Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi/siang/sore/malam. Lama juga ya aku kena
writer's block. Artinya, aku tetiba males
or gada keinginan buat nulis/ngetik postingan baru di sini.
Ini masih bagian dari "Jurnal Ramadhan Sang Pengelana Naif". Di sini aku mau mengubah format diary aku selama bulan puasa yang tadinya tulisan tangan menjadi ketikan blog. Postingan terakhir itu catatan tanggal 28 April 2021 lalu. Begitu aku buka buku harianku, voila, tidak ada catatan tanggal 29!
Inilah yang bikin bingung buat melanjutkan, makanya kena writer's block. Untung aku segera balik lagi, karena aku ingat akan keinginanku jadiin catatan ini sebagai buku terbit. Kalau belum bisa punya buku solo berupa novel karya sendiri, pengennya bikin buku tentang kisah hidup sendiri yang "eksotis". Jarang dengar khan ada orang bersikap eksentrik yang membagikan pengalaman sikap anehnya sendiri?
Meskipun ketika tanggal 29 itu aku tidak menuliskan apa", setidaknya ada hal yang aku pikirkan saat itu. Sepertinya aku masih ingat apa saja yang waktu itu malang melintang di otak, karena aku punya kebiasaan mengingat terus hal yang sama dalam waktu yang lama. Makanya diduga punya OCD (Obsessive Compulsive Disorder). Jadi, mau nulis apa hari ini?
Oke, cekidot!
Catatan 29 April 2021
Rasanya ketagihan deh bukber di masjid terdekat dari rumah! Bikin salat Magrib, Isya, dan Tarawih aman! Gambar "Dark Seymour" yang aku buat kemarin lusa itu masih saja aku nikmati. FYI, arti dari "kemarin lusa" adalah dua hari yang lalu, Sam seperti kata "lusa" yang artinya dua hari yang akan datang.
Sudah tiga hari nih umur gambar salah satu karakter kartun yang kubuat sendiri dalam wajah baru. Dasar perfeksionis, ada saja hal yang membuatku masih belum puas dengan penampilannya. Wajar sih, itu khan baru pertama kali banget gambar itu karakter. Kalau sedang berkunjung ke "Wiki" atau "Fandom", biasanya ada gambar desain awal dari suatu karakter kartun atau animasi yang bisa jadi malah beda bat dengan versi yang kita kenal!
Poe De Spell, tokoh dari Duck Tales 2017 yang menjadi inspirasi untuk Dark Seymour itu saja sudah pernah beberapa kali mengalami revisi. Tokoh kartun yang kita kenal sekarang itu, misalnya Spongebob, adalah versi finalnya, versi yang sudah paling banyak diperbaiki. Bukan hanya Dark Seymour saja yang ingin kuperbaiki penampilannya, tapi juga Frank Wynn sang kakak. Begitulah perjuangan sang pencipta karakter novel atau komik, harus banyak meningkatkan kualitas karyanya, bukan hanya diri sendiri saja, agar menjadi karakter yang menarique bagi pembacanya.
Selain memikirkan tokoh fiksi, baik tokoh yang sudah mendunia maupun yang masih kukembangkan, aku juga sering terpikir soal rasa malu akan pikiran-pikiran yang lebih aneh. Ini sudah kesekian kalinya dikatakan, julukanku adalah "Pengelana Naif" yang disebabkan seringnya timbul pikiran tidak logis akibat acapkali berkelana tidak tentu arah. Paling seringnya sih pikiran aneh itu muncul dalam bentuk "membandingkan antara dua hal yang tidak ada hubungannya". Insiden kelinci itu adalah salah satu kasus akibat pikiranku yang biasa membandingkan seperti itu dan peristiwa itu adalah kasus yang paling parah dan kontroversial dari keseluruhan hidupku.
