Tuesday, June 21, 2022

Gadis Sebelas Tahun Pengulik Topik Kematian

Catatan tanggal 22 Juni 2022.

Setelah membaca lagi majalah yang pernah kupunya saat kelas IV dulu, mendadak banyak memori yang teringat kembali. Salah satunya adalah aku membahas sebabnya bangkai hewan harus dikuburkan. Memori ini memang sama sekali tidak berkaitan dengan isi majalahnya. Namun, otomatis terbuka lagi ingatanku akan percakapan itu ketika pikiranku menjelajah ke masa kecilku.

Satu dari dua kelinciku mati saat beberapa hari sebelum bulan puasa 2008, itu berarti kejadiannya sebelum "Insiden Kelinci". Ketika kelinci yang satunya lagi mati menyusul temannya tepat di hari pertama bulan puasa, barulah "Insiden Kelinci" itu terjadi. Pada kematian kelinci yang pertama, aku bertanya kepada Nenek dari pihak Papa soal penyebab kelinci itu jika mati harus tetap dikubur. Karena saat itu, Papa sedang mengubur kelinci yang duluan mati.

Di saat yang bersamaan, aku dan Nenek mengobrol di teras rumah Eyang Putri, (nenek dari pihak Mama) tempat keluargaku tinggal.

"Nek, mengapa kelinci yang mati harus dikubur juga? Kan bukan orang? Apakah supaya tidak menakutkan?" tanyaku.

"Bangkai hewan akan menyebarkan penyakit dari lalat yang memakannya. Jadi, bangkainya harus dikubur agar lalat tidak bebas beterbangan," jelas Nenek.

"Oh, jadi bukan supaya bangkai itu tidak terlihat menyeramkan?" aku meminta ketegasan.

"Bukan." Nenek menambahkan.

Rupanya, masih ada satu pertanyaan lagi yang kulontarkan. "Tapi, Nek, mengapa ya kalau mayat orang yang membusuk itu menyeramkan sekali? Apakah karena ukurannya yang besar jika dibandingkan kebanyakan hewan? Bangkai hewan sih tidak terlalu seram."

Nenek terdiam memikirkan jawabannya. Beliau seperti yang baru kepikiran bahwa jenazah manusia yang membusuk itu memang jauh lebih menyeramkan ketimbang bangkai hewan! 

"Hmm, mungkin imejnya ya yang bikin seram kalau yang membusuk itu jasad manusia." Ibunya Papaku itu menerka jawabannya.

"Bisa saja sih, Nek." Aku menyetujuinya.

Pada awalnya, percakapan tersebut terkesan biasa saja, tidak menyinggung. Meskipun, ya, jelas agak mengerikan topik seperti itu untuk aku yang dulu masih berusia menjelang sebelas tahun. Begitu aku mengulik lebih jauh topik perbedaan kematian antara manusia dengan hewan pada saat "Insiden Kelinci", aku mulai menyadari sesuatu yang kurang elok. Yaitu, janganlah terlalu 'kepo' dengan topik-topik berbau kematian, karena bisa jadi malah mengarahkan kepada perkataan yang tidak etis, tepat seperti pertanyaanku dalam insiden hari pertama puasa itu pada tahun yang sama.

Saturday, February 26, 2022

Tiga Surat Imajiner untuk Papah

27 Februari 2022

Tadi malam, tanggal 26 Februari, kutuliskan surat imajiner untuk Papah yang ketiga kalinya, masih tentang insiden kelinci. Rupanya memang benar, harus lebih dari dua kali untuk menyampaikan isi hatiku untuk Papah di sana. Sebelum aku diberi tugas untuk menulis surat seperti ini, aku selalu ingin mimpi bertemu beliau untuk menyampaikan hal tersebut, sayangnya selalu tidak bisa. Apa sih yang menyebabkan tidak bisa sembarang orang bisa menjadi pilihan yang tepat untuk diceritakan kesedihanku dari insiden itu? 

