Wednesday, July 20, 2022

Mental Block Berimbas Art Block

Catatan 21 Juli 2022

Banyak orang diserang "mental block" berupa rasa enggan untuk melakukan sesuatu karena dibayangi oleh pengalaman masa lalunya. Kalo flashback yang asyik-asyik sih gak masalah, tapi kalo mengenang pengalaman yang bikin males hidup? Skip aja deh! Tidak kupungkiri, aku juga banyak mental block seperti itu, malahan sampe ngaruh ke ide menggambar segala! 

Gegara saking ketakutannya menggambar yang pakaian terbuka, jadinya ide gambar di kepala aku cuma hadir untuk terlupakan saja. Padahal kan sayang banget kalo jadi gak produktif. Sudah sering sekali ada rasa nyesel jarang gambar. Pengen deh bikin art summary dari setiap bulannya selama satu tahun, sayangnya gak setiap bulannya aku bikin gambar!

Penyebabnya kenapa, coba, jarang gambar? Akibat terlalu takut untuk menuangkan, karena udah kelamaan mikir, "Ini gambar bakalan jadi hal yang salah, dosa, blablabla." Psikolog aku juga udah pernah bilang, malah buat gambar doang aja sih gak masalah. Aku juga mikir-mikir dulu dongs buat bikin karya, gak akan jabanin hal-hal berbau 18 tahun ke atas!

Baru deh akhirnya bisa bikin outfit Bella Hayden itu fix, nggak akan dirombak besar-besaran lagi setelah ini. Padahal udah dari lama si karakter ini dibuatnya. Itu semua gegara kebanyakan mikir, keseringan nunda! Istilahnya udah gak asing lagi, overthinking!

Selalu inget deh waktu SMP ke bawah, kalo aku kedapatan sedang atau sudah menggambar tokoh yang kurang nutupin oratnya pasti aja ortuku marah, terutama almarhum Papah. Anehnya, saat itu malah jadi kecanduan buat gambar kek gitu meski tentunya ada rasa takut ketahuan. Begitu masuk kuliah malah jadi sebaliknya, Mamah (sekarang tinggal ada beliau ortuku) udah jauh lebih santai orangnya tapi malah akunya yang ragu terus buat gambar. Pas udah dikerjakan gambarnya, ternyata hasilnya menyenangkan dan asyik sangad!



Lakukanlah Sesuatu Agar Tidak Overthinking!

Catatan 21 Juli 2022

Sudah mulai diserang kemalasan lagi untuk menulis. Padahal menulis itu salah satu terapi untuk mengatasi overthinking. Bahkan untuk urusan gambar-menggambar saja aku ketiban overthinking! Jadinya sering mulur rencana gambar.

Akhirnya beberapa hari yang lalu terwujud juga rencana gambar menjadi nyata! Sudah diendapkan berapa lama tuh idenya, sampai akaran kali. Sebelum berani untuk merealisasikan ide gambar itu, aku tulis dulu ide yang muncul seperti mau menggambar siapa, pake baju apa, desain pakaiannya bagaimana, dll. Setelah berani menuangkan ide tersebut, rasanya satisfied banget! 

Proses menggambarnya juga satisfying! Seneng banget menggambar desain pakaian yang tadinya cuma berputar-putar gak jelas di dalem kepalaku ini. Bukan cuma prosesnya aja, tapi juga hasilnya yang memuaskan. Karena saking puasnya, sampai-sampai gambarnya pas udah beres itu dibawa-bawa terus sampai tidur!

Ucapan Itu Doa

Catatan 16 Juli 2022

Almarhum Papah selalu melarangku untuk menyebut diri sendiri ini bodoh. Mengapa? Karena ucapan setiap Muslim adalah doa, oleh karena itu kita (aku yakin hal ini tidak hanya berlaku untuk orang Islam saja) harus berkata-kata yang baik, minimal untuk diri sendiri. Bahkan di saat beliau sedang tersinggung dengan perkataanku ketika Insiden Kelinci, beliau masih menyuruhku untuk beristigfar karena aku menyebut diriku sendiri adalah bodoh.

