Friday, December 29, 2023

Sama-sama Kecewa

Catatan 29 Desember 2023

ke·ce·wa /kecĂ©wa/ a 1 kecil hati; tidak puas (karena tidak terkabul keinginannya, harapannya, dan sebagainya); tidak senang: kami -- terhadap penyambutannya yang dingin; 2 cacat; cela: tidak ada -- nya; 3 gagal (tidak berhasil) dalam usahanya dan sebagainya: segala tindakan pengamanan akan tetap -- jika biang keladi kejahatannya tidak dibasmi;--

Bisa jadi perasaan yang timbul dalam diriku pada tanggal 1 September 2008 ketika sahur hari pertama bulan puasa itu adalah "kecewa". Pengertian dari kata kecewa menurut KBBI di atas yang paling dekat dengan apa yang kurasakan adalah yang nomor satu. Tepatnya, aku merasa sedih karena tanggapan Papah sama sekali berbeda dengan apa yang kubayangkan sebelum kutanya beliau. Harapanku, beliau memberikan jawaban yang jelas dan gamblang untuk pertanyaanku terkait perbedaan antara manusia dan hewan. 

Sebelum ditanyakan di dunyat, aku sudah sering cerita 'kan bahwa aku membayangkan dulu diriku bertanya kepada Papah? Aku sudah berekspektasi beliau menjawab "Adikmu itu manusia, kelinci itu hewan", tetapi jawabannya beliau di dalam benakku itu masih menyisakan ketidakpuasan dan juga ketidakpastian. 

Rasa tidak puas muncul karena kurasa itu bukan jawaban yang detailnya : lalu, kalau adikku adalah seorang manusia dan kelinciku adalah seekor hewan, apa yang sebenarnya membuat dua spesies itu diperlakukan berbeda? 

Jawaban Papah versi halu itu terasa tidak pasti karena aku yakin Papah tidak akan menjawab pertanyaan itu hanya dengan kalimat yang sesimpel itu, jadinya kutanyakan benar-benar. 

Sayangnya, pertanyaan itu malah membuat beliau tersinggung sehingga aku tidak mendapatkan jawabannya sama sekali. 

Jika kita melihat sisi dari Papah, beliau juga merasakan kecewa itu. Menurut persepsi beliau dan juga kebanyakan orang lainnya, pertanyaan yang kuajukan dalam insiden itu mengesankan nalar dan empatiku itu tertinggal. Kekecewaan beliau juga paling dekat dengan pengertian nomor satu tadi, yaitu merasa kecil hati dan tidak puas. Beliau sudah berharap anak sulungnya ini adalah anak yang cerdas, tetapi pada kenyataannya malah menanyakan hal yang absurd dan tak etis. 

Pengertian kecewa nomor tiga adalah "gagal, tidak berhasil". Papah merasa gagal sebagai seorang ayah untuk mendidik putrinya ini. Beliau beranggapan bahwa dirinya tidak berhasil membuat anaknya cerdas dan berakal sehat. Tidak seperti itu, beliau tidak gagal mendidikku karena buktinya Tanteku menyebut pertanyaan itu adalah lintas disiplin ilmu.

Orang biasanya menganggap jika ada seseorang yang menyayangi hewan dengan sepenuhnya, itu tidak sayang kepada sesama manusia. Padahal kenyataannya tidak selalu seperti itu, bisa jadi karena saking banyaknya kindness yang dimiliki orang tersebut, hewan pun disayang secara sama besarnya dengan manusia tanpa mengalahkan kasih sayang kepada manusia yang sungguhan. Jenis orang seperti ini akan kaget jika mengetahui bahwa tidak semuanya bersifat seperti dirinya. Aku kaget dan berkecil hati atau kecewa karena keluarga besarku tidak menghayati hewan sepertiku, jadi aku merasa sendirian saat dulu. 

Dalam insiden ini semuanya kecewa, baik aku dan Papah. Untungnya banyak dukungan dari orang-orang terdekat dan juga para warganet. Mereka memberikan jawaban yang tidak pernah diberikan oleh Papah. Pengalaman juga merupakan pelajaran bahwa penting bagi kita untuk mencari orang yang tepat untuk bertanya. 