Jika aku mengeluhkan sulitnya menghilangkan perasaan bersalah dan menyesal akan insiden itu kepada Mamah, beliau akan sedih karena menyangkut almarhum salah satu anaknya. Menceritakan tentang kisah ini kepada teman, tentu lebih "berbahaya", karena pertanyaannya memang sepintas terdengar ngawur. Saudara yang lain, belum tentu mereka memahami perasaan yang sedih itu dan malah menganggap aku menyalahkan Papah. Untungnya, satu kerabatku adalah satu dari segelintir orang yang dapat memahami perkataanku yang paling kontroversial itu. 

Dahulu, aku dengan beliau tidak dekat dan aku cenderung menjahilinya. Kami berbaikan beberapa tahun setelah Papah wafat. Dalam suratku yang ketiga ini, kuceritakan kami yang telah berdamai dan menjadi akrab, bahkan salah satu anggota keluargaku itu adalah orang yang paling memahami maksud dari pertanyaan dalam kisah "kelam" itu. Pasti ayahku akan bahagia mengetahui anak-anaknya telah rukun dengan sesama keluarga. 

Kusampaikan kepada Papah bahwa menurut sang kerabat, pertanyaan seperti itu bukanlah hal yang tidak cerdas, justru merupakan pertanyaan yang lintas disiplin ilmu. Penyebab marahnya Papah akan pertanyaan itu ada dua : merasa masygul karena menyangka aku lebih kehilangan kelinci dan kecewa mendapati putrinya seperti yang tidak cerdas karena belum dapat memahami perbedaan reaksi orang akan kematian manusia dan hewan. Kerabatku tersebut menjelaskan, keponakan terbesarnya, yaitu aku, tidaklah memenuhi dua sebab kemarahan Papah itu. Di situ, keinginanku agar semua orang ikut bersedih dengan matinya kelinciku tidak mengurangi rasa kehilanganku akan adik sendiri dan pertanyaanku itu timbul karena menganggap nyawa hewan peliharaan itu sama berharganya dengan manusia, bukannya kelainan pemikiran. 

Aku juga mengatakan, saat ini perkataan Papah soal sudut pandangku yang berbeda dari orang kebanyakan itu, sudah terbukti. Di saat aku terkesan naif, itu hanyalah disebabkan oleh perbedaan sudut pandang saja sehingga malah menjadi sulit memahami sikap orang yang tidak sama sepertiku. Meski Papah sudah tak lagi di dunia fana ini, kuhibur beliau agar tidak tersinggung dan kecewa lagi denganku lewat surat itu. Tentunya beliau juga akan lega ternyata analisis beliau tentang diriku adalah benar. 

Meski si kerabat sudah "menghiburku" dengan fakta-fakta yang tidak buruk tentang perkataanku yang masih menghantuiku itu, perasaanku yang nyesek itu belum dapat hilang. Lalu aku mencoba konsultasi ke psikolog soal lamanya kesedihanku itu yang tidak wajar lagi - sampai memakan waktu lebih dari tigabelas tahun! Psikolog aku sudah membaca banyak buku harianku, sehingga beliau sudah mengetahui aku telah ribuan kali mencurahkan isi hatiku akan insiden itu, yang belum kunjung mereda. Akhirnya, beliau memintaku untuk menuliskannya secara langsung kepada almarhum Papah, bukan lagi hanya menceritakannya dalam jurnal atau buku harian seperti yang sebelumnya kulakukan. 

Friday, February 25, 2022

"Kabita" Ingin Menggunakan Bingkai Foto yang Sama atau Mirip

Lantaran kecemburuan aneh itu, aku sampai "kabita" alias ingin, untuk meniru pigura foto milik Vanessa anaknya Heinz Doofenshmirtz! Di pasaran tapinya tidak ada pigura dengan gambar siput, tengkorak, kelelawar, dan ular! Tenanglah wahai diriku, segala sesuatunya masih bisa kita akali. Kita beli dulu pigura hitam polosnya, lalu kita buat stiker hewan" tersebut lalu tempelkan saja di piguranya.

Tidak sulit, bukan? 

Eh, tetapi mengapa sih ingin punya pigura yang sama seperti punyanya Vanessa? 

Thursday, February 24, 2022

Walkot yang Pemberani!