Sebenarnya ada banyak momentum beliau mengingatkanku untuk menjauhi perkataan seperti itu, hanya saja insiden inilah yang paling berbekas. Karena, mood beliau yang sedang tersinggung itu tetap menjagaku agar jangan sampai merendahkan diri sendiri. Bagiku, itu kontras antara perasaan beliau dengan apa yang beliau utarakan kepadaku. Walaupun udah dilarang bilang "bodoh", tetep aja rasanya susah biar nggak ngatain diri sendiri kayak gitu gegara insiden tersebut.

"Teteh ini pinter gak sih?" ujar Papah setelah aku bertanya "kalimat itu" ketika insiden tersebut.

"Pinter," jawabku lirih.

Sebenarnya aku di situ nggak haqqul Yaqin bahwa aku memang demikian, hanya karena masih teringat saja dengan larangan beliau mengatakan hal buruk untuk diri sendiri.

"Naha atuh? (Bahasa Sunda : 'Lantas, mengapa bertanya/berbicara begitu', maksudnya 'mengapa mengeluarkan pertanyaan tadi?')" kejar beliau.

Aku terdiam sejenak sebelum merespon lagi perkataan beliau. Itu untuk merenung kembali. Ragu rasanya tadi untuk mengatakan bahwa aku ini pintar, nilaiku di sekolah saja banyak yang rendah. Lalu ter-trigger untuk 'trabas' larangan Papah yang tadinya kujaga untuk tidak kulanggar itu, karena kurasa itu memang lebih mendekati kenyataannya.

"Saya memang bodoh, Pah," ratapku kemudian. 

"Istighfar, Teh. Ucapan setiap orang Muslim adalah doa." nada bicara Papah mulai melembut. Beliau segera memelukku.

Jaman sekarang orang mudah sekali untuk insecure karena berbagai pencapaian manusia terpampang nyata di media sosial, apalagi untukku yang memang nyaris tidak pernah pede seumur hidupku. Setiap saat perasaan insecure menghampiri, haruslah kuingat percakapanku dengan almarhum Papah itu. Bagaimanapun kondisinya, pantanglah untuk menyebutkan hal-hal negatif untukku sendiri. Karena, biasanya orang yang tidak dapat menghargai orang lain, sebenarnya mereka memandang diri atau self-esteem mereka rendah sekali.

Itu sudah terbukti oleh pengalamanku sendiri. Ketika sedang insecure berkepanjangan akibat Insiden Kelinci tersebut, aku mudah sekali untuk ngomong bahasa kasar atau buruk kepada orang lain di sekitarku. Sebab, pada saat itu perasaanku sedang dilanda kepercayaan diri yang terlalu rendah, sehingga mood hampir selalu buruk. Berawal dari mood yang hancur itu, udah nggak ada lagi kemampuan untuk menyaring ucapan karena pikiran tak lagi bekerja dengan jernih. 

Pada kenyataannya, seperti yang sudah kusebutkan dalam kisah-kisahku yang lainnya, tidak perlu aku terlalu merendahkan diri ini. Dengan tenggelam dalam insecurity, tahun-tahun terakhirku di bangku Sekolah Dasar malah terkunci oleh obsesiku akan Danny Phantom untuk mengusir kesedihanku. Obsesi seperti itu malah menjadi mental block yang menghambat ide-ide baru untuk berkarya. 

"Gambarnya yang lain, dong, jangan Danny Phantom terus! Bosan!" seru teman sekelasku Vita waktu kelas lima. Waktu itu dia lagi lewat meja aku, aku lagi menggambar Danny Phantom di buku corat-coret.

"Aku nggak ada lagi ide lain," keluhku.

"Cari ide lagi dong biar nggak bosan," usul Nabila, teman sekelas yang lagi berdiri sebelah Vita di depan mejaku.

Dengan obsesi yang seperti itu, bukannya menyelesaikan masalah. Justru insecurity aku yang malah bertambah. Skill menggambar tidak begitu berkembang, karena karyaku cuma itu-itu saja, padahal banyak ngeliat kartun/komik lain juga udah. Dalam pelajaran juga, semisal Matematika apalagi Olahraga ketika mukul bola bisbol pake bat juga payah.

