Friday, October 20, 2023

Perlengkapan Jadi Shizuka Udah Mulai Punya

Catatan 21 Oktober 2023

Kemarin datang deh topi visor (topi yang gak ada atasnya) dan kaos kaki putih sepaha! Itu adalah dua perlengkapan cosplay jadi Shizuka yang serba pink sama dua temen satu circle-nya! Pas topi visor itu datang, warna pink-nya terlalu jenuh. Tapi segitu juga seneng karena ini pertama kalinya punya topi visor. 

Apakah ini bakalan jadi pertama dan terakhir kalinya aku beli topi visor? Semoga saja akan datang kesempatan aku beli topi visor yang warna lainnya! Rencananya mau beli warna biru, buat cosplay jadi Davina karakter ciptaanku yang diinspirasi Regita Anggia. Untuk waktu dekat ini tapi pengennya fokus dulu ke beli outfit-nya untuk jadi Shizuka (kalo perkuliahan sih udah mulai aman, gak sesibuk bulan lalu). 

Items yang diperlukan untuk jadi Shizuka :
- topi visor pink
- outer lengan pendek pink berkerah
- crop top merah maroon
- rok span selutut pink
- apron mini putih berenda
- kaos kaki putih sepaha ✅
- sepatu pink atau maroon tidak bertali dan tanpa hak

Lebih Paham dengan Deep Talk daripada Dibentak

Catatan 20 Oktober 2023

Biasanya jika aku dimarahin sama ortu, udah langsung tahu di mana letak kesalahannya. Nah, salah satu hal yang bikin Insiden Kelinci terasa begitu memorable sampai diduga menjadi "core memory", adalah karena aku tidak langsung tahu di mana letak kesalahan aku pada saat itu. Butuh waktu dua bulan untuk tahu pasti apa yang bikin Papah almarhum tersinggung dan masygul dengan pertanyaannya aku pada saat kejadian itu. Waktu kejadiannya bulan September 2008, baru deep talk dengan beliau itu bulan November pada tahun yang sama dan ini masih keingetan sampai 15 tahun selanjutnya! 

Ya, seperti yang sudah aku ceritakan pada catatan yang lalu-lalu, Papah almarhum sampai kaget kenapa sudah dua bulan dari kejadiannya masih aja dinangisin. Sebelum ketahuan keluar air mata, beliau mana tahu aku masih sedih. Mau gak mau aku jujur aja kenapa sampai nangis padahal udah bukan tidur lagi, jadi bukan karena nangis dalam mimpi. Soalnya beneran nggak nemu alasan untuk ngeles, karena kemarinnya beneran nggak ada kejadian apa-apa yang bikin nangis. 

Malahan tepat sehari sebelumnya itu aku lagi field trip ke Penerbit Mizan dan beli satu buku seri KKPK "Ketika Waktu Berhenti"! Walaupun Papah jelasinnya sambil masih marah, setidaknya udah ada gambaran pasti dan detail tentang apa yang bikin beliau marah dari pertanyaan pada hari pertama bulan puasa itu. 

"Itu sih memang Teteh (panggilan buat aku oleh keluarga) yang salah, jelas," nada suara Papah mulai berubah, dari yang tadinya terkejut campur heran lalu menjadi nada kesal. 

Gantian aku yang terkejut campur heran karena ternyata pada insiden itu aku dianggap sebagai pihak yang bersalah. Tapi, kenapa dulu salahnya, nih? Aku hanya bisa terdiam menunggu beliau berkata lagi, meskipun orang-orang selain diriku dapat dengan mudah mengetahui letak kesalahanku. Deg-degan sekali rasanya, karena kusangka itu hanya pertanyaan (tak terlalu) biasa dari seorang anak perempuan yang penuh rasa ingin tahu tapi ternyata malah dibalas dengan amarah dari Papah. 

"Orang tua yang kehilangan anaknya karena meninggal, pastinya akan sedih jika dibandingkan atau disamakan dengan binatang!" ujar Papah dengan nada tidak suka, tetapi tidak meninggi. Di sini beliau sedang mengajakku berpikir di mana letak kesalahanku. 