Salah satu alasan di balik "keserakahanku" atas dua Doofenshmirtz bersaudara adalah tidak adanya momen seksi bagi Roger. Maksudnya, aku juga menyukai Roger adiknya Heinz karena sang adik tidak pernah tampil terbuka jika dibandingkan dengan kakaknya. Ehm, sepertinya lebih tepat jika ditambahkan kata "hampir" untuk kalimat yang barusan itu, karena sebenarnya Roger tidak pernah benar-benar luput dari momen berpakaian terbuka. Walaupun tentunya pakaian yang dikenakannya tidak pernah sepenuhnya lepas dari tubuhnya seperti Heinz. 

Dalam satu episode yang memparodikan serial jadul "Knight Rider" (ortu kita kemungkinan besar familiar dengan serial ini!), Roger menjadi peran utamanya. Episode ini berjudul "Katt Karr", pelesetan dari "cat car" yang artinya "mobil kucing". Katt Karr si mobil kucing ini parodi dari K. I. T. T., mobil yang dapat hidup dan berbicara dalam serial lawas tahun '80an tadi. Roger yang mengendarai mobil kucing ini, berpakaian, ehm, cukup terbuka!

Sebagian dari dadanya terlihat oleh kemejanya dengan beberapa kancing atas yang terbuka! Jelas dia tidak mengenakan singlet alias kaus dalam di baliknya! Wow, berani juga ya dia tampil seperti itu? Maklum, dia 'kan parodi dari tokoh utama Knight Rider yang diperankan oleh David Hasselhoff (orang kebanyakan lebih familiar dengan Baywatch, juga dia menjadi tokoh "manusia raksasa yang baik hati" di Spongebob The Movie), memang pakaian aslinya juga seperti itu. 

Oh, ya, kayaknya aku belum menyebutkan bahwa Roger Doofenshmirtz adalah walikota dalam kartun Phineas and Ferb. Berarti dia adalah walikota yang pemberani, karena berperan sebagai pembela kebenaran dengan mobilnya yang hidup dan bertingkah bagaikan seekor kucing! Ditambah, selera berpakaiannya juga berani! Aku sendiri berani, tidak, ya untuk menggambarkan Roger dalam versi perempuan? 

Wednesday, February 23, 2022

Surat Imajiner untuk ... Dr. Doof?

Setelah menulis surat imajiner untuk almarhum Papah, psikolog aku juga menugaskanku untuk menulis surat imajiner lainnya. Surat imajiner yang ini bahkan juga ditujukan untuk orang yang imajiner alias fiktif atau tidak nyata! Entah mengapa beliau memberiku tugas seperti itu, kalau surat untuk ayahku sih sudah jelas tujuannya. Apapun perintahnya, lakukan saja karena beliau yang punya ilmu untuk mengatasi pikiranku yang seringkali kacau. 

Orang yang juga imajiner sebagai tujuan dari surat imajiner ini adalah ... Dr. Heinz Doofenshmirtz! Menyukai tokoh kartun tidaklah serta merta membuat seseorang menjadi gila, melainkan pikiran apakah yang menyertai rasa suka terhadap tokoh kartun yang bersangkutan. Surat yang baru sebagian kutulis untuk Heinz ini bukan didasarkan oleh kesedihan atau penyesalan yang menahun seperti insiden kelinci itu. Isi surat ini masih membuatku bingung akan menulis apa.

Tuesday, February 22, 2022

Dua Bulan Menjadi Maruk Atas Kakak Beradik!

Aku jarang membahas tentang tokoh kesukaanku yang baru ini. Malahan si tokoh baru ini masih adiknya Doof! Baru kusadari, tepat pada tanggal 22 Februari ini adalah dua bulan aku menyukainya! Maruk ya aku, suka kakak beradik sekaligus, meski keduanya sama sekali tidak mirip!


Hampir saja aku lupa menyebutkan nama adiknya Heinz Doofenshmirtz itu! Namanya Roger. Kenapa aku pilih Roger, bukannya Ultraman Gaia? Itu gara-gara screenshot Heinz yang sedang main golf bersama Roger! 

Pada awalnya, aku hanya ingin mendownload gambar Heinz saja yang kebetulan adiknya itu kebawa. Dalam screenshot tersebut, Roger tampil beda (tentu saja, kan situasinya juga berbeda!) dengan topi visor-nya. Saat mengenakan topi tanpa bagian atas alias "batok" kepala itu, gaya rambutnya lebih kusukai ketimbang penampilan regulernya. Entah mengapa aku mulai tertarik dengan ekspresinya yang biasanya terlihat kalem, kemudian dalam SS adegan itu, menjadi seperti yang kaget. 

