku. Udah terlalu umum!

Sifat manusia pada umumnya menyukai hal-hal yang unik, beda. Bisa jadi aku harus menjadi "lain daripada yang lain" agar mendapatkan perhatian khusus dari lawan jenis. Tidak semua wanita kelihatan oke dengan kain jilbab di kepalanya dan pakaian yang longgar nan tertutup di badannya, karena sudah 'tertumpuk' dengan hijabers yang bejibun tadi. Kupikir hanya perasaanku saja jika kuanggap diriku ini tidak menarik jika tidak tampil seperti banyak tokoh di budaya populer. 

Selama bertahun-tahun, akhirnya terbukti juga bahwa pikiranku itu benar. Sudah aku ini mengenakan pakaian yang sama sekali tidak membuatku senang, lawan jenis juga tidak ngeh sama aku jika masih memegang kewajiban itu. Bukan kewajibannya yang salah, tapi aku jadi nggak ada pembeda dengan wanita-wanita lainnya. Apalagi konon kewajiban menutup seluruh tubuh ini kurang cocok dengan iklim Indonesia yang tropis, panas dan lembab, makanya banyak bermunculan produk khusus hijab kayak sampo, deodoran, sabun, sampai deterjen yang artinya hijab itu lebih bikin keringatan dibandingkan pakaian konvensional!

Kita sering mendengar bahwa penilaian dari Tuhan itu jauh lebih penting daripada pujian dari makhluk, tepatnya manusia. Tapi untuk mencari pasangan, jelas apresiasi dari lawan jenis juga tidak bisa dikesampingkan! Ini sih sudah akunya gak suka pakai baju yang ketutupan (TBH, aku pengen kelihatan keren kayak banyak tokoh anime), laki-lakinya juga nggak tergerak buat dapet aku yang hijaban, karena udah gak ada keunikannya lagi! Kalau sudah begini, siapa yang senang dengan pakaianku yang gini-gini aja?

Jika aku berpakaian yang terbuka, itu bukan hanya kulakukan demi cinta dari lawan jenis saja. Tapiiii, juga sudah kuidamkan sejak kecil. Bahkan sejak TK, pas setiap pulang dari sekolah aku curi-curi kesempatan buat niru-niru pakaian tokoh-tokoh anime! Nanti deh, aku ceritain pengalaman cosplay abal-abal pas masih umur lima, niruin kostumnya tokoh Marjo dari anime Time Bokan..


Mengenang Kembali Karakter Anime Berambut Hijau Mint: Martina Zoana Mel Navratilova

Catatan Rabu, 20 November 2024 Ada kalanya, sebuah kenangan masa kecil kembali muncul begitu saja, membawa kita ke waktu yang lebih sederhan...