Pikiran liarku itu sebenarnya sudah tumbuh bibitnya sejak aku masih TK, tetapi baru timbul keluar sejak "insiden kelinci" tersebut. Entah mengapa bisa kepikiran soal membandingkan seperti itu, bahkan pikiran seperti itu timbul secara refleks di kepala saja tanpa kuinginkan sama sekali. Kalau kuberitahu apa saja hal-hal yang aku perbandingkan, rasanya terlalu malu karena terlalu tidak masuk akal alias absurd. Terlalu banyak pula jika diperinci satu persatu, akan tetapi dalam catatan ini akan kuberikan satu contoh yang paling lite atau "ringan" di sini.
Pada saat aku masuk SD kelas 1B tahun 2004, umurku tujuh tahun kurang beberapa bulan lagi. Ketika aku sudah mulai mengenal seluruh teman sekelasku, sifat anehku ini mulai muncul. Aku membandingkan sifat teman cowokku Fad yang keras dan galak dengan teman cowok lainnya berinisial Haf yang lemah lembut dan sabar! Sampai di sini masih terasa normal-normal saja, hingga terjadilah plot twist yang entah mengejutkan atau malah konyol.
Fad, jika berbicara suaranya lantang dan tidak ada malu-malu menyuarakan isi pikirannya, termasuk ketertarikannya pada pocong pada saat kami kelas V. Sebaliknya, Haf ketika ngomong itu suaranya pelan sekali juga banyak diamnya ketimbang bersuaranya, sampai-sampai sulit diterka kesukaannya apa.
Padahal kedua teman sekelasku itu sangat kontras sifatnya, entah mengapa aku malah merasa mereka berdua seperti terdapat keterkaitan! Wajah mereka juga sangat berbeda, tidak ada miripnya samsek. Soal yang lain, seperti tinggi badan, postur, atau body type, mereka berdua hampir sama seperti mayoritas anak-anak cowok lainnya di angkatanku. Namun, mengapa dua ikhwan itu yang aku bandingkan, hingga kini belum juga kutemukan alasan yang masuk akal!
Buat yang belum paham apa yang kumaksudkan dengan "menyamakan" Fad dan Haf, tahan ya jangan sampai jantungan! Aku pada saat baru mengenal mereka berdua, sempat tertukar tentang mereka! Sepertinya yang menyebabkanku mengasosiasikan dua teman dengan kepribadian bertolak belakang itu karena saat aku baru pertama mengenal mereka, keduanya duduk satu bangku. Itu sih dugaanku yang paling logis, ya, akan munculnya salah satu bentuk perbandingan yang aneh di kepalaku, meskipun bukan yang paling parah.
Siapa saja yang tahu akan hal ini? Hingga kutulis catatan ini, nyaris tidak ada yang mengetahuinya. Pernah aku menceritakan tentang asosiasi dua teman sekelas ini kepada Mama dan reaksi beliau oke-oke saja. Kusimpan sendiri pikiran aneh ini selama lebih dari sepuluh tahun lamanya, karena pastinya mereka berdua yang jelas-jelas hanya teman sekolah bukan saudara, tidak akan terima jika sampai tahu mereka dikait-kaitkan secara irasional, terutama Fad yang memang orangnya emosian! Penting untuk diingat, pikiranku yang biasa menyangkut-pautkan dua hal yang tidak beririsan sama sekali ini muncul sendiri, SAMA SEKALI TIDAK KUINGINKAN!
Eits, meskipun aku penikmat manga dan anime juga kartun amrik, jangan suuzhann ya dengan kisahku ini! Umurku yang pada tahun itu masih di bawah sepuluh tahun mana tahu genre kisah begituan. Tidak, maksudku sama sekali bukan ke sana, apalagi itu jelas adalah sesuatu yang dilarang oleh agama dan tidak taat pada kodratnya. Ini lebih ke soal pernah dilanda kebingungan menganggap mereka adalah orang yang sama, padahal individu yang berbeda.
Oke, singkat saja catatan hari ini. Makanya waktu itu tidak mencatat apa" juga karena hampir tidak ada pengalaman yang menarik. Wajar, masa pandemi membuat semua orang harus di rumah saja. Berjamaah di masjid sekalipun masih ada resiko ketularan. Semoga aku dan seluruh keluargaku masih dapat bertemu lagi dengan Ramadhan tahun depan, aamiin!
Bandung, 27 Juni 2021
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.