Friday, January 20, 2023

Fashion Blog yang Baru

Catatan 20 Januari 2023

Mulai tahun 2023 ini, aku udah bikin fashion blog punya diriku sendiri. Supaya nggak saingan dengan banyaknya fashion blog yang udah ada, topiknya harus lebih mengerucut lagi alias punya pembahasan tentang hal yang lebih khusus.

Jika kebanyakan blog semacam itu adalah untuk outfits sehari-hari, blog aku ini khusus untuk tentang cosplaying. Kontennya adalah rekomendasi pakaian untuk cosplay, cerita latarbelakang dari tokoh yang dipilih untuk cosplay, foto-foto aku nanti ketika sedang cosplay, dan banyak lagi! Tokoh yang aku pilih untuk di-cosplay-kan juga bukan tokoh anime yang seksi lebay bar-bar. Rencananya, semua cosplay yang aku lakukan harus low budget (pakaian yang diperlukan dapat dibeli dengan harga yang murah), kostumnya masih realistis jadinya masih bisa nyamar jadi pakaian kasual (biasanya tokoh anime kan kostum yang dipakainya itu terlalu nyentrik), dan item pakaian yang diperlukan mudah didapat di pasaran (karena tokoh anime itu ya tadi, kostumnya biasanya suka nyentrik jadinya cuma bisa didapat dari toko khusus kostum untuk cosplaying), karena tokoh-tokoh yang bakalan aku pilih ini pakaiannya masih mirip pakaian biasa.

Argh, gara-gara Eyang Putri nyuruh ngambil kecap asin di atas meja, jadi aja nge-blank pas nulis kalimat-kalimat terakhir paragraf yang di atas! Akhirnya aja aku tulis sekenanya! Maaf ya kalo agak-agak ngaco kalimatnya. Masih untung bisa lanjut nulis, jadinya nggak gantung.

Aaah, asiiiiiin!


Catatan ini juga lanjutan dari artikel/catatan ini, karena artikel tersebut masih bersambung.

6. "Cewek Mencintai Diri Sendiri" - Majalah Girls Edisi 15 Tahun 2008
Dia ini sebenarnya cewek "tanpa nama" kayak si ubur-ubur biru. Bahkan dia sama sekali bukan pelaku cerita dari media manapun! Si tanpa nama ini cuma gambar pemanis dari rubrik "Girl's Test" pada Majalah Girls terbitan Kompas Gramedia edisi 15 tahun 2008, bersama dua karakter cewek lainnya yang juga tidak diberi nama. Rubrik "Girl's Test" edisi kali ini tentang "Apakah Kamu Cewek Narsis?", jadi ada tiga karakter cewek sebagai ilustrasi dari rubrik ini :

Satu, karakter cewek narsis. Dua, karakter cewek yang mencintai diri sendiri tetapi masih batas wajar. Tiga dan terakhir, karakter cewek yang sebal dengan dirinya sendiri. Menurutku, karakter cewek yang mencintai diri sendiri ini punya outfit yang paling unik dan juga paling simpel.

Mereka bertiga nggak akan pernah tampil lagi di media manapun, kecuali aku gambar ulang mereka.

7. "Cewek Keren" - Majalah Girls Edisi 20 Tahun 2008
Ya, dia ini sama kasusnya kayak "cewek mencintai diri sendiri" tadi, nggak punya nama! Ilustratornya juga masih sama dengan karakter yang tadi. Karakter yang ini juga merupakan bagian dari ilustrasi untuk rubrik "Girl's Test" dari Majalah Girls edisi 20 tahun 2008, nggak jauh dari terbitnya edisi 15 tadi. Rubrik untuk edisi yang kali ini adalah "Seberapa Kerennya Kamu?".

Di sini tiga karakter cewek masing-masing mewakili cewek cupu, cewek keren, dan cewek biasa-biasa saja. Aku ingin cosplaying si cewek keren ini. Bukan karena predikatnya, tetapi masih soal outfit-nya yang dipakai. Dia ini nggak banyak warna yang dipakai, jadi tidak terlalu sulit untuk mencari warna item pakaian yang dibutuhkan.

