Wednesday, July 19, 2023

Jangan Lagi Kasihani Diriku Sendiri, Tetapi Kasihi

Catatan 20 Juli 2023

Aku gak mau terus mengasihani diri terkait kasus Insiden Kelinci itu. Bertahun-tahun lamanya aku terus curhat di buku mengenai peristiwa itu, ternyata belum banyak membantuku. Selama ini aku pikir dengan bersekolah di asrama yang kegiatannya padet ketika SMA dulu, bakalan bikin aku cepet lupa sama kejadian itu. Waktu aku masuk asrama pada 2013 lalu, Insiden Kelinci itu udah masuk lima tahun, segitu itu udah termasuk lama banget untuk merasa sedih dan bersalah akibat suatu peristiwa.

Tahun 2016 lalu, aku lulus SMA yang berasrama, masih aja kepikiran insiden itu. Aku ini termasuk yang agak telat untuk mendapatkan ijazah, karena sekolahku ini tentunya butuh persyaratan lebih buat ijazah ketimbang sekolah biasa. Dua tahun dari kelulusan aku yaitu 2018, akhirnya ijazah berhasil sampai di tanganku dan juga berhasil kuserahkan fotokopinya kepada kampus tempatku kuliah. Ketika ijazah itu telah kuambil, itu adalah tahun di mana tepat satu dekade dari terjadinya Insiden Kelinci itu.

Pada tanggal 1 September 2018, hari peringatan sepuluh tahunnya Insiden Kelinci, aku melakukan salat tobat. Sayangnya, ini masih kurang berhasil untuk membuat rasa bersalahku hilang. Itu tandanya aku harus melakukan usaha yang lebih keras lagi untuk mengatasi perasaan yang tidak gembira ini. Aku gak boleh terus larut dalam perasaan ini yang udah masuk batas "abnormal" untuk berapa lama perasaan ini bercokol.

Aku yang Masih Ragu dengan Pikiran Sendiri

Catatan 19 Juli 2023

Kira-kira dua minggu yang lalu, Tante aku udah ngejelasin jawaban dari pertanyaan pada Insiden Kelinci. Ternyata, jawabannya hampir sama dengan dugaanku. Menurut Nenek ketika bulan puasa lalu aku bersilaturahmi ke rumah beliau, bahwa aku ini seringnya ragu-ragu sama pemikiran sendiri. Makanya, pada insiden itu aku masih nanya ke almarhum Papah, yang sebenarnya aku udah berusaha mikir sendiri jawabannya tapi masih belum yakin.

Orang-orang di sekitarku, terutama Mamah, sering nyangka aku ini ketinggalan pemahamannya atau terlalu naif. Orang biasa sih udah langsung tau, atau bahasa kerennya "just know". Padahal aku udah nebak-nebak sendiri jawabannya, jadinya nggak nol banget pemahamannya. Cuman ya kayak kata Nenek tadi itu, aku masih belum yakin kalo cuma dapet jawaban dari hasil terkaan sendiri.

Inilah penjelasan dari Tante untuk pertanyaanku di masa pra-remaja "Mengapa orang lain hanya sedih ketika anggota keluarga sendiri yang meninggal, tetapi untuk hewan peliharaan mereka tidak sedih?"!

1. Manusia memiliki ciri khasnya masing-masing, baik dari penampilan fisik atau kepribadiannya. Sedangkan hewan kebanyakan identik secara dua aspek tadi, antara satu individu dengan yang lainnya dalam satu spesies. Oleh karena itu, orang yang pergi meninggalkan dunia akan terasa sekali jika mereka telah tiada, karena tidak mungkin ada orang lainnya yang persis sama.

2. Manusia itu lebih tahan lama umurnya ketimbang hewan peliharaan yang cenderung rapuh. Inilah salah satu keunggulan manusia dibandingkan hewan. Makanya jika manusia terutama anggota keluarga kita wafat, itu pastinya akan mengejutkan.