Aku ... sama sekali tidak ada niatan untuk merendahkan manusia, apalagi adikku sendiri! Sebagai seorang kakak, tidak mungkin jika aku tidak berduka akan adik kandungku sendiri, oleh karena itu peristiwa kehilangan peliharaan yang kecil terasa sangat dalam karena sebelumnya pernah merasakan sebuah kehilangan yang besar. 

Lalu beliau menghadirkan kalimat lainnya yang membuatku semakin terkaget-kaget, "Nanti di akhirat Teteh disatuin sama kelinci, mau?" 

Hingga saat catatan ini diketik, aku tidak pernah paham benar apa yang beliau maksud dari "disatuin dengan kelinci" itu. Pastinya bukan sesuatu yang menyenangkan macam seorang cowok yang ikut menjadi kelinci paskah dalam film HOP. Kemungkinan yang paling buruk adalah tubuhku hybrid dengan kelinci. "Nggak, Pah!" ujarku ketakutan. 

"Naha atuh? (Artinya : kenapa kamu bertanya begitu waktu itu?" sergah Papah. 

Aku kagetnya bukan main, karena beliau ternyata berpikir aku menyamakan manusia dengan hewan. Padahal aku 'kan hanya heran mengapa semua orang di sekitar tidak memiliki kadar sedih yang sama untuk manusia dan hewan sepertiku. Lumayan bingung dulu itu, bahkan bisa jadi bingung banget dengan kalimat-kalimatnya Papah itu. Apanya coba yang bikin bingungnya? 

Aku sangat paham akan kesedihan Papah karena kehilangan salah satu anaknya, tapi kenapa aku dianggap menyamakannya dengan hewan? Apakah salah jika aku memberikan perhatian yang sama besarnya antara saudara sendiri dengan hewan peliharaan? Sejak kecil sudah diberitahu bahwa hewan itu tidak punya akal, lalu apakah sebuah penghinaan jika seekor hewan disayangi layaknya anggota keluarga sendiri? Kalau membandingkan dengan hewan bukan dalam rangka mengejek fisik orang, memangnya itu masih salah? 

"Aku kaget banget, Pah, denger waktu itu Papah marah," kataku lirih di antara isak tangisku, "karena gak tahu Papah bakalan marah sama pertanyaan itu."

"Temen tantenya kamu itu ada yang sampai dicuekin orang tuanya karena mereka rutin bawa anjing peliharaan mereka ke dokter hewan, tetapi si temennya tantemu itu giginya bolong gak dibawa ke dokter gigi sama mereka," balas Papah dengan rasa marah yang sudah meluntur. Beliau sangat khawatir aku menjadi orang yang seperti itu, padahal sejak dulu hingga kini tidak pernah kumiliki sifat seperti itu. 

Mulutku terkunci lebih rapat daripada tadinya. Setelah mengetahui aku ternyata telah berbuat salah, malah muncul pertanyaan baru dalam pikiranku. Mengapa beliau bisa sampai berpikir bahwa anak sulungnya lebih menyayangi kelinci daripada anaknya Papah yang lain? Dulu itu kan cuma heran sama sikap orang-orang yang gak sama kayak aku kalo ada hewan mati, yang kerasanya sama aku ya sedihnya gak jauh beda daripada berita duka cita.


Walaupun masih memberikan rasa bingung, setidaknya sudah ketemu apa yang Papah pikirkan tentang pertanyaan dari insiden itu dengan mengobrol dari hati ke hati di antara kami berdua. Sudah ketemu apa yang sebenarnya bikin beliau marah dan ternyata beliau tersinggung. Bagi beliau itu bukan pertanyaan kritis, tapi justru tidak etis. Ya, percakapan seperti tadi itu bikin lebih ngerti apa kesalahan yang kulakukan pada saat Insiden Kelinci ketimbang hanya dibentak seperti pada saat insidennya terjadi.