Wednesday, January 18, 2023

Menjalani Hidup Fangirling dalam Berbagai Tipe Fangirl

Catatan 19 Januari 2023


Aku emang seorang fangirl, tetapi aku pernah menjadi tipe fangirl yang berbeda-beda selama hidup aku. Sebenarnya tipe ini tergantung dengan tokoh siapa dulu yang aku fangirling.

❤️‍🔥 Denial Fangirl

Artinya, seorang fangirl yang terus mengingkari atau menyangkal (denial) bahwa dia nge-fan terhadap artis atau tokoh fiksi. Secara IRL kelihatannya aja kayak yang B aja atau bahkan pura-pura benci, padahal sih cinta mati! Dalam kasus aku, aku selalu jadi seorang fan untuk tokoh fiksi karena aku entah kenapa nggak pernah bisa demen banget sama artis. Apabila aku tertarik dengan seleb yang real, kemungkinannya 99,9% itu cuma ikut-ikutan seseorang yang nggak mesti dia itu my love interest tapi orangnya cukup signifikan dalam hidupku. 

Waktu jaman SMP, sebenarnya udah ada benih-benih asmara dengan Dr. Heinz Doofenshmirtz, tapi aku selalu mengatainya sebagai tokoh kartun yang jelek, gak good-looking. Padahal sejak 2011 aja udah nyimpen beberapa gambarnya di komputer LCD sebelum jamannya smartphone. Tadinya aku emang hampir jadikan dia penggantinya Danny Phantom, akan tetapi mendadak jadi hater buat Heinz sejak insiden celana boxer corak Perry The Platypus itu. Bertahun-tahun lamanya ngerasa KZL dan ZBL dengan profesor jahat dari Phineas and Ferb itu, hingga diriku sendiri resmi sebagai fan pada September 2019.

Adegan ini nih yang dulunya bikin aku benci sama Heinz Doofenshmirtz!

Lama-kelamaan aku capek nyembunyiin fakta bahwa sebenarnya rasa tertarik kepada Doofenshmirtz itu memang ada. Mukanya itu nggak jelek-jelek amat, malahan nggak kayak wajah tokoh penjahat, yang selama ini bikin kesal itu adalah karena dia sering buka aurat. Jadinya mending ngaku aja kalo aku emang suka sama Doof. Itu adalah ketika aku kuliah semester 7 (tujuh), setelah hampir sepuluh tahun lamanya membenci tokoh itu karena kelakuannya, bukan sebab bentuk rupanya. 

Walaupun aku udah anggap Heinz alias Doof ini sebagai idolaku (tidak mengurangi rasa hormatku kepada junjungan nabi terakhir ya), tapi aku masih meragukan diriku punya rasa kepada Doof. Pasalnya, aku jarang banget minat buat bikin gambar fan art atau nulis fan fiction tentang Heinz Doofenshmirtz. 

❤️‍🔥 Collector Fangirl

Buat aku di tahun 2019 ke bawah, lebih tepat jika aku disebut "Collector Fangirl Wannabe", yang artinya "ingin menjadi fangirl yang merupakan seorang collector". Collector di sini artinya lebih sebagai pengoleksi, bukan semacam kolektor barang langka, merchandise apapun ya akan tetap dikoleksi. Sebelum menjadi fangirl untuk Heinz Doofenshmirtz (yang dulunya aku benci banget2), aku belum pernah mengoleksi buku, merch, novel, dan sebagainya dari tokoh kartun yang aku sukai. Karena, kebanyakan tokoh kartun idolaku itu obscure, kurang populer sehingga jarang ada merchandise-nya.

Dulu, saat aku menyukai Danny Phantom pada periode 2008-2012, aku ingin beli bonekanya dan segala merch lainnya. Sayangnya, jarang yang suka tokoh itu, padahal di negara asalnya (USA) itu kartun cukup populer. Di Indonesia cuma pernah terbit beberapa judul majalah anak-anak yang mengulas tentang serial kartun itu. Makanya di sini hampir nggak ada yang jual merchandise yang official.

Pada Agustus 2019, dari T***pedia aku beli ganci Danny Phantom tapinya fanmade, bukan asli dari Nickelodeon. Baru punya merchandise dari tokoh kartun manusia setengah hantu itu pas udah kuliah, padahal nge-fan itu pas SD kelas IV semester genap (2008) hingga SMP kelas IX semester ganjil (2012). Itu gantungan kunci bikinan sesama fangirl Danny Phantom dari Indonesia. Sebenarnya banyak juga mungkin fans lokal kartun itu, sayangnya kurang populer. 