Sunday, December 24, 2023

Ketika Aku yang Kritis Bertemu dengan Pengalaman Traumatis

Catatan 25 Desember 2023

Pada 26 Desember 2004, Tsunami Aceh menjadi salah satu bencana alam terbesar di dunia. Besok adalah tepat satu tahun sebelum dua dekade peristiwa itu. Sejak kira-kira dua minggu yang lalu, aku teringat pengalaman seorang sepupu jauhku yang mengalami sendiri bencana alam tersebut (dia adalah anak dari kakaknya istri Paman, adiknya Papah). Dia adalah orang berdarah Aceh dan sedang berada di kampung halamannya ketika bencana itu sedang terjadi. Alhamdulillah, dia selamat dari bencana alam yang menenggelamkan Banda Aceh dan beberapa negara lain di sekitarnya, tetapi ada sebuah kisah "watir" lainnya selepas itu. 
Menurut dari gambar di atas yang diambil dari tweetnya Wikipedia Bahasa Indonesia, Banda Aceh merupakan wilayah yang paling terdampak dari bencana alam tsunami ini dibandingkan dengan negara-negara lain di sekitar Samudera Hindia yang juga terdampak. Jelas saja jika bencana besar ini memengaruhi kehidupan saudaraku yang sudah agak jauh itu. 

Trauma setelah Tsunami Aceh 2004 merupakan pengalaman yang dialami oleh banyak korban dan penyintas, termasuk saudaraku yang masih berusia delapan tahun saat itu.

Pengalaman Saudaraku Sebagai Penyintas Tsunami Aceh 2004

Trauma adalah sebuah pengalaman yang biasa menimpa korban musibah apapun, apalagi saudaraku masih berumur delapan tahun ketika ia sedang bersama keluarganya di dalam mobil menghindari gelombang air laut yang membanjiri daerah asalnya! Saudaraku itu sempat ketakutan tidak lama dari terjadinya tsunami itu, setiap kali melihat air mengalir kencang dari keran di rumah neneknya yang berada di Kota Bandung karena teringat akan cepatnya air laut menghancurkan apapun yang dilewatinya. Untungnya trauma ini tidak sampai membahayakan dirinya atau menimbulkan tingkah laku yang tidak wajar. Namun, aku terpikir satu hal : bagaimana jika aku yang berada di posisinya sebagai penyintas trauma akan tsunami?

Mengingat sifatku yang kritis, sering bertanya, kemungkinan aku akan keheranan melihat orang-orang bersikap biasa saja ketika air keran itu mengalir deras. Padahal momen seperti itu, jika aku juga mengalami hal yang sama dengan sepupuku yang tadi diceritakan, bisa membuatku merasakan panik dan takut luar biasa yang sama besarnya seperti ketika terjadinya musibah itu. Bisa jadi aku akan bertanya, "Mengapa ketika air keran itu mengalir, orang-orang tidak terpengaruh tetapi ketika sedang tsunami semua orang panik?" Bagi nyaris semua orang tentu saja pertanyaan itu akan terdengar konyol, tetapi lain cerita untuk penderita trauma itu. 

Pertanyaan seperti itu menyiratkan bahwa seorang penderita trauma menyadari sedang terjadi sesuatu pada dirinya, hingga hal kecil yang hanya memiliki sedikit sekali keterkaitan dengan sebuah musibah yang dialami sebelumnya, bisa saja hal yang tampak kecil itu terasa sama besarnya dengan musibah itu sendiri. Saudaraku ini kebetulan bukan orang yang punya rasa ingin tahu terlalu tinggi (rasa ingin tahu jika kadarnya berlebihan juga ujungnya tidak baik), jadi dia terhindar dari mengalami momen bertanya yang aneh seperti itu. Sebaliknya untuk kasus diriku, aku merasa heran ketika keluarga besarku di rumah tidak seperti diriku yang sangat hati akan matinya seekor kelinci. Saat kelinci itu dikabarkan mati, otakku otomatis memutar kembali memori musibah ketika adikku wafat, kemungkinan aku juga saat itu mengalami trauma! 

Mengatasi Trauma Setelah Bencana Besar

Bukan hanya sepupu jauhku tadi saja yang merasakan sakitnya trauma akibat sebuah bencana besar dalam hidupnya, aku sendiri juga mengalami trauma itu, meski musibahnya yang kami alami berbeda. 

Menurut teman-temanku di pelatihan crafting (membuat buket bunga) tiga tahun yang lalu pada 2020, mereka juga mengalami peristiwa yang traumatis seperti insiden kelinci itu hanya saja berbeda pertanyaannya yang mereka ajukan denganku. Awalnya aku ragu-ragu, apakah iya ada orang di luar diriku yang melontarkan pertanyaan seabsurd itu meskipun tidak sama persis? Mbak Icha, salah satu dari temanku adalah seorang penyintas PTSD, dia tidak heran dengan kisah masa laluku dan malah memaklumi pertanyaan yang kuajukan pada insiden kelinci tersebut. Bisa jadi dia pun pernah mempertanyakan ketika hanya dirinya yang menyikapi suatu kejadian kecil secara jauh lebih dalam daripada bagi orang-orang di sekitarnya. 