Andaikata aku dulu berfokus buat belajar lebih banyak rumus Matematika atau latihan mukul bola bisbol di rumah, pastinya taraf hidupku akan meningkat. Bukannya berkutat di tokoh kartun kalo mau move on dari suatu peristiwa!

Pertanyaanku dalam insiden itu ternyata bukan berasal dari kebodohan, melainkan hanya disebabkan oleh "sebuah perbedaan pola berpikir" saja. Kata adik bungsuku Fariz, istilah Bahasa Inggrisnya adalah "neurodivergent". 

Thursday, July 14, 2022

Proses Menyamakan Sudut Pandangku yang Berbeda dengan yang Umum

Catatan 14 Juli 2022

Sebagai seseorang yang memiliki cara pandang tersendiri yang berbeda dengan orang pada umumnya, untuk beberapa topik tertentu aku butuh waktu untuk memahaminya. Contoh yang paling besar dan paling kontroversial adalah insiden kelinci. Padahal bagi orang lain, topik-topik yang kuanggap sulit itu justru no effort untuk mengerti! Walaupun demikian keadaannya, setidaknya masih ada proses menemukan pemahaman.

Ketika aku masih berusia empat tahun, suatu pagi sebuah bola kaca berisi bunga plastik di kantor Eyang Putri pecah! Pasalnya, seekor kucing terkurung dalam ruangan kantornya nenek dari Mamah dan memecahkan bola kaca tersebut pada tadi malamnya. Bagi orang biasa, jelas tidak sulit untuk memahami mengapa bola kaca tersebut dapat dipecahkan oleh seekor kucing yang terkurung. Saat itu, konsepku malah sangat berbeda dengan yang seharusnya, sehingga malah bingung dengan keterangan seperti itu.

"Mengapa kucing dapat terkurung dan memecahkan bola kaca?" itu pertanyaan yang timbul dalam kepalaku saat umurku masih dalam kategori balita itu.

Dalam pikiranku, entah mengapa malah tercerna menjadi sangat aneh seperti ini : seekor kucing terkurung dalam bola kaca yang berisi bunga plastik, sehingga dia membebaskan dirinya dari bola kaca tersebut, sehingga bola itu pecah bersamaan dengan keluarnya kucing tersebut darinya. Seekor kucing tidak mungkin dapat masuk ke dalam bola kaca yang ukurannya kecil dan juga benda itu tidak memiliki lubang untuk dimasuki oleh hewan apapun selain semut, karena bagian bawah bola kaca itu adalah mesin untuk memutarkan musik! Makanya aku ketika itu malah bingung, bagaimana hewan yang biasa lewat di sekitar kita itu dapat masuk ke dalam bola kaca yang tidak memiliki akses untuk dimasuki hewan mamalia? Kira-kira sepuluh tahun kemudian, barulah aku dapat memahami konsep yang sesungguhnya : kucing tersebut terkunci di dalam ruangan kantornya Eyang Putri, karena dia panik jadinya dia berlarian di dalamnya dan menyenggol bola kaca itu hingga jatuh dan pecah. 

Dengan keadaan mentalitas seperti ini, tidak jarang aku merasakan insecure. Untuk mengatasi perasaan tersebut, aku mestilah merasa bangga dengan prosesku memahami banyak hal. Selama tiga tahun pertama setelah insiden kelinci, hanya bagiku lumayan sulit untuk memahami sebab Papah yang tersinggung, karena bagiku sendiri hal seperti itu tidaklah berdampak demikian. Meski dibilang terlambat, akhirnya aku mengerti juga sudut pandang orang lain (dalam kasus ini, Papah) akan insiden tersebut. 

Perasaan rendah diri dan anggapan miring dari banyak orang yang merendahkanku, kuakui cukup membuatku sedih, tetapi aku harus yakin keadaanku yang seperti ini suatu saat akan dapat berdampak positif. 