3. Manusia punya kesadaran eksistensial, tetapi hewan tidak memilikinya. Mungkin ini salah satu penjelasan dari "apa itu akal". Karena punya kesadaran ini, maka kita dapat berinteraksi dan merasa lebih relate dengan sesama manusia. Dengan hewan peliharaan, interaksi kita cuma sebatas memberikan kebutuhan jasmani mereka seperti makan, minum, dan membersihkan zat sisa mereka serta bermain saja.

Ya, kurang lebih aku sudah berpikir hampir sama dengan jawaban yang diberikan oleh Tante. Tapi, dengan terbatasnya pikiranku ketika di umur waktu masih menjelang sebelas tahun, aku cuma mentok di poin yang kesatu doang. Dulu aku gak puas dengan pernyataan bahwa manusia lebih tinggi kedudukannya karena punya akal, sedangkan hewan tidak. Alih-alih mendapatkan jawaban, dulu aku sangat kaget karena Papah secara tidak disangka malah marah dengan pertanyaan itu.

Dari insiden ini aku belajar tentang pentingnya memilih waktu, pemilihan kata, dan orang yang tepat untuk bertanya. 

Sunday, June 25, 2023

Dahulukan Strategi Baru Taktik! (Untuk Aku : Urusan Kuliah dan Cari Jodoh)

Catatan 26 Juni 2023

Mamah sering menekankan aku biar berpikir taktis yang aku juga gak ngerti apa serunya. Tapi baru hari ini aku mikir gini soal taktis dalam berpikir itu : kalau kita punya banyak taktik, seharusnya semua aspek terselesaikan dong, jangan ada yang bolong. Ya, udah gampang ketebak, beliau bilang berpikir taktis itu untuk soal perkuliahan. Jika aku harus taktis tentang kuliah, harusnya taktik ini nutupin semuanya, nggak bikin persoalan lainnya kayak cari jodoh jadi terhambat!

Orang lain aja bisa prioritas jalan di jalur yang sama dengan asmara, kenapa aku nggak bisa? Kenapa cuma aku yang harus "kena lampu merah" soal asmara karena hal ini beda jalur sama perkuliahan, jadinya nggak bisa berjalan bersamaan? Lagi-lagi pake analogi dua kendaraan di jalan lagi nih. Apakah ini ada hubungannya dengan berpikir taktis untuk mendahulukan kuliah?

Aku siang ini sambil nungguin giliran aku maju buat sidang alternatif karya, iseng-iseng cari artikel tentang "berpikir taktis". Nah, ketemu satu artikel yang bahas perbedaannya berpikir taktis dan strategis. 

Inilah kutipan dari sifat-sifat berpikir strategis :

#1 Integral
Seluruh strategi akan sesuai atau cocok untuk seluruh tingkatan, baik itu dalam korporasi, bisnis ataupun fungsional, sehingga tidak akan ada satu atau pihak yang terganggu dengan strategi tersebut.

 

#2 Menyatu
Dengan adanya strategi, maka seluruh bagian-bagian dalam manajemen pemerintah atau dalam organisasi publik misalnya, akan menjadi satu. Dengan begitu dapat diartikan juga bahwa strategi memiliki fungsi untuk menyatukan.

 

#3 Menyeluruh
Strategi dalam sebuah perusahaan atau organisasi akan bersifat menyeluruh, yang mana seluruh aspek dalam organisasi tau perusahaan tersebut akan berkaitan dengan strategi yang ada. Atau dalam artian lain, sebuah strategi yang ditetapkan tidak hanya berlaku untuk divisi-divisi tertentu.


Ini kutipan yang paling ngena dari arti berpikir taktis dari artikel yang sama :
"Dalam bisnis sendiri, taktik merupakan sekumpulan program kerja yang dirancang atau disusun untuk melengkapi strategi dari bisnis tersebut."

