Tuesday, September 5, 2023

Bukti yang Paling Jelas Bahwa Hewan itu Tanpa Kesadaran Eksistensial!

Catatan 6 September 2023


Sejak tanggal 6 Agustus lalu, kucing di rumahku tinggal tiga ekor : Milo, Lio, dan Joe. Semua tadinya berjumlah empat ekor, tetapi hampir satu bulan lalu itu Lula mati keracunan. Menurut seorang kerabatku, salah satu pembeda antara manusia dengan hewan itu adalah manusia memiliki kesadaran eksistensial sedangkan hewan tidak. Ketiga kucing yang tersisa itu sama sekali tidak terlihat kehilangan Lula, bahkan mungkin tidak menyadari bahwa "formasi" mereka ini hilang satu member. 

Trio kucing jalu itu tampak tenang-tenang saja ketika Lula si betina baru saja mati. Di saat aku dan kedua adik sedang bersedih akan Lula, tiga anak bulu yang sesama kucing malah enak-enakan makan dan main. Dari sini baru deh ngerti kenapa hewan disebut tidak memiliki kesadaran eksistensial. Sedangkan pertanyaanku ketika Insiden Kelinci itu timbul karena aku mengamati perbedaan antara sikapku dengan sikap orang-orang lain di sekitar, itu disebut sebagai pertanyaan eksistensial. 

Apakah kesadaran akan eksistensi ini yang disebut dengan "akal"? Barbie merasakan kebosanan dengan rutinitas hariannya dan mulai berpikir tentang "bagaimana jika salah satu dari circle dia akan mengalami kematian". Ketika boneka Barbie mendapatkan krisis eksistensinya, penampilannya dia perlahan menjadi lebih mirip manusia dan berkurang sifat bonekanya, yang kakinya jinjit permanen itu lho. Akal ini adalah sesuatu yang membuat orang menjadi manusia. Aku butuh nih film-film yang mengangkat tema seperti ini! 

Sepertinya, arti simpel dari kesadaran eksistensial adalah "kesadaran akan sesuatu di sekitar kita". Hewan, misalnya kucing, tidak akan merasakan kebosanan meskipun rutinitas mereka itu-itu saja karena mereka tidak menyadari hidup mereka yang monoton kalau menurut manusia seperti kita.

Monday, August 21, 2023

Menghindari Kesalahan di Saat Berduka

Catatan 21 Agustus 2023

Setelah kemarin melewati dua minggu meninggalnya Lula si kucing, aku semakin paham mengapa Insiden Kelinci itu begitu berbekas. Lebih tepatnya, mengapa peristiwa itu termasuk ke dalam memori inti (core memory). Menurut banyak artikel parenting sih, karena interaksi dengan orang tua lebih berpeluang besar untuk menciptakan core memory tersebut. Namun, bukan itu saja yang menjadi faktor penyebab mengapa pengaruh insiden itu masif, sangat kuat. 

Di saat Lula baru saja kehilangan napasnya, aku membayangkan diriku sendiri melakukan sesuatu yang membuat Mamah marah (karena sekarang Papah sudah almarhum) di tengah diriku yang sedang bersedih. Tidak dirinci dalam pikiranku apa perbuatan itu, intinya aku membayangkan melakukan suatu perbuatan salah yang ternyata bukan sepele sehingga menyebabkan aku dimarahi beliau. Pantas saja kesedihannya menyisakan efek yang tidak main-main, karena perasaan yang sedang berduka sejak awal kemudian ditambahkan dengan sedih akibat dimarahi. Sama sekali tidak terbayangkan jika membuat beliau sampai marah di saat aku sedang berduka cita atas meninggalnya kucing yang sedang hamil itu. 