Saat membentakku itu, aku malah sudah lupa total apa kata-kata persisnya yang beliau katakan. 

Seperti kesimpulan dari psikolog yang menanganiku terapi pada sebuah sesi di tahun 2021 lalu, aku ini berpikir dengan sudut pandang yang berbeda. Oleh karena itu, aku sulit mengerti perasaanya Papah. Aku berpikir dengan cara yang berbeda dari orang-orang pada umumnya, bahkan sudut pandangku bisa jadi berbeda dengan kedua orang tuaku sendiri. Pengalaman ini juga membuatku belajar untuk mencari orang yang tepat untuk bertanya, karena topik-topik tertentu adalah sensitif bagi sebagian orang.

Wednesday, October 18, 2023

Cosplay Jadi Shizuka, Why Not?

Catatan 18 Oktober 2023

Sama sekali tidak pernah kusangka, aku akan cosplay jadi Shizuka! Hehehehe, tentu saja Shizuka dari anime Doraemon. Sebelumnya aku pernah kepikiran buat cosplay jadi tokoh lainnya dari Doraemon, yaitu Princess Lire dari Doraemon Movie (2008). Nggak nyangka akhirnya pengen juga pake kostum tokoh regulernya! 

Apalagi warna kesukaannya aku kan salah satunya itu pink, sama kayak warna kesukaan Regita Anggia! Pakaiannya Shizuka dan dua temennya di sini itu banyak banget warna pink! Banyak sih yang jual outfits warna pink, tapi tetep aja bukan yang terlalu gampang buat cosplay jadi Shizuka dan dua temen ceweknya itu. Item yang paling sulit buat dicari itu cardigan/outer yang pake kerah dan juga apron mini berenda.


Menyortir Pikiran yang Paling Sering Muncul

Catatan 18 Oktober 2023

Aku sepertinya harus memilah lagi pikiran atau memori mana yang penting dan yang tidak.

"Teteh mah yang penting bisa lupa, yang gak penting inget terus," kata Mamah tadi pagi. 

Kira-kira, apa aja ya hal gak penting yang aku inget terus? Bermula dari aku menemukan sebuah merek biskuit di katalog belanjaan. Merek biskuit itu adalah yang harus dikonsumsi oleh almarhum Papah kata seseorang yang mengobati beliau tapi bukan dokter. Sayangnya, aku baru inget lagi nasihat orang itu pas sebelas tahun setelah wafatnya Papah! 

Aku cukup yakin itu merek biskuit dulu sempat dibeli meskipun aku dulu tidak sempat untuk menyampaikan perkataan "tabib" itu kepada Mamah. Untung itu bukan lupa untuk hal yang krusial. Bukan lupa tentang obat yang wajib diminum oleh Papah dulu. Namun, lupa hal yang penting memang sudah lama jadi kelemahan aku karena saking banyaknya pikiran yang tidak diinginkan berseliweran dalam otakku. 

Apa saja sih memangnya hal-hal yang sering kupikirkan? Sebaiknya didata dulu deh sebelum disortir mana yang penting dan mana yang tidak. Kebanyakan hal yang tidak penting itu malah susah payah ingin kusingkirkan dari ingatanku! Entah mengapa ada saja pikiran atau memori tidak penting yang "membatu".

Membatu ya, bukan membantu. Alias itu memori saking sulitnya dibuang dari pikiran. 