Tuesday, July 12, 2022

Melatih Otak Berpikir dengan Terarah? Membacalah! Mengurangi Berpikir Terlalu Banyak? Menulislah!

Catatan 12 Juli 2022

Sejak Idul Adha kemarin, aku mulai malas lagi untuk menulis. Mungkin karena sudah tidak ada lagi ide yang akan dituliskan. Padahal kata psikolog aku menulis itu sangat penting bagiku karena kegiatan itu adalah bentuk terapiku agar tidak terus menerus diliputi dengan overthinking. Hampir selalu kemarahan dalam diriku ini penyebabnya adalah overthinking itu.

Oleh karena itu, jangan sampai kasih kendor buat menulis! Selain menulis, membaca juga penting, karena jadi banyak bahan untuk menulis. Kemarin aku VC-an dengan dua teman cewek waktu SMA, kata salah satunya dari mereka, salah satu cara untuk mengikis overthinking adalah membaca novel. Wajib bacanya berupa novel, bukan komik, supaya otak lebih terasah untuk berimajinasi, karena cerita dalam komik sudah disajikan dalam bentuk gambar sehingga otak tidak terlalu dilatih bekerja untuk berpikir dengan terarah.

Aha, aku jadi punya ide nih untuk memperbanyak menulis! Bagaimana dengan menulis resensi buku + dikaitkan dengan pengalaman pribadi tentang isi buku itu? Dengan mengaitkannya dengan pengalaman kita sendiri, hasilnya resensi kita akan lebih orisinal karena pengalaman setiap orang itu pastinya berbeda-beda. Berhubung koleksi novelku masih sedikit, jadinya sebagai permulaan tulis dulu referensi dari buku apa saja yang paling relatable dalam hidupku.

Untuk awalnya, mohon maaf jika aku masih saja akan menulis tentang insiden kelinci itu untuk artikel ke depannya. Karena impact-nya dalam hidupku juga nggak bisa dianggap kecil, banyak pemikiranku yang terbuka lebar akibat peristiwa itu tadi. Bahkan untuk resensi beberapa buku juga mungkin insiden itu masih akan di-mention olehku. Sebab, beberapa buku yang masuk dalam koleksiku memang ada saja yang membuatku teringat kembali dengan kisah nyataku itu.


Sunday, July 10, 2022

Milad Paling Memorable

Catatan 10 Juli 2022

Selamat Hari Raya Idul Adha 1443 H!

Meski ditulis pada hari Idul Adha, malahan di sini aku akan menulis tentang hari ultahku yang paling memorable. Seumur hidupku, hari ulangtahunku (yang juga bersamaan dengan ultahnya adikku yang besar Irsyad) selalu dirayakan dengan sederhana, tidak meriah. Meski hanya dihadiri oleh beberapa orang teman dan saudara kami, tetap saja masih dapat menyisakan kesan yang mendalam. Berkesan itu tidak harus mewah, karena dengan terkabulkan keinginan kita di waktu yang tepat saja itu sudah terasa sangat nikmat.

Dari duapuluh empat kali hari ulangtahunku setelah tahun 2021 lalu, menurutku yang paling memorable (urutan pertama) adalah ultah yang kesebelas pada tahun 2008. Karena, tas Minmie (yang pada tahun 2007-2009 sedang booming atau happening) yang kuidamkan selama berbulan-bulan akhirnya kudapatkan juga pada hari itu! Tas impianku  yang dibelikan ortu itu warnanya pink cerah, kira-kira seperti foto di bawah ini. Sayangnya, saat itu model tas yang kupilih kurang tepat, karena berbentuk Tote bag bikin bahu cepat pegal sebelah, semestinya untuk membawa buku-buku pelajaran ke sekolah lebih cocok menggunakan model tas selempang, lagi-lagi mirip yang dicontohkan foto berikut ini.