Ibaratnya aku adalah sebuah sofa, meja, atau furnitur apapun yang sudah reyot, ternyata aku memiliki ukiran yang membuat orang-orang kesakitan ketika mereka kepentok olehku. Karena rasa sakit yang ditimbulkan oleh ukiranku, mereka memukulku atau menendangku. Akibatnya, aku semakin hancur karena memang sedari awal sudah dalam keadaan rapuh. Berbeda dengan furnitur yang masih baru, ketika membuat orang tersandung lalu dipukul pastinya tidak akan sama efeknya dengan yang sudah reyot tadi! 

Dimarahi dalam keadaan normal (bukan dalam keadaan rapuh) = sofa baru yang bikin orang terantuk lalu dipukul oleh orang tersebut

Dimarahi dalam keadaan sedang sedih (dalam keadaan rapuh) = sofa yang membuat orang kesal karena sebab yang sama, hanya saja sofanya sudah reyot atau lapuk

Untung saja aku sudah berusia cukup besar, walaupun secara emosional belum matang betul. Sehingga aku sudah lumayan bisa menghindari kemarahan Mamah saat-saat ini. Dari Insiden Kelinci itu juga jadi banyak belajar untuk memfilter perkataan ketika bertanya, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dan miskomunikasi. Walaupun hingga kini masih kadang kesulitan merangkai kata untuk menyampaikan maksudku. 

Monday, August 14, 2023

Kematian yang Menyembuhkan Trauma

Catatan 15 Agustus 2023

Kematiannya Lula yang sudah semingguan lebih, anehnya bikin aku mulai berhenti sedih dan bersalah akibat Insiden Kelinci. Menurut temanku jaman SMA, sebenarnya Insiden Kelinci itu dipicu oleh pertanyaan dalam diriku "Apakah orang lain ada yang sama sedihnya sepertiku untuk matinya hewan peliharaan?" Keluarga inti terutama Irsyad adikku yang besar ternyata sangat sedih ketika Lula si kucing mati, sama sepertiku. Aku memang sudah sering mendengar kisah orang-orang yang berduka ketika mereka kehilangan hewan peliharaan, baik itu cerita fiksi, biografi orang luar negeri, atau postingan pet owners di media sosial.

Namun, sangat jarang aku melihat kesedihan semacam itu di dunia nyata apalagi dari orang yang memang aku kenal secara langsung. Jadi terjawab sudah pertanyaan itu, yaitu memang nyata adanya orang yang merasakan kesedihan mendalam walaupun dikata "hanya" hewan peliharaan yang mati. Temanku itu juga bikin aku "ngeh", ternyata aku ingin mencari orang lain yang sama-sama bersedih ketika hewan mati ketika insiden itu. Bukan sekadar ingin mencari tahu mengapa meninggalnya sesama manusia terasa berbeda dengan ketika yang meninggal itu hewan.

Adikku Irsyad yang besar juga ikut pelihara kelinci itu, tapi dia waktu itu B aja. Mungkin karena dulu dia masih duduk di kelas 2 SD.

Dalam beberapa catatanku yang lain, aku menceritakan bahwa aku "ngehalu lebay" sebelum aku bertanya perbedaan antara anggota keluarga dengan hewan itu. Maksudnya dari ngehalu lebay itu adalah aku membayangkan Papah menjawab pertanyaanku dengan kalimat, "Adik kan manusia, kelinci kan binatang." Bagiku, jawaban Papah versi halu itu belum sepenuhnya menjawab pertanyaan itu. Untungnya sudah banyak orang yang memberikan versi jawabannya masing-masing, baik itu dari orang IRL atau sesama pengguna Twitter.

Kuharap dengan mengetahui perbedaan manusia dengan hewan itu, aku dapat mengerti alasan mengapa orang-orang level sedihnya tidak sama kayak aku. Sayangnya, aku salah merangkai kalimat ketika bertanya. Terjadilah miskomunikasi antara aku dan Papah. Beliau jadi tersinggung tanpa kusengaja sama sekali, jadinya jawaban beliau versi RL itu bertolak belakang dengan jawaban versi halu yang tadi itu.