Ini dari 5 (lima) hal yang paling sering mengisi alam pikiranku, diurutkan dari yang paling sering muncul di pikiranku dan ini sama sekali bukan disengaja untuk dipikirkan :

1. Insiden Kelinci, hal yang paling membekas dari insiden tersebut adalah ketika nyaris semua orang mengira aku tidak berempati atas adikku sendiri. Apa tepatnya kata-kata yang Papah katakan ketika marahin aku malahan lupa total, samsek gak bisa inget. 
2. Keinginan untuk tampil seksi sebagai aneka tokoh kartun sebagai usahaku untuk cari jodoh atau minimal pacar. Beneran, waktuku di hape itu pasti sebagian besarnya buat cari outfits di marketplace dan terus cari event cosplay atau studio foto.
3. Memori tarian konyol temen jaman kelas IV ala iklan Tory Cheese Crackers dan memori gambar samurai karya Diva jaman kelas VI.
4. Kekesalan jaman SMP dan SMA, terutama ketika dilarang nulis curhatan di buku dan dilarang punya foto cowok yang bukan pacar aku.
5. Segala hal tentang Heinz Doofenshmirtz dan Mr. Hyunh sebagai bahan inspirasi masing-masing untuk bikin karakter Hans Durchdenwald dan Mr. Wynn.

Oke, setelah merinci semua pikiran yang paling sering timbul, lalu dinilai seberapa pentingnya pikiran-pikiran yang tanpa henti muncul bagaikan video loop sepuluh jam di YouTube!

Pikiran #1 : sudah dibahas di catatanku yang lalu, apakah ini penting atau tidak, aku masih belum tahu pasti. Kejadiannya jelas udah lama pake bangettt karena udah lebih dari 15 tahun yang lalu. Memang ada sih beberapa pelajaran yang bisa kupetik dari insiden kelinci, tapi kayaknya cuma menuhin memori otak aja kalau sampai 24/7 kepikiran selama 15 x 365. Seriusan, ini memori yang paling "batu" dari semuanya! 😓😭😰😦 Catatan aku tentang apakah insiden kelinci ini penting buat aku

Pikiran #2 : ini jelas gak sepenting mikirin tugas akhir atau kelulusan, tapi cukup penting juga karena temen-temen udah pada nikah atau minimal punya doi. Masa mau jomblo terus! Soal penting atau tidaknya, tergantung sudut pandangnya siapa dulu. Bagi Mamah yang anti baju umbar badan ya jelas sampah pikiran ini, bukan lagi gak penting! Tapi bagi aku gimana? Sebagai orang yang udah kehabisan akal buat cari jodoh, ya pikiran ini terpenting nomor tiga setelah tugas akhir dan cari pekerjaan!

Pikiran #3 : oke, kegilaan macam begini udah jelas gak penting banget. Kalau memori karyanya Diva itu kayaknya masih lebih penting dikit karena aku jadi terinspirasi buat bikin "gambar yang gitu" juga biar karyaku nanti di luar zona nyaman. Tapi gak tiap lagi ngelakuin aktivitas kepikiran juga kali buat dua-duanya. Bisa jadi ini lebih gak penting daripada memori insiden kelinci.

Pikiran #4 : penting atau tidaknya itu tergantung cara aku menyikapi memori jaman sekolah dulu yang ngeselin. Kalau hanya ngabisin waktu buat dendam ya memorinya gak penting dan aku harus belajar melupakan. Sebaliknya, kalo termotivasi buat cari prestasi malah jadinya lumayan penting. Salah satu alasan aku terjun jadi cosplayer itu kan biar aku juga punya pacar kayak mereka. 👌👍💪👏

Pikiran #5 : ini juga tergantung sikon! Kalo aku hanya berakhir bersenang-senang gak puguh dengan memori adegan-adegan tertentu dari karakter Heinz Doofenshmirtz dan Mr. Hyunh, ya gak penting. Tapi kalo itu jadi karya, tetep penting. Terhadap hiburan juga jangan hanya bersikap konsumtif, tapi harus tergerak untuk memproduksi karya! 

Monday, October 16, 2023

Gak Boleh Curhat di Buku Gegara Temen Kepo Maksimal

Catatan 17 Oktober 2023

Banyak medsos dan buku psikologi yang bilang untuk mengatasi stres dan overthinking, sebaiknya curhat aja di buku kalo gak bisa cerita sama orang. 📒📓 Tugas surat imajiner dari psikolog aku waktu itu juga tujuannya hampir sama kayak curhat di buku. Psikolog itu nyuruh bikin surat imajiner untuk almarhum Papah dan juga untuk Heinz Doofenshmirtz karena aku bilang udah gak berhasil lagi untuk mengatasi problem emosionalnya aku kalo curhat di buku diary. Ditambah jaman SMP itu beberapa temen ngelarang terus aku buat nulis keluh kesah di buku atau kertas! 