Setelah empat tahun lebih masa "kejayaan" Danny Phantom (di hatiku) berakhir, aku mulai tertarik dengan Mr. Hyunh dari Hey Arnold pada Agustus 2015. Saat itu aku masih kelas XII SMA semester ganjil. Tiga tahun setelah jadi fangirl Mr. Hyunh, ketika aku udah masuk semester lima kuliah pada tahun 2018, aku beli novel Hey Arnold The Movie dari toko daring yang sama dengan ganci tadi. Karena Mr. Hyunh ini bukan tokoh utama dan hanya tokoh yang sesekali muncul, wayahna (Bahasa Sunda, artinya kurleb "apa boleh buat") jika kepopulerannya bernasib sama seperti ketika Danny Phantom bertahta di hatiku. 

Tidak bisa berharap banyak untuk mengoleksi banyak barang yang berhubungan dengan sang imigran dari Vietnam itu! Kecuali, aku bikin sendiri merch dari Mr. Hyunh semisal mug, Tote bag, dan sebagainya. 

Ternyata aku memiliki tokoh kesukaan terpendam yang lebih populer lagi daripada Danny Phantom, yaitu Dr. Doofenshmirtz! Aku nggak bisa menutup mata bahwa Doofenshmirtz dari Phineas and Ferb ini emang acara kartunnya beken, meski nggak nyampe level SpongeBob SquarePants. Lupakan dulu bagaimana bentukan mukanya, barang-barang mengenai Doof ini banyak yang jual dan relatif mudah untuk didapat! Bahkan majalah Phineas and Ferb belinya bukan di toko online T***pedia, tapi di supermarket salah satu mall di Kota Bandung! 

Beli majalah itu tuh pas tahun 2015, nggak jauh dari waktu aku mulai suka Mr. Hyunh.

Satu tahun dari suka Doof, aku nambah lagi tokoh kesukaan dari anime jadul Yatterman. Bukannya jatuh cintrong sama Gan Takada alias Yatterman-1 si main character, tapi malah sama Boyacky dari Dorombo Gang! Kok kebanyakan tokoh kesukaan aku itu yang antagonisnya, ya? Aku suka Boyacky sejak September 2020 dan beli figurinnya pas kira-kira Maret 2021.

❤️‍🔥 Fangirl Musiman

Tipe fangirling seperti ini juga aku pernah. Kira-kira sekitar Juli-Agustus 2019, sebelum suka Dr. Doofenshmirtz, aku pernah nge-fan Tony The Talking Clock dari animasi web Don't Hug Me I'm Scared (DHMIS). Orang yang cari tau soal dia pastinya bakalan kaget, "Lah, kok cinta sama jam?" Sebenarnya ini berkat satu fan art di mana dia humanized, alias diubah jadi manusia yang good-looking!

Tony The Talking Clock ini cuma muncul secara proper di episode 2 animasi tersebut, kemunculan pada episode lainnya hanya cameo. Animasi yang konspnya nyerempet "versi dark dari Sesame Street" itu juga hanya sedikit episodenya, total enam! Pas September 2022 lalu, animasi itu udah dibikin serial tevenya tapi hanya tayang di Inggris. Kayaknya Tony ini nggak bakalan muncul lagi, deh, makanya cepet bosen aku sama si tokoh itu.

Sebenarnya ini adalah catatan yang ditulis pada tanggal 1 November 2019 di buku, akan tetapi baru diketik sekarang untuk jadi postingan di blog. Seiring berjalannya waktu, pengalaman aku banyak berubah dan versi di sini nggak persis sama dengan catatan aslinya di buku.




Thursday, January 5, 2023

Aku Mengalami Mental Stunting Akibat Trauma di Kelas 5(?)

Catatan 6 Januari 2023

Happy Late New Year!

Nggak kerasa ya, udah hampir seminggu kita di tahun baru 2023 ini. Karena sekarang udah mulai skripsian, jadinya aku udah nggak terlalu aktif lagi di sini. Buntu ide aku tuh karena mikirin tugas kuliah! Namun, menjelang tidur atau ketika lagi rebahan, banyak pikiran yang muncul.