Warna latar dan rambut Minmie dari tas milikku itu agak berbeda dari foto di sini. Pada foto di atas, warna latarnya putih, sedangkan tasku saat itu berlatar pink pucat. Rambut Minmie di atas berwarna senada dengan tasnya, sedangkan penampilan doi pada tas yang menjadi hadiah ultahku itu warna rambutnya normal/alamiah saja yaitu coklat muda. Selain dua hal tadi, secara keseluruhan warna tasku itu tidak ada perbedaan dengan foto di atas. Tidak kutemukan seri atau model tas yang sama persis dengan milikku dahulu, sehingga kupilih yang paling banyak miripnya.

Nah, kira-kira seperti ini model dan warna yang lebih mendekati tas yang dulu menjadi impianku itu. Namun, tetap saja masih berbeda dengan model tas yang berhasil kuboyong pulang dari toko buku Gr*m*dia BSM (sekarang TSM) itu, karena warna rambutnya Minmie yang belum berwarna coklat natural. Ah, sudahlah, yang penting you got the idea dengan bentukan tasnya, bukan?

Dua teman kami yang merupakan tetangga kami, yaitu Risa dan Andika, memberikan hadiah yang sederhana namun sangat menimbulkan kesan yang mengharukan. Risa menghadiahkan kami satu toples kecil permen salut gula berwarna-warni berbentuk bola-bola kecil yang rasanya asam, tetapi ini berbeda dengan permen Y*pi karena teksturnya tidak kenyal. Sayangnya, permen tersebut tidak bermerek, sehingga fotonya tidak dapat kutampilkan di sini. Kemudian, Andika di hari yang sama mempersembahkan satu bungkus permen yang lumayan unik bermerek "Bontea" seperti foto di bawah ini, permen ini adalah permen rasa teh dengan bagian tengah yang diisi semacam krim berasa asam manis.

Terdapat tiga varian rasa, yaitu original, lemon, dan apel. Aku lupa-lupa ingat dengan varian rasa yang diberikan oleh salah satu teman kami itu, yang jelas dia hanya memberikan satu varian rasa saja. Seingatku, aku dan adik terbesarku itu antara menerima rasa permen yang pertama atau yang kedua. Karena gagalnya diriku mengingat tepatnya varian rasa permen yang kami dapatkan, kutampilkan saja foto yang menjajarkan ketiga variannya.

Bagaimana, sederhana bukan hari ulang tahunnya? Tetap saja rasanya begitu berkesan, justru sepertinya aku tidak akan nyaman jika harus mengadakan pesta yang meriah. Masih ada lagi kisah mengesankan lainnya yang terjadi pada hari ketika usiaku bertambah dan jatah umurku berkurang. Bukan hanya ulang tahun yang kesebelas saja yang meninggalkan kesan mendalam bagi saya, lho!

Kita maju ke hari ulangtahunku yang berada di urutan selanjutnya untuk kategori "memorable", yaitu urutan kedua. Milad yang menempati urutan kedua paling berkesan ini justru mundur empat tahun dari cerita hari miladku yang tadi berada di urutan pertama. Jika ultah yang paling berkesan tadi adalah ultahku yang ke-11, berarti kita menuju empat tahun sebelumnya. Ya, ulangtahunku yang ketujuh adalah ultah yang paling unforgettable setelah ultah yang kesebelas!

Pada pertengahan tahun 2004, saat aku dan keluargaku transit di bandara di Bangkok, Thailand, ketika akan pergi ke Yordania, aku menemukan banyak boneka Powerpuff Girls. Saat itu aku lagi demen-demennya dengan kartun ketiga superhero gadis cilik itu. Karena kami khawatir tertinggal pesawat berikutnya yang akan membawa kami ke satu negara di Timteng itu, alhasil ortuku tidak sempat untuk membelinya. Kira-kira tiga bulan kemudian, di tahun yang masih sama, saat aku ultah yang ke-7, kami berbelanja hadiah yang kami inginkan di Supermarket Giant di Pasteur, Bandung dan aku menemukan sebuah boneka Buttercup, salah satu member dari Powerpuff Girls tadi!

Jika sedang di dalam negeri, waktunya jadi jauh lebih lowong. Alhamdulillah, akhirnya bisa juga boneka tokoh kartun kesayanganku saat itu terbeli. Mana sebagai hadiah ulang tahun, pula! Untungnya itu boneka terus awet hingga kini.