Sebenarnya nggak banyak sih temen jaman SMP itu yang ngelarang aku buat nulis kekesalan aku di buku atau kertas, tapi pelakunya tetep lebih dari satu orang! Paling sedikit itu dua orang pelakunya, dari dua itu ada satu yang paling sering cegah aku buat nulis perasaan sendiri.

"Mungkin karena isi tulisannya Teteh itu dianggap menyerang, kali," tanggap Mamah. 

Kalo mereka merasa tersinggung atau tersindir oleh curhatanku, kenapa malah baca? Mereka yang pengen baca, mereka sendiri yang gak suka! Kecuali kalo tulisannya itu dipajang di mading sekolah, baru masuk akal mereka gak suka. Curhatan di buku ya biar hati ini setidaknya lebih plong dikit-dikit, bukan buat dibaca orang-orang dan maksain pemikiran aku buat mereka. 

Terus, kenapa aku berani buat curhat di blog yang terkoneksi dengan internet? Curhat di blog itu gak segitunya bikin kepo kayak curhatan di buku! Anehnya, meskipun pemirsa blog itu adalah global, malah lebih kecil peluangnya buat dibaca sama mereka-mereka itu. Aku taroh link update blog di status WA, kayaknya hampir gak ada yang baca itu postingan. 

Karena kelakuan mereka yang "kemal" alias "kepo maksimal" itu, aku jadi sempat ragu mau ikutin tugas dari psikolog itu. Padahal mereka yang salah sendiri sukanya baca-baca tulisan pribadi orang lain, mereka sendiri yang gak suka kontennya terus malah aku gak boleh curhat di buku lagi! 

"Itu kan pengalaman kamu SMP! Mereka udah gak ada lagi di sekitar kamu. Supaya tulisannya kamu itu gak dibaca orang lain, surat imajiner itu harus kamu sobek-sobek sampai kecil banget gak kebaca lagi sama siapapun," papar psikolog aku. 

Ketika lagi nulis, emang tulisannya harus dimusnahkan biar gak memicu orang-orang "kemal" itu. Tapi jika dari habis nulis surat imajiner itu dapet insight, kayaknya harus aku share di blog pribadi, bahkan mungkin diterbitkan jadi buku! 

Sunday, October 15, 2023

Boros, Penyakit Aku Sejak Kecil

Catatan 16 Oktober 2023

Sekarang makin mudah buat beli pakaian atau aksesoris untuk cosplay yang bisa sekaligus untuk jalan-jalan! 😎😬 Harganya juga makin banyak yang murah! Tapi meskipun murah-murah, aku harus hati-hati dengan penyakit yang telah menghinggapi diriku sejak lama : pemborosan! Aku pribadi sih gak terlalu percaya dengan ramalan garis tangan, tapi ketika garis tanganku dikatakan sebagai "sifat boros", ini cocok untukku. 

Sejak kelas satu SD bahkan sudah mulai kelihatan sifat yang satu ini! Walaupun berbeda-beda dari waktu ke waktu jenis barang yang biasa kubeli, tetap saja ini menjadi problem aku. Kelas satu SD itu lebih ke boros soal beli buku komik, setidaknya sampai kelas enam. Begitu masuk SMA, ganti deh jadi boros beli jajanan. 

"Teh, jangan beli-beli komik terus, itu pemborosan!" seru Papah almarhum waktu aku kelas satu SD. 

Ketika tadi akan checkout lagi baju-baju di keranjang toko online, aku segera teringat quote dari almarhum Papah tadi. Namun, aku segera inget lagi tiap mo pergi-pergi yang bikin susah itu biasanya karena bingung mo pake baju apa. Kalo udah punya banyak baju kan jadi ada banyak pilihan. Trus, nggak mager lagi deh mau bepergian.