Rasanya sayang jika pikiranku itu hanya melayang tidak karuan. Akan jauh lebih baik jika jadi konten blog. Anehnya, pas begitu aku buka blog ini, eh malah menguap idenya. Tapi kalo pas gabut lagi, pasti penuh lagi kepalaku!

Belakangan kan lagi rame tuh istilah "stunting". Istilah tersebut ternyata ada saatnya bikin aku overthinking! 

Ini nih yang bikin aku terus overthinking: mental stunting! Yang bisa stunting bukan cuma tinggi badan aja, tapi juga mental. Jadi, mentalnya tidak ikut mendewasa bersama dengan tubuhnya. Ternyata aku ini penderita jenis yang kedua ini. 

Pas akhir Desember 2022 lalu, Mamah pernah bilang, "Kayaknya kamu itu mentally stunted di usia kelas V!"

Omongan ortuku itu ternyata matched dengan omongan adik aku yang besar!

Kalo versi dia, kayak gini :
"Teteh itu mentally stunted di sekitar periode 2008-2012!"

Perkataan adik terbesarku ini pernah aku ceritain di postingan aku yang ini.

Pada tahun 2008 itu, aku naik ke kelas lima. Jadi omongan mereka berdua itu cocok. Kira-kira beberapa hari setelah Mamah ngomong itu, aku cari tau apa sih penyebabnya mental stunting itu? Baru searching sebentar, udah ketemu sekitar tiga artikel tentang kelainan psikologis itu.

Hampir semua artikel yang ditemukan itu, mengaitkannya dengan trauma yang dialami oleh penderita.

Menurut beberapa artikel yang ketemu itu tadi, kelainan psikologis ini menahan mental penderitanya di masa ketika dia mengalami sebuah trauma. Jika mental aku ini seperti anak kelas V, padahal aku ketika menulis ini sudah berumur duapuluh lima, berarti ada kemungkinan mengalami sebuah trauma ketika aku duduk di kelas tersebut. Pada saat-saat itu, memang banyak terjadi hal yang luar biasa, tetapi masih tidak yakin apa yang membuatku trauma. Curiganya sih, soal Insiden Kelinci yang memang terjadi pada tahun kelimaku di SD, tapi nggak berani deh cerita soal kecurigaan ini ke Mamah karena belum pasti kebenarannya.

Juga, aku takut malah jadi seperti yang menyalahkan almarhum Papah, padahal emang akunya yang salah. Terlepas dari siapapun yang berbuat kesalahan pada insiden tersebut, waktu terjadinya memang di saat aku hampir dua bulan menjadi siswi kelas lima. Supaya lebih yakin apa kejadian yang bikin aku mengalami stunting secara mental, sebaiknya langsung ke psikiater saja. Karena, pengalamanku ke psikolog belum terlalu kelihatan hasilnya.

Menurut Mamah, bisa juga bukan karena peristiwa traumatis, tapi peristiwa luar biasa lainnya. Misalnya, pengalamanku merasakan first crush. Memang, tahun itu aku baru pertama kalinya merhatiin cowok, yang sayangnya doi ini tukang bully. Namun, perasaan itu nggak langsung ada saat itu juga, karena baru muncul pas kami udah pisah kelas di tahun berikutnya di Sekolah Dasar.

Setahun sebelum aku jadi murid kelas lima, aku ini di-bully intens sama classmate Nadia Regyna Nusivera! Valid no debat bahwa pengalaman menjadi korban bullying ini pastinya termasuk dalam kategori peristiwa traumatis! Nadia ini emang jahatnya nggak ada lawan, baik dari sekolah jaman SD maupun tingkat-tingkat selanjutnya. Namun, masih belum dapat dipastikan pula bahwa memang dia the true culprit dari soal mental stunting aku ini.

Lantas, bagaimana cara mengatasinya? Kuharap sebelum berobat ke tenaga ahli, aku sudah bisa mengobati diriku sendiri. Nanti aku baca-baca lagi deh artikel yang muncul di Mbah Google. Waktu itu bacanya belum tuntas karena lagi nungguin hasil ngeprint tugas poster di percetakan. 

Semoga di tahun baru ini lebih glowing up, terutama secara mental.