Menurut salah satu dari banyak jawaban dari netizen, kematian hewan itu cenderung kurang terasa menyedihkan karena life span mereka yang cenderung jauh lebih pendek daripada manusia sehingga kematiannya relatif tidak mengagetkan dibandingkan meninggalnya manusia, ini juga yang membuatku mulai bisa melupakan sedih akibat Lula mati. Ternyata ketika aku sudah mulai tidak terlalu bersedih lagi dengan kematiannya Lula, adikku Irsyad yang terbesar rupanya masih berduka. Setiap kali dia akan memberi makan para kucing di rumah kami, Lula itu yang paling reog. Maka, kematiannya satu-satunya kucing betina kami itu menyisakan luka yang cukup dalam baginya dan ini membuatku terperangah, ternyata aku bukan yang sendirian berduka cita atas hewan! 

Untuk adikku yang kecil Fariz, dia juga sedih tetapi tidak bisa terlalu mendalam karena sudah sibuk dengan berbagai kegiatannya sebagai siswa baru di kelas X SMA! Walau level kesedihan Fariz ketika Lula mati tidak sama seperti aku dan Irsyad, setidaknya aku sudah tahu bahwa bukan sendirian di keluargaku yang bisa merasakan sedih untuk hewan. Kalau saja waktu itu tidak segera ingin membuat proyek figurin, mungkin aku juga akan masih bersedih. Akan tetapi, sebesar apapun kesedihan aku ini, tetap tidak akan mengalahkan kehilangan untuk sesama manusia apalagi anggota keluarga.

Thursday, August 10, 2023

Bangkit dari Tragedi Lula

Catatan 10 Agustus 2023

Empat hari dari kematiannya Lula, beneran makin nggak mood nulis. Di samping itu, ada satu hal yang paling banyak menghibur aku di waktu belum ada seminggu dari tragedi itu. Aku emang lagi gak mood nulis, tapi aku lagi pengen-pengennya bikin figurin dari tokoh-tokoh karya sendiri! Udah dari hampir dua tahun yang lalu konsepnya ada, tapi baru sekarang kepikiran buat dijadiin figurin!

Dengan bikin sketsa desain untuk figurinnya aja udah bikin aku gak terlalu sedih lagi sama Lula. Apalagi kalo nanti udah ada bahannya buat bikin sketsa desain itu jadi nyata! Pasti senengnya banget-banget! Ya, semakin aku berfokus pada rencana figurin ini (di luar mengerjakan tugas akhir), makin ilang kesedihan aku akibat kisah sedih di hari Minggu kemarin itu.

Walaupun lagi gak mood buat nulis, aku harus pikirkan juga konsep lore buat para figurin itu! Harus puter otak nih tentang cerita yang bikin para varian figurin itu diharuskan untuk saling bertemu. Apalagi aku lagi ikutan event cerpen tentang Multiverse, yang konsepnya mirip banget sama figurin yang mau aku luncurkan itu. Ceritanya, para figurin itu adalah berbagai versi lain dari Mr. Wynn.

Berkat punya rencana proyek ini, sejak hari ketiga kematian Lula kemarin udah gak nangis lagi. Ya, walaupun sedihnya masih ada dan belum betul-betul ilang. Sempet deh kemarin lusa ada kecewanya dikit karena lilin malam yang mau jadi bahan figurin, taunya kinetic sand! Itu lho, satu mainan yang pernah viral sejaman dengan slime dan squishy

Yodah, kemarin pesen lagi deh plastisin/lilin malam yang udah terjamin keasliannya. Kenapa aku bilang terjamin itu plastisin asli? Karena udah ada mereknya yang terkenal! Pasti jauh lebih bisa untuk dibikin jadi figurin daripada kinetic sand.