Nah, dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa taktik itu hanya bersifat sebagai pelengkap dari strategi. Dari sini aku ngerti, kenapa berpikir taktis buat perkuliahan itu nggak nutupin persoalan aku cari jodoh. Karena taktis itu sifatnya nggak menyeluruh kayak berpikir strategis, cuma pelengkap aja! Kalo dipikir-pikir, aneh juga ya Mamah nggak pernah menekankan aku buat berpikir strategis?

Ini perbedaan antara strategis dengan taktis jika diterapkan ke kasus aku :

▪️Strategis = aku itu bikin rencana biar perkuliahan lancar, cari jodoh juga gak terhambat dan juga sebaliknya, perkuliahan nggak terabaikan oleh usahaku mencari jodoh. (Ini aku mikir sendiri)
↪️ Habis aku pergi kuliah atau nugas, aku mampir dulu ke studio foto yang murah atau cari spot-spot yang instagrammable. Untuk pilihan yang kedua ini, wajib bawa minimal satu orang biar ada yang motret. Terus fotonya diupload ke Ig dan Twitter deh, di situlah usahaku cari jodoh dimulai.

▪️Taktis = aku mengusahakan agar tugas akhir cepat diselesaikan, nggak "ngayayay" kalau bahasa Sunda. (Mamah baru menekankan sampai pada tahap ini)
↪️ Setiap hari harus ada progresnya, baik itu dalam pembuatan slide sidang berikutnya dan juga dalam membuat karya yang akan dipresentasikan, untuk tugas akhir aku berupa maskot perusahaan.

Self-reward Habis Sidang Alternatif Karya

Catatan 26 Juni 2023

Sidang alternatif karya yang tadinya mau besok, dimajuin ke hari ini. Tegang ya emang tegang karena dimajuin, tapi tadi pagi udah kepikiran mau kasih self-reward apa nanti habis sidang ini! Berkat Jumat lalu aku ke Hotel Moxy dan inget lagi sama spot-spot instagrammable di sana, gimana kalo self-reward itu berupa foto-foto di sana sambil cosplaying? Sebelum punya penghasilan sendiri buat bisa sewa studio foto, aku difoto di tempat yang gretong dulu aja (tapi tetep di sana kudu pesen minuman, gak enak kalo cuma numpang duduk dan foto doank).

Kudu bawa temen nih biar ada yang megang hape buat motoin dan biar gak monoton karena aku udah keseringan solo traveling. Bukan traveling yang jauh-jauh ke luar kota sih, tapi tetep kalo pergi itu sendirian aja biasanya. Enaknya pas foto cosplaying perdana ini jadi siapa ya? Kayaknya jadi Crystal Zilla aja karena itu yang kostum items-nya udah hampir komplit, tinggal beli kalung liontin berlian, ikat pinggang ungu, bros yin dan yang, serta sandal flip-flop hitam dan ungu.

Recently, aku belum ada uangnya untuk beli items yang tersisa itu. 

Sisi Buruk dari Berpikir Taktis

Catatan , 26 Juni 2023

Satu lagi dari sekian ribu unpopular opinion yang hadir di kepalaku : berpikir taktis itu bisa jadi sama sekali bukan hal yang menyenangkan dan cuma bikin capek pikiran aja! Ironisnya, aku dalam menjalankan misi "kerdus" juga penuh taktik! Selama misi ini dijalankan selama aku bepergian, aku harus sedia baju yang panjang buat nutupin atau ngeganti baju yang aku pake di jalan. Pas perjalanan pergi, udah jauh dari rumah aku bongkar baju yang panjangnya + kudung dan ganti sama pakaian cosplaying, terus pulangnya begitu udah deket rumah dipake lagi tuh baju panjang dan itu kudung.