Saturday, November 12, 2022

Common Sense, Kadang Hanya Berpusat Pada "Common" Saja

Catatan 12 November 2022

Di Hari Ayah ini, aku kepikiran buat nulis lagi surat imajiner buat almarhum Papah. Apalagi di hari ini aku dapet insight baru mengenai akal sehat alias "common sense". Trus, juga mau bedah lagi nich tentang film Tarzan yang emang ada kaitannya dengan keayahan. Antara insight barusan dengan film itu, ternyata ada benang merahnya. 

Akal sehat, logika, atau common sense, rupanya artinya kadang "cuma" sesuatu yang berlaku umum di masyarakat, tidak peduli itu baik atau buruk. Namanya juga common, artinya "umum atau biasa". 

Tadi siang, aku sempat curhat soal insiden kelinci dengan teman-teman kampus dari organisasi keagamaan (untungnya mereka nggak ngetawain samsek!), dari sanalah aku mendapatkan insight soal akal sehat ini. Sepertinya ini akan menjadi unpopular opinion, tapi cukup mengagetkan : common sense itu tidak harus selalu baik, asal normal saja di masyarakat!

"Kakak (itu panggilan mereka buat aku karena aku kakak tingkat mereka) itu nggak bisa maksa orang buat selalu peduli dengan hewan. Karena kelinci peliharaan itu kan tanggung jawabnya Kakak," ujar satu teman.

"Memang begitu sih kalau menurut akal sehat," timpal satu teman yang lainnya.

"Kakak juga tidak bisa mengajak semua orang untuk merasakan kehilangan atas kelinci itu, karena tidak semua orang adalah pecinta binatang," tambah teman yang tadi pertama bicara.

Ya, memang benar, kita tidak dapat memaksakan perasaan orang lain. Tetapi, bukan itu inti permasalahannya. Bagiku percuma, tidak ada gunanya, jika akhirnya semua orang di keluargaku menangisi kepergian kelinciku itu. Karena, yang jadi masalah sebenarnya adalah ketiadaan rasa peduli akan makhluk hidup yang selain sesama manusia sejak awal, sebelum dia mati.

Sebenarnya, penyebab utamanya insiden kelinci itu adalah karena aku kecewa semua orang di rumah tidak ada yang peduli untuk memasukkan kembali kelinciku itu ke kandangnya, sehingga pada saat sahur dia sudah dikabarkan mati. Menurut akal sehat (setidaknya yang berlaku di Indonesia, entah belahan dunia yang lainnya), hewan peliharaan hanya tanggung jawab bagi si pemiliknya dan orang-orang di luar itu, mereka tidak wajib untuk memberinya kenyamanan. Jadi misalnya kita menemukan kucing liar di jalanan yang kehujanan, kita biarkan saja karena dia bukan milik kita? Geez, ternyata sesuatu yang katanya sesuai dengan akal sehat itu, kadang bisa jadi membuat manusia menjadi kejam dengan makhluk lainnya tanpa disengaja.

Menurut mereka, karena tidak semua orang adalah pecinta hewan, mereka pun tidak peduli dengan keadaan kelinci tersebut. Bagiku, itu adalah dark side dari common sense yang berlaku di Indonesia, bahkan mungkin masih berlaku sama di bagian dunia yang lain. Para pecinta hewan malah menyayangi hewan seperti kepada keluarga sendiri, nah tingkah mereka ini seringkali dianggap absurd oleh orang-oranv yang berada di luar kelompok tersebut. Aku jadi bertanya-tanya, apakah tidak ada kelompok orang yang berada di tengah: bukan pecinta hewan, tetapi mereka tetap menyayanginya dan memberikan perlakuan layak seperti kepada sesama manusia? 

Bagi orang luar, terutama orang Jepang, mereka tidak memisahkan antara manusia dan hewan. Tachibana Higuchi, seorang Mangaka (bahkan kata orang kita sih "mau-maunya") pakai ikon babi untuk mewakili dirinya di komik yang beliau tulis. Pada bab awal novel "Convenience Store Woman", diceritakan bahwa ketika seekor burung mati, semua orang di sana bersedih. Mereka sedih tanpa diarahkan atau dimulai oleh seseorang, itu artinya mereka semua telah otomatis menaruh perhatian yang sama antara dengan sesama manusia dan hewan, sayangnya tokoh utama novel tersebut malah "lempeng-lempeng" aja.