Sebenernya, ketertarikan aku dengan si adik yang lebih macho itu sudah lebih dari dua bulan bahkan. Namun, saat itu aku selalu menghindari perasaanku, karena dilarang maruk akan lelaki lain dari keluarga yang sekandung dengan my crush! Akhirnya, pada Hari Ibu tahun 2021 lalu, perasaan itu tak bisa kusangkal lagi setelah melihat fan art Heinz melirik marah kepada Roger dan yang dilirik hanya membalas dengan tatapan sinis. Tatapan sinis sang adik yang bertubuh tinggi besar, itulah yang membuatku tak bisa lagi menghindari fakta bahwa aku memang akan ngefans juga dengannya. 

Serasa kayak drama Turki "Kuzey Guney"!

Sudah bukan rahasia lagi jika Roger memiliki penampilan yang lebih menarik daripada kakaknya, Heinz. Sekali lihat juga sudah langsung ketahuan siapa yang lebih good looking! Akan tetapi, Roger ini malahan lebih menarik daripada tokoh ciptaanku Mr. Wynn! Apa, dia bahkan lebih menarik daripada Mr. Wynn!?

Bukan hanya itu saja, aku malah merasa Mr. Wynn ini lebih mendekati Roger daripada Mr. Hyunh yang dari kartun Hey Arnold! Baik secara penampilannya maupun kepribadiannya. Padahal Mr. Wynn ini tadinya diinspirasi dari Mr. Hyunh. Mr. Wynn juga awalnya "saingannya" Heinz, karena sampai sekarang belum juga dapat kuputuskan aku akan memilih siapa di antara keduanya dan dengan datangnya Roger, malah membuatku semakin sulit untuk memilih. 

Sunday, February 20, 2022

Kecemburuan yang Aneh

Cemburu ngeliat crush ternyata sayangnya sama orang lain? Itu masih wajar, karena punya perasaan kepada seseorang itu normal. Lalu, apa cemburu yang tidak wajar? Kecemburuan yang tidak wajar itulah yang kualami, selama lebih dari satu tahun.

Percaya gak sih aku cemburu sama tokoh kartun kesukaan sendiri? Cemburunya juga bukan ke pacar si tokoh, melainkan sama anak ceweknya. Tokoh itu tak lain dan tak bukan adalah ... Dr. Heinz Doofenshmirtz! Anaknya sendiri namanya Vanessa.

Heinz sendiri udah cerai sama istrinya. Kalo nikah atau pacaran itu bisa pisah. Sama anak mah gak akan. Makanya, aku lebih cemburu sama anaknya ketimbang mantan istrinya.

Setiap kali ngeliat kebersamaan Heinz dan Vanessa, rasa panas yang aneh itu timbul! Nah, rasa panas inilah yang memberiku ide buat bikin shipping Franknessa itu. Apa cuma aku aja yang ngerasa kalo interaksi Heinz dengan putrinya itu kayak ke pacar? Jadinya "ayah rasa pacar", dong?

Untungnya, kecemburuan ini malahan jadi ide aku buat nulis novel yang benar-benar fresh, sama sekali baru. Tentang seorang santriwan yang mencintai tokoh gadis dari novel, tetapi dia bukan tokoh utamanya novel tersebut. Tokoh utamanya justru ayahnya gadis itu, yang merupakan ilmuwan jahat sama seperti Doofenshmirtz. Biar bagaimanapun, sang santri tidak dapat berbuat apa-apa untuk melampiaskan perasaan cintanya, karena berbeda dimensi dan dia mendalami tokoh ayah dari gadis yang dicintainya, yang tentunya tidak bisa sembarang "confess".

Mengenang Kembali Karakter Anime Berambut Hijau Mint: Martina Zoana Mel Navratilova

Catatan Rabu, 20 November 2024 Ada kalanya, sebuah kenangan masa kecil kembali muncul begitu saja, membawa kita ke waktu yang lebih sederhan...