Sudah kira-kira tiga kali keinginanku tertunda lalu terkabul di saat yang lebih tepat, yaitu terkabul sebagai hadiah milad di tahun yang sama dengan mulainya aku menginginkan barang itu. Lalu, ultahku yang paling berkesan yang mendapatkan peringkat atau ranking ketiga, apakah ada? Pastilah ada meski tetap saja miladku ini sederhana saja. Bahkan masih tanpa pesta sama sekali.

Urutan ketiga dari miladku yang paling berkesan ialah milad yang terakhir ketika catatan ini ditulis, yaitu milad yang ke-24! Di usia remajaku nyaris tidak ada milad yang berkesan, karena tiga tahun pertamaku sebagai remaja keuangannya sedang surut. Lalu tiga tahun selanjutnya dan terakhir di usia remajaku dihabiskan di pondok. Tetapi justru di usia dewasa baru mulai lagi terasa memorable. 

Sejak resmi menjadi seorang fan (yang tadinya aku adalah hater) dari Heinz Doofenshmirtz pada akhir tahun 2019, aku sudah menginginkan dua action figure tokoh bermuka jelek tersebut.  Dari foto-foto yang kulihat di Google, kelihatannya hanya bisa kudapatkan dari luar negeri. Jika dijual di toko lokal, biasanya hanya toko mainan impor yang menjualnya, pasti harganya mihil bingits


Saturday, July 9, 2022

Mewujudkan Game PC Tentang Bowling Menjadi Nyata!

Catatan 9 Juli 2022

Di saat aku berencana membeli satu set pin bowling aneka hewan itu, otakku memberikan sebuah alternatif rencana. Sempat kepikiran ingin bermain bowling secara live karena salah satu game PC kesukaanku adalah Gutterball dan terutama sekuelnya. Hanya saja, di Bandung kota tempatku tinggal sudah tidak ada lagi arena untuk melakukan olahraga seperti itu. Lalu ideku yang muncul untungnya menghasilkan sebuah solusi yang brilian.

Buat yang sudah familiar dengan GameHouse, yaitu koleksi game PC legendaris, mungkin saja sudah pernah mendengar tentang Gutterball dan sekuelnya. Atau, bahkan mungkin sudah sering memainkannya? Sayangnya, tidak semua game yang termasuk dalam brand GameHouse itu terkenal atau banyak dikenal orang. Tenang, aku punya cara sendiri untuk mempromosikan Gutterball agar lebih banyak lagi dikenal gamers!

Bagaimana jika aku membuat sendiri game Gutterball secara live? Itu bisa kulakukan di rumah saja! Kalau harga satu set pin bowling standar sih justru sangat ramah di dompet, bahkan tidak sampai seratus ribuan. Jadi, rencanaku adalah membeli pin bowling standar, lalu dicat dan dilukis menyesuaikan dengan warna dan corak dari pin dalam game tersebut.

Aku lebih suka Gutterball II ketimbang game pendahulunya, karena keseluruhan isi game yang sekuel itu lebih memorable. Jadi, aku akan lebih dahulu mereproduksi pin-pin dari game yang kedua ini untuk dimainkan secara live. Terdapat lima tempat yang berbeda untuk game sekuel ini, yaitu Retro Alley, Lotus Lane, Wacky House, Jungle Alley, dan Iceberg Alley. Nantinya ketika sudah jadi pin bowling ala Gutterball II ini, akan kujadikan konten video ketika pin itu kumainkan dan outfits-nya nanti akan menyesuaikan dengan pin bowling dari masing-masing daerah.

Retro Alley, tempat/daerah yang mirip seperti tempat bermain bowling reguler, standar, atau normal. Tempat ini adalah satu dari (anggap saja) dua daerah di mana permainan dilakukan secara indoor (dalam ruangan), karena jelas konsep tempat ini meniru arena bowling normal yang memang ketentuannya permainan ini dilakukan di dalam ruangan. Terdapat tiga Lane atau jalur.

