Kemarin malam adalah pertama kalinya aku ke rumah Nenek untuk bulan November tahun ini. Saat aku masuk rumahnya, aku menemukan sesuatu yang tidak janggal tetapi cukup membuat bertanya-tanya: satu anak kucing yang baru lahir, hilang!
Padahal, belum ada sebulan sejak terakhir kali aku berkunjung ke rumah Nenek. April, salah satu kucing di rumah itu, awalnya memiliki tiga anak kucing. Dua di antaranya berwarna hitam dan putih varian tuxedo dan varian batik, sementara satu lagi berwarna hitam pekat. Nah, si hitam inilah yang hilang!
Tadi pagi aku tanyakan kabarnya si hitam itu kepada Nenek, ternyata si hitam sudah mati. Sedihnya, beliau menggendong anak kucing itu pada detik-detik terakhir hidupnya.
Pantas saja ketika aku berkunjung ke rumah Nenek pada pertengahan bulan Oktober lalu, si hitam ini selalu memisahkan dirinya dari kedua saudaranya! Konon katanya jika seekor kucing hendak mati, dia akan sering memisahkan dirinya dari kucing-kucing lainnya, bahkan dari manusia juga! Si hitam ini sulit makan dan minum, dia selalu menolak ketika disodorkan botol susu oleh Nenek dan tidak mau menyusu pada April, ibunya. Saat detik-detik terakhir hidupnya itu, si hitam yang diberi nama "Berber" karena tubuhnya gemuk seperti beruang (bear), terus memandangi mata Nenek.
Menurut cerita beliau, tadinya beliau tidak sadar bahwa itu adalah terakhir kalinya Berber si anak kucing hitam itu membuka kedua matanya.
Kematian Berber yang Mengejutkan
Begitu salah satu pamanku, yaitu adik bungsu Papah melihat Berber sudah tidak lagi bernyawa di gendongan Nenek, spontan adik bungsu Papah itu berseru, "Itu anak kucing udah meninggal!"
Awalnya ibunya Papah dan pamanku itu tidak percaya bahwa Berber sudah tiada. Ketika dilihat lagi oleh Nenek, benar saja anak kucing yang berusia belum satu bulan itu sudah tidak mengeluarkan napas lagi. Terang saja Nenek kaget dibuatnya.
Mengapa Kematian Hewan Peliharaan Itu Menyedihkan
Nenek menceritakan itu semua sambil sedikit mengeluarkan air mata. Oalah, ternyata di keluargaku juga ada pula orang selain aku yang menganggap bahwa kematian hewan itu menyedihkan, mereka sudah dianggap sebagai anggota keluarga! Jika kedua adikku tidak menangis ketika Lula mati tepat tiga bulan yang lalu (Lula mati pada tanggal 6 Agustus 2023), itu karena mereka berdua adalah cowok, bukan karena mereka tak bersedih. Karena saat-saat terakhirnya Lula juga sedang berada di dekatku, aku bisa membayangkan perasaan sedihnya Nenek ketika Berber sudah mati.
Biasanya orang yang menangis karena kehilangan hewan peliharaan hanya kudengar dalam acara-acara fiktif atau kisah orang-orang di media sosial. Kali ini, aku melihat secara langsung orang yang seperti itu dan dia adalah nenekku sendiri. Anggota keluargaku sendiri. Sifatku memang banyak kesamaannya dengan beliau, baik untuk sesama manusia maupun hanya hewan semuanya diberikan kasih sayang yang sama.
Kali terakhir aku ke rumah Nenek sebelum kemarin itu adalah perjumpaan aku yang pertama dan terakhir dengan Berber! Saat dia sedang tidur terpisah dari kedua saudaranya bulan lalu, pelan-pelan ada makhluk yang tahu-tahu sudah menggantung di ujung celanaku! Kulihat waktu itu Berber sudah tidak ada di tempat semula, ternyata dia yang mengaitkan cakarnya pada celanaku. Anak kucing berbulu hanya hitam tanpa campuran warna lain itu kuambil untuk kutaruh di atas pundakku.
Refleksi atas Perasaan Nenek
Hewan-hewan kecil, terutama untuk anak-anak mereka yang masih kecil sekali, memang rentang usianya seringkali tidak panjang. Akan tetapi, jika kita selalu mengikuti kehidupannya mereka, tetap saja kematian salah satunya dari mereka terasa menyedihkan. Bahkan, bisa saja kematian mereka terasa sama sedihnya seperti meninggalnya sesama anggota keluarga jika mereka dijiwai sepenuh hati oleh kita. Satu hal yang penting untuk diingat, ketika seelor hewan peliharaan dihayati seperti seorang manusia itu tidak lantas berarti manusia yang sesungguhnya itu menjadi kurang dianggap penting.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan menganggap hewan peliharaan lebih dari sekadar hewan, selama tidak ada manusia yang dibandingkan dengannya. Nenek aku tidak melakukan hal itu karena memang pada saat itu tidak ada relatif yang meninggal dalam waktu agak berdekatan. Lalu, pada insiden kelinci itu mengapa aku membandingkan antara anggota keluarga sendiri dengan hewan? Itu karena memori tentang musibah yang menimpa keluargaku itu entah mengapa terbuka kembali dengan sendirinya ketika kelinci itu mati, padahal sudah satu tahun lebih tertutupi oleh kenangan-kenangan besar lainnya.
Bagaimana pengalaman Anda saat kehilangan hewan peliharaan? Bagikan cerita Anda di kolom komentar!
No comments:
Post a Comment