Waktu mau ganti pake pakaian cosplaying (aku masih pilih karakter yang bajunya kasual ya) dan buat balik lagi ke "setting awal" outfit, aku harus cari tempat untuk ganti kostum. Biasanya aku ganti kostum itu di WC cafe terdekat. Pas dulu sebelum kepikiran buat misi kerudung dusta ini sih pergi tinggal pergi, pulang tinggal pulang, gak banyak trik ini itu! Lebih bikin capek pikiran dan tentunya lebih bikin khawatir karena takut tertangkap basah sama Mamah di jalan (terutama kalo udah/masih deket sama rumah) pas lagi misi ini, tapi worth it buat rasa senang istimewa di tempat tujuan dan perjalanan pergi serta pulangnya!

Sebelum ada ide misi kerdus ini, aku jarang bisa menikmati total suasana di tempat tujuan kalau bepergian. Seasik apapun tempatnya, misalnya kayak di pasar malam atau amusement park, tanpa cosplaying itu aku nggak maksimal senengnya. Makanya bersyukur banget sekarang udah boleh bepergian sendirian, walaupun terselip sedikit rasa was-was takut nggak bisa tepat waktu untuk balik ke settingan awal outfit. Bisa bebas pake baju apa aja yang aku sukai itu rasanya nggak ada duanya!

Selain taktik buat bawa baju ganti yang panjang sebelum nyampe rumah, ada juga taktik yang aku harus siapkan untuk supaya kelihatan wajar. Artinya, aku nggak keliatan kayak nyumputin sesuatu, karena kalo sekalinya misi kerdus ini terbongkar ya tamatlah sudah! Sekalinya tertangkap basah ya jangan harap bisa eksekusi misi ini lagi! Biar Mamah gak curiga (buat adek-adek aku udah bisa terbuka, gak perlu susulumputan lagi), kudu sering pulang pake angkot biar bisa berhenti gak pas di depan rumah.

Walaupun aku seneng bisa pake baju yang aku suka waktu pergi-pergi, tapi tetep berpikir penuh taktik biar gak ketauan itu ribet beut! Kalo udah ngekost nanti tinggal di kamar sendirian, bebas deh mau ngapain juga asalkan nggak ganggu tetangga dan ibu kost!😁

Saturday, June 24, 2023

Harus Bisa Memotivasi Diri

Catatan 25 Juni 2023

Aku tau banget diri aku yang lagi kurang termotivasi sama perkuliahan. Mana Selasa lusa mau sidang lagi. Nah, biar ada semangat kayak aku lagi main game, harus ada self-reward! Habis sidang lusa nanti, jangan lupa kasih self-reward yang memorable.

Bukan hanya sidangnya aja yang harus dipersiapkan, tapi juga reward-nya! Mungkin reward-nya beli barang yang udah lama nongol di keranjang tapi bukan item yang biasa aku beli? Rencananya masih termasuk kategori fashion, tapi jangan yang udah sering dibeli kayak baju atau celana. Mungkin aja topi kupluk yang ada kuping kucingnya?

Saturday, June 3, 2023

Hati Nelangsa Karena Kurang Piknik? Bukan, Karena Inti Masalahnya Belum Kelar!

Catatan 4 Juni 2023

Bukannya aku gak bersyukur ya, ternyata sampai bulan ini aku masih juga sering flashback Insiden Kelinci. Bukan sengaja di-recall, tapi emang tiap hari keingetan terus kayak nggak bisa lupa. Pikiranku ingin melupakan itu, tapi sayangnya otakku menolak lupa. Walaupun masih suka kepikiran, untungnya udah mulai mereda, nggak kayak dulu-dulu lagi.

Kalimat "bad mood karena kurang piknik" itu nggak sepenuhnya bener ternyata. Ini baru aku ngeh tahun-tahun ini, tepatnya sejak terapi ke psikolog akhir 2021 lalu. Percuma banyak piknik tapi problem psikologis nggak cepet-cepet dikelarin sampai akhirnya udah 13 tahun masih ada efeknya, bahkan sampai sekarang masih suka kerasa efek kagetnya, jadi terhitung hampir 15 tahun dari tanggal kejadiannya! Udah ngelewatin banyak jalan-jalan, tapi tetep aja di perjalanannya aku dulu banyak sambil nangis karena masih sedih dan merasa bersalah karena insiden itu.