Warna pin : putih berleher merah standar dengan logo Skunk Studio, perusahaan pembuat game ini.

Lotus Lane, tempat/daerah bernuansa Oriental atau Asia Timur. Mayoritas tempat dalam game ini dilakukan secara outdoor alias di luar ruangan, berbeda dengan permainan bowling pada umumnya. Tempat ini termasuk ke dalam arena outdoor, karena kita bermain dikelilingi oleh kolam dan di atas Lane yang terbuat dari lantai kayu, terbentang sebuah jembatan. Kesepuluh pinnya tersusun rapi dalam suatu rumah atau istana di depan pintu masuknya. Pada kesempatan tertentu, gong di belakang pin akan terpukul oleh bola dan menimbulkan bunyi.

Warna pin : seluruhnya merah cerah khas Oriental dengan kaligrafi Tiongkok hitam bergaris batas emas.

Jungle Alley, tempat/daerah dengan suasana hutan (jungle). Dari namanya, sudah dapat dipastikan bahwa arena ini adalah arena kedua yang termasuk ke dalam kategori arena outdoor. Meski tempatnya di dalam hutan, daerah ini memiliki bangunan berbentuk kepala gajah dari susunan bata berwarna abu-abu dengan warna gradasi yang berbeda-beda untuk menjadi tempat untuk kesepuluh pin dan juga Lane dari paving block yang dikelilingi oleh parit yang sempit.

Warna pin : corak tiruan bentuk bata dengan gradasi warna abu-abu yang berbeda-beda. Sepertinya pin dari daerah ini akan menjadi pin yang paling sulit untuk digambar atau dicat ulang secara nyata! Karena, corak bata-bata harus digambar satu persatu dan diwarnai dengan gradasi warna abu-abu yang berbeda antara satu "bata" dengan lainnya.

Wacky House : tempat/daerah yang kurang jelas pengkategoriannya, apakah dimasukkan ke dalam kategori indoor atau outdoor, tetapi asumsikan saja bahwa arena ini adalah di dalam ruangan, yang berarti permainan dikategorikan ke dalam kategori yang pertama. Tempat ini memiliki tiga Lane atau jalur, satu jalur kuning yang merupakan jalur utama dan dua jalur biru yang masing-masing melewati bagian atas dan bawah dari jalur yang utama. Sebenarnya jumlah jalur yang dimiliki tempat ini sama saja seperti Retro Alley, hanya saja arena Wacky Alley ini satu-satunya tempat di mana jalurnya memotong atau dipotong jalur lainnya. Pin dalam tempat ini ibarat dari gigi bawah untuk sebuah pin bowling raksasa yang dimanusiakan dengan lidah terjulur dan kedua lengan terangkat.

Iceberg Alley : tempat/daerah yang mengambil setting di daerah kutub, dengan keseluruhan arena terbuat dari bongkahan es. Terdapat patung naga raksasa dari es dengan warna yang lebih biru atau lebih tua daripada lingkungan sekitarnya. Patung naga tersebut adalah untuk menyimpan pin dengan warna yang kontras dengan lingkungan daerah ini. Daerah ini diasumsikan terletak di Kutub Utara, dinilai dari lingkungan sekitarnya yang berupa beberapa bongkahan es raksasa yang patah dan jarak antara patahan-patahan tersebut diisi oleh air laut (Kutub Utara adalah lautan yang membeku, sebaliknya Kutub Selatan barulah berupa satu daratan). Jalur untuk arena ini berkelok-kelok, dikarenakan terbuat dari material bongkahan es sama seperti sekitarnya.

Warna pin : merah menyala, kontras dengan arena ini yang merupakan daerah bersalju yang didominasi warna putih dan biru. Warna merah untuk pin ini agak berbeda dengan warnanya pin dari Lotus Lane.

Mengenang Kembali Karakter Anime Berambut Hijau Mint: Martina Zoana Mel Navratilova

Catatan Rabu, 20 November 2024 Ada kalanya, sebuah kenangan masa kecil kembali muncul begitu saja, membawa kita ke waktu yang lebih sederhan...