Selain plastisin biasa, aku juga penasaran dengan polymer clay

Saturday, August 5, 2023

Kisah Kucing yang Paling Menyedihkan Tahun Ini

Catatan 6 Agustus 2023

Sebenarnya aku lagi nggak mood ngetik di sini. Eh, udah lama juga aku gak mood ngetik sebelum tiga hari yang lalu! Khusus hari ini, aku nggak pengen ngetik itu karena lagi ada kabar duka untuk kucing aku, Lula. Tetiba tadi pagi dia kejang-kejang, terus pas ke dokter hewan udah nggak ada napasnya, hiks.

Dua fotonya Lula pada malam terakhir sebelum kematiannya, sedang tidur

Di situ aku langsung berurai air mata. Tapi hidup harus terus berjalan, masih banyak proyek yang menunggu untuk diselesaikan. Untung sebagian besar dari tugas kuliahku udah kelar kemarin. Supaya aku nggak lupa ngerjain tugas yang lainnya, harus bilang gini ke diri sendiri, "Itu bukan orang, bukan orang. Dia cuma kucing saja."

Padahal tadi malem banget udah seneng paginya bisa check-out orderan plastisin buat bikin seri karakter dari game Cookie Clicker! Begitu pagi, turun dari kamar udah ada kabar tragis itu. Namun, aku harus tetep inget Lula itu bukan manusia. Selama masih ada duitnya buat check-out, jangan lupa bayar!

Adek aku Fariz ngasih uang buat aku healing habis kematiannya Lula si kucing abu-abu bercak krem. Nggak jauh dari tempat aku healing, ada ATM! Soalnya orderan aku kan bayarnya pake transfer. Untung Lula bukan orang, jadi masih bisa lega kalo aku seneng-seneng dikit.

Sore harinya dari Lula resmi dinyatakan mati oleh dokter hewan, dia dikebumikan di depan pohon mangga yang sedang tidak enak buahnya. Semoga setelah dia dikuburkan, buah mangga itu akan menjadi banyak, manis, dan besar. 

Balik Lagi ke Lilin Malam Buat Bikin Karakter Cookie Clicker!

Catatan 5 Agustus 2023


Udah lama banget aku terinspirasi buat bikin karya dari game Cookie Clicker. Tapinya suka lupa aja mau bikin. Akhir-akhir ini, aku kepikiran mau bikin figurin dari plastisin alias lilin malam buat bikin tokoh-tokoh dari game itu tadi! Tadi sore udah check-out plastisin jenis polymer clay yang bisa mengeras kalo dipanggang di oven, plus udah ada bonus tiga jenis pisau di dalamnya!

Tiga jenis pisau ini gak hanya buat motong clay (lilin malam) tapi juga buat bikin ukiran! Wah, asik bener tuh! Jadi gak sabar pengen segera besok, buat bayar orderan tadi sore. Cuman, jadwal aku besok itu lumayan padet soalnya mau tracing desain karakter brand sambel, bikin stiker buat tugas akhir juga brand sambel tadi, dan terakhir ikutan acara cosplaying yang kedua kalinya tahun ini!

Kayaknya nanti nggak akan aku bikin persis sama kayak para karakter aslinya di game Cookie Clicker itu deh! Bakalan aku adaptasi jadi karakter yang aku bikin sendiri.

Daftar karakter Cookie Clicker yang udah fix mau aku bikin figurin dari clay :
- regular (baju biru)
- clone (kakinya kayak ekor belut, di dalam tabung hijau)
- alternate (beda gaya rambut, warna kulit, dan warna baju)
- brainy (ilmuwan yang otaknya keliatan)
- meta (kumpulan kepala jadi satu tubuh mirip ular berkepala manusia)
- rainbow (kulit pelangi, rambut mencuat ke atas, dan pakaian serta matanya putih)
- antimatter (tubuhnya mirip ruang angkasa dengan taburan banyak bintang)
- dari masa lalu (mirip tahun 1900an)
- altered (berasal dari portal monster)
- transmuted (hampir sama kayak reguler, tapi semuanya warna emas)
- cosmic (alien berkulit ungu, berambut hijau rancung-rancung, dan berbaju merah-oranye)
- witch/warlock (penyihir berbaju hitam kayak tipikal penyihir biasa dengan sapu)
- priest (jaman kerajaan matahari kuno Aztec/Inca/Maya)