Pelajaran dari Insiden Kelinci dan PTSD

PTSD sering kali muncul setelah peristiwa traumatis seperti tsunami atau kehilangan orang tersayang, seperti yang kualami ketika meninggalnya adikku. Akan tetapi, karena belum ada diagnosis dari psikolog, aku tidak berani untuk menyebut diri sendiri sebagai penderita PTSD.

Jika aku seandainya mempertanyakan antara tsunami dengan air keran, apakah itu sebuah penghinaan terhadap para korban jiwa musibah itu? Apakah ketika bertanya seperti itu artinya aku tidak berempati pada musibah yang kualami? Tentunya tidak seperti itu maknanya, kan? Begitu pula dengan insiden kelinci, bukan artinya tiada rasa kehilangan atas adikku sendiri atau menyamakannya dengan hewan piaraan karena kulontarkan pertanyaan itu. 

Wednesday, December 13, 2023

Lanjut Gak Nih Bikin Buku Autobiografi?

Catatan 13 Desember 2023

Sejak wisuda aku lebih dari dua minggu yang lalu, aku sempet nge-blank mau update apa di blog. Hampir sebulan yang lalu, Mamah mengetahui rencana untuk menulis buku autobiografi tentang Insiden kelinci. Menurut beliau, topik tersebut terlalu dark. Karena tidak tega membuat beliau bersedih (insiden itu terjadi ketika aku masih kebayang peristiwa meninggalnya adikku), sempet kepikiran untuk mengurungkan rencana pembuatan buku tersebut. 

Catatanku tentang insiden kelinci itu udah numpuk banyak banget, rasanya kurang afdol apabila tidak dibukukan. Andaikata aku mengumpulkan catatan-catatanku itu lalu diam-diam dijadikan buku, pastinya suatu saat akan ketahuan. Menerbitkan buku itu 'kan perlu membayar, kemungkinan beliau yang akan mengeluarkan biaya untuk itu. Semoga saat semua catatan sejarah insiden tersebut sudah siap terbit, biayanya dari penghasilanku sendiri sehingga Mamah tidak perlu membaca karyaku yang akan membuat beliau bersedih. 

Bicara soal dark, sebenarnya banyak kisah sejati di majalah-majalah yang hampir sama atau bahkan lebih menyedihkan dari apa yang kualami. Walaupun kisah hidup mereka menciptakan kepiluan dalam diri pembacanya, mereka tetap menulis dan menerbitkannya. Bahkan di era digital ini bukan hanya berupa cerita tertulis, tapi juga podcast dan rekaman video seputar musibah yang dialami oleh banyak orang. Oleh karena itu, sepertinya aku akan tetap melanjutkan rencanaku ini menulis buku tentang insiden kelinci tersebut. 

Monday, November 6, 2023

Kisah Berber, Anak Kucing Hitam yang Meninggal: Refleksi Kehilangan Hewan Peliharaan (Nenekku Juga Sampai Menangis Karenanya!)

Catatan 6 November 2023

Kemarin malam adalah pertama kalinya aku ke rumah Nenek untuk bulan November tahun ini. Saat aku masuk rumahnya, aku menemukan sesuatu yang tidak janggal tetapi cukup membuat bertanya-tanya: satu anak kucing yang baru lahir, hilang!

Padahal, belum ada sebulan sejak terakhir kali aku berkunjung ke rumah Nenek. April, salah satu kucing di rumah itu, awalnya memiliki tiga anak kucing. Dua di antaranya berwarna hitam dan putih varian tuxedo dan varian batik, sementara satu lagi berwarna hitam pekat. Nah, si hitam inilah yang hilang!



Tadi pagi aku tanyakan kabarnya si hitam itu kepada Nenek, ternyata si hitam sudah mati. Sedihnya, beliau menggendong anak kucing itu pada detik-detik terakhir hidupnya.

Pertemuan Terakhirku dengan Berber

Pantas saja ketika aku berkunjung ke rumah Nenek pada pertengahan bulan Oktober lalu, si hitam ini selalu memisahkan dirinya dari kedua saudaranya! Konon katanya jika seekor kucing hendak mati, dia akan sering memisahkan dirinya dari kucing-kucing lainnya, bahkan dari manusia juga! Si hitam ini sulit makan dan minum, dia selalu menolak ketika disodorkan botol susu oleh Nenek dan tidak mau menyusu pada April, ibunya. Saat detik-detik terakhir hidupnya itu, si hitam yang diberi nama "Berber" karena tubuhnya gemuk seperti beruang (bear), terus memandangi mata Nenek.

Menurut cerita beliau, tadinya beliau tidak sadar bahwa itu adalah terakhir kalinya Berber si anak kucing hitam itu membuka kedua matanya. 

Kematian Berber yang Mengejutkan

Begitu salah satu pamanku, yaitu adik bungsu Papah melihat Berber sudah tidak lagi bernyawa di gendongan Nenek, spontan adik bungsu Papah itu berseru, "Itu anak kucing udah meninggal!" 