Nggak lama sehabis Insiden Kelinci dulu, malahan banyak banget piknik di antaranya :
1. Halal bihalal keluarga Eyang Putri di Lembah Bougenville Resort Lembang (12 Oktober 2008) ➡️ aku inget soalnya tepat sehari sebelum ultahnya tetangga aku
2. Belum sebulan dari halbil (halal bihalal) itu ada family gathering sama kantornya Mamah ke Dufan (2 November 2008) ➡️ ini hari terakhir aku sebagai anak-anak yang belum pernah mens
3. Lusanya field trip satu SD ke Penerbit Mizan dan nonton film Laskar Pelangi di bioskop terdekat dari sekolah, di sini aku lagi jadi anak kelas lima (4 November 2008) ➡️ pertama kalinya aku jalan-jalan dalam keadaan mens karena tepat hari kemarinnya dapet, mana pertama kali banget lagi tapi udah hari kedua dapet
4. Kurang dari seminggu kemudian, family gathering keluarga sangat besar dari Eyang Kakung di Bogor (9 November 2008) ➡️ sambil jalan sambil mikir tata caranya mandi besar karena udah hari-hari terakhir mens
5. Jarak waktunya lumayan jauh dari perjalanan sebelumnya, yaitu field trip satu sekolah lagi di semester depannya ke kavaleri di Lembang (kalo gak salah 14 April 2009) ➡️ ini udah pernah aku ceritakan di postingan blog "Kuda dan Kelinci"

Alhamdulillah aku bersyukur banget perjalanan ke Sans Co kemarin lusa itu berakhir menyenangkan banget. Itu karena udah banyak problem psikologis yang udah terselesaikan, termasuk ingatan akan Insiden Kelinci itu yang udah pelan-pelan teratasi. Waktu lagi duduk di kursi model ayunan Sans Co, aku buka-buka Twitter dan nonton video pengakuan seorang masinis di sebuah menfess.

Dalam video tersebut, sang masinis mengungkapkan rasa bersalahnya yang teramat sangat karena udah beberapa kali keretanya nabrak orang yang sengaja berdiri di atas rel kereta. Soalnya kereta api itu kan nggak bisa ngerem mendadak kayak mobil atau motor, jadi itu sih emang rencananya si orang yang berdiri di atas rel itu buat bundir, biar dirinya meninggoy. Tapi tetep aja masinis itu nggak bisa ilang rasa bersalah dan sedihnya meskipun kejadiannya udah lama banget. Perasaannya Mas masinis itu jelas banget nggak bisa disamakan dengan guilt aku akan Insiden Kelinci, tapi kira-kira kek gitu penggambarannya perasaan yang aku rasakan berkat itu insiden.

Sampai-sampai sering kebawa mimpi kejadiannya dan keingetan terus waktu nabrak orang menurut masinis itu. Ya, aku juga masih sering kebawa mimpi dan keinget lagi kesalahan aku waktu Insiden Kelinci. Dari kisah pengalamannya, masinis itu bilang jangan sampai kita b*n*h diri dan segera selesaikan masalah kita. Sesedih dan sekuat apapun perasaan bersalah aku dari Insiden Kelinci, untungnya aja nggak pernah bikin sampai kepikiran pengen shutdown diri sendiri, karena aku masih mikir bahwa ini masih bisa ditangani.

Kebanyakan orang mikirnya aku itu menyalahkan Papah karena marah akan pertanyaan itu, padahal justru karena aku punya kesalahan yang lumayan besar tanpa aku sadar. Perasaan bersalah itulah yang terus menghantuiku, sama sekali karena bukan sakit hati sama beliau. 


Mengenang Kembali Karakter Anime Berambut Hijau Mint: Martina Zoana Mel Navratilova

Catatan Rabu, 20 November 2024 Ada kalanya, sebuah kenangan masa kecil kembali muncul begitu saja, membawa kita ke waktu yang lebih sederhan...