Tuesday, July 25, 2023

Jump to Conclusions, Sebuah Kesalahan Berpikir yang Turut Andil dalam Insiden Kelinci

Catatan 26 Juli 2023


Menurut quote di atas, arti dari frasa "jump to conclusions" (langsung lompat ke kesimpulan/menyimpulkan sendiri secara tidak hati-hati) adalah "dalam ketiadaan informasi yang akurat dan dapat diandalkan, kita biasa melompat ke kesimpulan yang terburuk". 

Sepertinya dalam Insiden Kelinci juga fenomena "jump to conclusions" ini turut andil, mengapa begitu? Sebagian besar orang yang mendengar kisah nyata Insiden Kelinci ini menganggap bahwa aku ini tidak berempati dengan anggota keluarga sendiri. Banyak di antara mereka yang berasumsi aku hanya timbul empatinya untuk hewan peliharaan. Walaupun di antara mereka sudah banyak yang tidak menganggap itu pertanyaan yang konyol, tetapi mereka masih langsung saja membuat kesimpulan sendiri yang berdasarkan asumsi mereka tadi itu.

Sama sekali kan kejadiannya tidak demikian! Mereka mikir dari mana sih aku ini gak sedih sama wafatnya adik sendiri? Apa kalo nanya itu artinya jadi kayak gitu? Itu kan hanya mencari tahu alasan di balik perbuatan orang-orang yang beda denganku! 

Mereka sendiri masih berada dalam sifat "jump to conclusions" itu. Akibatnya, mereka menganggapku terlambat dalam kecerdasan emosional atau EQ. Sebagai seorang kakak kandung, tentunya bersedih dan kehilangan tanpa perlu diajarkan lagi oleh ortu. Untuk hewan saja aku bisa bersedih, mengapa untuk anggota keluarga sendiri aku tidak bisa berduka?


Apa yang menjadi indikasi bahwa aku tidak kehilangan almarhum adikku sendiri dan hanya merasakan kehilangan atas seekor kelinci peliharaan? Aku sebagai pelaku dalam insiden itu malah heran, darimana mereka menyimpulkan seperti itu? Makna dari pertanyaan itu sesuai dengan kata-kata yang tersusun di dalamnya : apa yang menyebabkan orang-orang lebih bersedih hati karena sesama anggota keluarga yang meninggal, sedangkan kepada hewan peliharaan mereka kurang atau tidak sedih. Di sini aku hanya bertanya penyebabnya sebuah perbedaan yang terjadi di antara manusia dengan hewan.

Ini sama seperti seorang anak yang bertanya "mengapa nenek kulitnya kisut, tapi ibu tidak kisut?" Tentu maksudnya bukan berarti si nenek kurang disukai dibandingkan ibunya anak itu, bukan? Atau, anak yang bertanya "Mengapa kucing masih bayi langsung bisa jalan, kalo bayi orang nggak langsung bisa?" Si anak hanya ingin mengerti apa yang menjadi sebab dari perbedaan yang tampak di depannya. 

Begitupun dengan aku, pertanyaan dalam insiden kelinci itu hanya ingin mencari tahu lebih jauh, mengetahui lebih dalam tentang perbedaan antara manusia dengan hewan.

Mengenang Kembali Karakter Anime Berambut Hijau Mint: Martina Zoana Mel Navratilova

Catatan Rabu, 20 November 2024 Ada kalanya, sebuah kenangan masa kecil kembali muncul begitu saja, membawa kita ke waktu yang lebih sederhan...