Thursday, October 12, 2023

Satu Lagi Kartun yang Paling Relatable : Lilo and Stitch!

Catatan 13 Oktober 2023

Salah satu kartun yang mewarnai masa kecilku adalah "Lilo and Stitch"! Bahkan saat kartun itu tayang di bioskop, aku nonton lho barengan Mamah dan dua orang kerabat. Dulu nontonnya waktu umur lima tahun, saat itu belum ngerti bener sama jalan ceritanya tapi udah ngeh bahwa memang ada beberapa momen yang menyedihkan dalam film itu. Adegan Lilo (salah satu tokoh utama) dan Nani (kakaknya Lilo) lagi naik ranjang gantung barengan malem-malem, waktu pertama nonton udah kerasa itu adegan yang ada feel sedih walaupun dulu belum ngerti apa konfliknya mereka di adegan tersebut. 😭😢😵😷

Sampai-sampai adegan dua bunga kemboja putih terbang melayang di udara habis mereka berdua berkumpul itu aja rasanya mau nangis liatnya dulu, walaupun waktu kecil dulu belum paham konteksnya adegan itu. 

Dua minggu yang lalu, aku coba-coba baca ulang tentang film Lilo and Stitch itu di internet. Ternyata adegan di ranjang gantung itu emang konteksnya mengharukan, karena Lilo akan dipisahkan dari kakaknya Nani. Setelah ortu mereka meninggal dunia belum terlalu lama, kini kedua kakak-beradik itu harus berpisah. Meninggalnya ortu mereka juga menjadi alasan mengapa Stitch menjadi peliharaan Lilo walaupun spesies dia itu alien dan Stitch ikut mendapatkan peran utama dalam filmnya. 

Sepertinya sebelum bertemu dengan Stitch, Lilo pernah memiliki hewan peliharaan yang normal kemudian hewan tersebut mati dengan spesies yang tidak diketahui (kemungkinan besar itu adalah anjing). Berhubung kematian kedua orang tuanya Lilo dan Nani ini diceritakan masih agak baru, Lilo teringat kembali akan meninggalnya ortunya ketika piaraannya mati. Jadi, saat Nani ajak adiknya itu ke toko anjing peliharaan, sang kakak mencari hewan yang tidak mudah mati. Di situlah mereka berjumpa dengan Stitch untuk yang pertama kalinya dan Lilo mengira dia juga adalah anjing, padahal dia itu alien. 

Ini pertama kalinya aku nonton kartun yang ortu main chara-nya udah meninggal. Ya, sebelum aku nonton Upin dan Ipin. Lilo and Stitch ini semakin relatable buatku. Pada saat aku baru-baru nonton, aku relate dengan Lilo karena dia tidak punya teman akibat dari sifatnya yang agak aneh, mirip sekali dengan kisah hidupku saat TK.

Ternyata, bagian yang paling relatable buat aku adalah Lilo teringat kembali peristiwa kematian kedua ortunya saat hewan peliharaan dia mati sebelum kenal dengan Stitch. Sama seperti ketika Insiden Kelinci dalam hidupku itu, karena jarak waktu kejadiannya gak terlalu jauh dari meninggalnya adikku. Seperti yang sudah seringkali kuceritakan, hanya mendapatkan kabarnya bahwa kelinci itu mati saja bikin memori adikku yang wafat itu terputar lagi dalam pikiranku seperti sebuah video. Karena orang di sekitar Lilo hanya ada kakaknya saja, dia tidak akan menyadari bahwa dia hanya sendirian menangisi kematian hewan peliharaannya.

Mengenang Kembali Karakter Anime Berambut Hijau Mint: Martina Zoana Mel Navratilova

Catatan Rabu, 20 November 2024 Ada kalanya, sebuah kenangan masa kecil kembali muncul begitu saja, membawa kita ke waktu yang lebih sederhan...