Awalnya ibunya Papah dan pamanku itu tidak percaya bahwa Berber sudah tiada. Ketika dilihat lagi oleh Nenek, benar saja anak kucing yang berusia belum satu bulan itu sudah tidak mengeluarkan napas lagi. Terang saja Nenek kaget dibuatnya.

Mengapa Kematian Hewan Peliharaan Itu Menyedihkan

Nenek menceritakan itu semua sambil sedikit mengeluarkan air mata. Oalah, ternyata di keluargaku juga ada pula orang selain aku yang menganggap bahwa kematian hewan itu menyedihkan, mereka sudah dianggap sebagai anggota keluarga! Jika kedua adikku tidak menangis ketika Lula mati tepat tiga bulan yang lalu (Lula mati pada tanggal 6 Agustus 2023), itu karena mereka berdua adalah cowok, bukan karena mereka tak bersedih. Karena saat-saat terakhirnya Lula juga sedang berada di dekatku, aku bisa membayangkan perasaan sedihnya Nenek ketika Berber sudah mati.

Biasanya orang yang menangis karena kehilangan hewan peliharaan hanya kudengar dalam acara-acara fiktif atau kisah orang-orang di media sosial. Kali ini, aku melihat secara langsung orang yang seperti itu dan dia adalah nenekku sendiri. Anggota keluargaku sendiri. Sifatku memang banyak kesamaannya dengan beliau, baik untuk sesama manusia maupun hanya hewan semuanya diberikan kasih sayang yang sama.

Kali terakhir aku ke rumah Nenek sebelum kemarin itu adalah perjumpaan aku yang pertama dan terakhir dengan Berber! Saat dia sedang tidur terpisah dari kedua saudaranya bulan lalu, pelan-pelan ada makhluk yang tahu-tahu sudah menggantung di ujung celanaku! Kulihat waktu itu Berber sudah tidak ada di tempat semula, ternyata dia yang mengaitkan cakarnya pada celanaku. Anak kucing berbulu hanya hitam tanpa campuran warna lain itu kuambil untuk kutaruh di atas pundakku.

Refleksi atas Perasaan Nenek

Hewan-hewan kecil, terutama untuk anak-anak mereka yang masih kecil sekali, memang rentang usianya seringkali tidak panjang. Akan tetapi, jika kita selalu mengikuti kehidupannya mereka, tetap saja kematian salah satunya dari mereka terasa menyedihkan. Bahkan, bisa saja kematian mereka terasa sama sedihnya seperti meninggalnya sesama anggota keluarga jika mereka dijiwai sepenuh hati oleh kita. Satu hal yang penting untuk diingat, ketika seelor hewan peliharaan dihayati seperti seorang manusia itu tidak lantas berarti manusia yang sesungguhnya itu menjadi kurang dianggap penting. 

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan menganggap hewan peliharaan lebih dari sekadar hewan, selama tidak ada manusia yang dibandingkan dengannya. Nenek aku tidak melakukan hal itu karena memang pada saat itu tidak ada relatif yang meninggal dalam waktu agak berdekatan. Lalu, pada insiden kelinci itu mengapa aku membandingkan antara anggota keluarga sendiri dengan hewan? Itu karena memori tentang musibah yang menimpa keluargaku itu entah mengapa terbuka kembali dengan sendirinya ketika kelinci itu mati, padahal sudah satu tahun lebih tertutupi oleh kenangan-kenangan besar lainnya. 

Bagaimana pengalaman Anda saat kehilangan hewan peliharaan? Bagikan cerita Anda di kolom komentar!

Sunday, November 5, 2023

Seabrek Rencana Cosplay dari Satu Tokoh Bernama Vanessa!

Catatan 5 November 2023

Baju Vanessa yang pengen aku pake juga :
- Vanessa von Doofenshmirtz (belum punya sama sekali outfit items-nya) 

- Vanessa kecil (baru punya rok mini hitam) 

- Lady of The Puddle (baru punya dress warna hijau sage)

- edisi mode '50an (udah hampir kumplit outfit items-nya, tinggal wig coklat keriting gantung dan bajunya kesempitan bulan Oktober lalu!)

- 2nd Dimension counterpart (baru punya dress hitam yang belum dimodifikasi jadi ada belahan di depannya, manset kerah, dan legging hitam) 

Cosplay Pertama Jadi Tokoh DC : Zatanna

Catatan 5 November 2023

Mengenang Kembali Karakter Anime Berambut Hijau Mint: Martina Zoana Mel Navratilova

Catatan Rabu, 20 November 2024 Ada kalanya, sebuah kenangan masa kecil kembali muncul begitu saja, membawa kita ke waktu yang lebih sederhan...