Kalau saja orang lokal di Indonesia yang bersikap seperti itu, pastinya dianggap wajar, tetapi di sini dia justru dipandang aneh dan tidak berperasaan. Dalam novel tersebut, tokoh utamanya dianggap aneh karena alasan yang kontras : dia tidak ikut bersedih karena burung itu dan malah berpikir untuk menjadikannya karaage (sejenis makanan Jepang yang terbuat dari daging unggas, biasanya ayam dan diberi tepung krispi). Semua orang terkaget dan memandang aneh kepadanya, karena dianggap tidak memiliki empati, padahal "hanya" seekor burung! 

Coba bayangkan si tokoh tersebut adalah orang Indonesia, paling-paling hanya dianggap jorok saja (karena burung itu sudah menjadi bangkai) dan tidak akan segitunya membuat tercengang orang-orang. Justru, perlakuan orang sonoh yang semuanya menangisi kematian burung itu, malah dianggap keluar dari logika/akal sehat oleh masyarakat lokal sini. 

See? Sesuatu yang disebut dengan common sense itu bisa jadi hanya masuk akal bagi masyarakat tertentu saja. Hanya umum/common di daerah tertentu saja. Hanya terasa tidak logis jika terjadi perbedaan pemikiran saja.

Oleh teman-teman tadi, aku dianggap menyetarakan adikku sendiri dengan hewan peliharaan. Untuk budaya negara sini, menganggap manusia, apalagi anggota keluarga, setara dengan hewan itu menghinakan. Akan tetapi, di negara lagi-lagi Jepang, terkadang memang kasih sayang kepada anggota keluarga dengan hewan peliharaan itu memang sama besarnya. Satu cerita pendek di manga "Honey Rabbit" karya Souta Kuwahara, bahkan mengisahkan seorang ibu muda yang kehilangan anak lelakinya yang masih kecil, lalu memelihara beberapa ekor kelinci sebagai anggota keluarganya sendiri, tentu saja kedudukan mendiang tidak tergeser oleh hewan-hewan tersebut.


Friday, November 11, 2022

Mulai Cari Item Pakaian buat Cosplay Jadi Candace Flynn

Catatan 12 November 2022

Selain Adyson Sweetwater, aku juga tertarik buat cosplay Candace Flynn buat tokoh yang dari Phineas and Ferb! Masih sama seperti tokoh yang tadi pertama disebut, untuk kasus Candace juga aku malah lebih pengen pake outfit yang di luar main attire-nya. 

Thursday, November 10, 2022

Selangkah Lagi Menuju Tampil ala Adyson Sweetwater dalam Outfit Disko

Catatan 11 November 2022

Baru aja kemarin crop top putih lengan panjang lonceng diceritain lagi OTW, ternyata nggak lama kemudian langsung deh kedengeran "Paket!" pas sorenya. Sayangnya, scarf kuning kunyit dan biru elektrik (warna ini sebenarnya terlalu gelap buat sabuknya Adyson anggota Fireside Girls), juga yang hijau botol buat cosplay jadi Candace di satu momen episode, malah kena cancel otomatis dari matketplace! Kata seller nya sih karena nggak ada kurir yang ngambil paketnya. Begitu kena cancel kemarin, yodah order lagi deh. 

Walaupun ada insiden begitu, rasanya tetep seneng banget karena atasan lengan lonceng kayak punyanya Adyson dari episode "Put That Putter Away" akhirnya datang juga, setelah sekian lamanya kulakukan pencarian atas item tersebut! Ini bukan sepenuhnya lebay mode on, karena pada kenyataannya emang lumayan sulit buat ketemu crop top lengan panjang yang ujungnya longgar! Kebanyakan lengannya ketat-ketat atau berupa manset. Udah selangkah lebih maju dari bulan lalu untuk tampil ala Adyson Sweetwater dari Phineas and Ferb!

Pengaruh Karakter Anime dan Animasi Barat pada Karakter Ciptaanku

Catatan Minggu, 24 November 2024 Karakter dengan kekuatan es selalu menarik perhatianku. Ada sesuatu yang luar biasa tentang bagaimana eleme...