Catatan 26 Juni 2023
Mamah sering menekankan aku biar berpikir taktis yang aku juga gak ngerti apa serunya. Tapi baru hari ini aku mikir gini soal taktis dalam berpikir itu : kalau kita punya banyak taktik, seharusnya semua aspek terselesaikan dong, jangan ada yang bolong. Ya, udah gampang ketebak, beliau bilang berpikir taktis itu untuk soal perkuliahan. Jika aku harus taktis tentang kuliah, harusnya taktik ini nutupin semuanya, nggak bikin persoalan lainnya kayak cari jodoh jadi terhambat!
Orang lain aja bisa prioritas jalan di jalur yang sama dengan asmara, kenapa aku nggak bisa? Kenapa cuma aku yang harus "kena lampu merah" soal asmara karena hal ini beda jalur sama perkuliahan, jadinya nggak bisa berjalan bersamaan? Lagi-lagi pake analogi dua kendaraan di jalan lagi nih. Apakah ini ada hubungannya dengan berpikir taktis untuk mendahulukan kuliah?
Aku siang ini sambil nungguin giliran aku maju buat sidang alternatif karya, iseng-iseng cari artikel tentang "berpikir taktis". Nah, ketemu satu artikel yang bahas perbedaannya berpikir taktis dan strategis.
Inilah kutipan dari sifat-sifat berpikir strategis :
#1 Integral
Seluruh strategi akan sesuai atau cocok untuk seluruh tingkatan, baik itu dalam korporasi, bisnis ataupun fungsional, sehingga tidak akan ada satu atau pihak yang terganggu dengan strategi tersebut.
#2 Menyatu
Dengan adanya strategi, maka seluruh bagian-bagian dalam manajemen pemerintah atau dalam organisasi publik misalnya, akan menjadi satu. Dengan begitu dapat diartikan juga bahwa strategi memiliki fungsi untuk menyatukan.
#3 Menyeluruh
Strategi dalam sebuah perusahaan atau organisasi akan bersifat menyeluruh, yang mana seluruh aspek dalam organisasi tau perusahaan tersebut akan berkaitan dengan strategi yang ada. Atau dalam artian lain, sebuah strategi yang ditetapkan tidak hanya berlaku untuk divisi-divisi tertentu.
Ini kutipan yang paling ngena dari arti berpikir taktis dari artikel yang sama :
"Dalam bisnis sendiri, taktik merupakan sekumpulan program kerja yang dirancang atau disusun untuk melengkapi strategi dari bisnis tersebut."
Nah, dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa taktik itu hanya bersifat sebagai pelengkap dari strategi. Dari sini aku ngerti, kenapa berpikir taktis buat perkuliahan itu nggak nutupin persoalan aku cari jodoh. Karena taktis itu sifatnya nggak menyeluruh kayak berpikir strategis, cuma pelengkap aja! Kalo dipikir-pikir, aneh juga ya Mamah nggak pernah menekankan aku buat berpikir strategis?
Ini perbedaan antara strategis dengan taktis jika diterapkan ke kasus aku :
▪️Strategis = aku itu bikin rencana biar perkuliahan lancar, cari jodoh juga gak terhambat dan juga sebaliknya, perkuliahan nggak terabaikan oleh usahaku mencari jodoh. (Ini aku mikir sendiri)
↪️ Habis aku pergi kuliah atau nugas, aku mampir dulu ke studio foto yang murah atau cari spot-spot yang instagrammable. Untuk pilihan yang kedua ini, wajib bawa minimal satu orang biar ada yang motret. Terus fotonya diupload ke Ig dan Twitter deh, di situlah usahaku cari jodoh dimulai.
▪️Taktis = aku mengusahakan agar tugas akhir cepat diselesaikan, nggak "ngayayay" kalau bahasa Sunda. (Mamah baru menekankan sampai pada tahap ini)
↪️ Setiap hari harus ada progresnya, baik itu dalam pembuatan slide sidang berikutnya dan juga dalam membuat karya yang akan dipresentasikan, untuk tugas akhir aku berupa maskot perusahaan.