Sunday, July 10, 2022

Milad Paling Memorable

Catatan 10 Juli 2022

Selamat Hari Raya Idul Adha 1443 H!

Meski ditulis pada hari Idul Adha, malahan di sini aku akan menulis tentang hari ultahku yang paling memorable. Seumur hidupku, hari ulangtahunku (yang juga bersamaan dengan ultahnya adikku yang besar Irsyad) selalu dirayakan dengan sederhana, tidak meriah. Meski hanya dihadiri oleh beberapa orang teman dan saudara kami, tetap saja masih dapat menyisakan kesan yang mendalam. Berkesan itu tidak harus mewah, karena dengan terkabulkan keinginan kita di waktu yang tepat saja itu sudah terasa sangat nikmat.

Dari duapuluh empat kali hari ulangtahunku setelah tahun 2021 lalu, menurutku yang paling memorable (urutan pertama) adalah ultah yang kesebelas pada tahun 2008. Karena, tas Minmie (yang pada tahun 2007-2009 sedang booming atau happening) yang kuidamkan selama berbulan-bulan akhirnya kudapatkan juga pada hari itu! Tas impianku  yang dibelikan ortu itu warnanya pink cerah, kira-kira seperti foto di bawah ini. Sayangnya, saat itu model tas yang kupilih kurang tepat, karena berbentuk Tote bag bikin bahu cepat pegal sebelah, semestinya untuk membawa buku-buku pelajaran ke sekolah lebih cocok menggunakan model tas selempang, lagi-lagi mirip yang dicontohkan foto berikut ini.

Warna latar dan rambut Minmie dari tas milikku itu agak berbeda dari foto di sini. Pada foto di atas, warna latarnya putih, sedangkan tasku saat itu berlatar pink pucat. Rambut Minmie di atas berwarna senada dengan tasnya, sedangkan penampilan doi pada tas yang menjadi hadiah ultahku itu warna rambutnya normal/alamiah saja yaitu coklat muda. Selain dua hal tadi, secara keseluruhan warna tasku itu tidak ada perbedaan dengan foto di atas. Tidak kutemukan seri atau model tas yang sama persis dengan milikku dahulu, sehingga kupilih yang paling banyak miripnya.

Nah, kira-kira seperti ini model dan warna yang lebih mendekati tas yang dulu menjadi impianku itu. Namun, tetap saja masih berbeda dengan model tas yang berhasil kuboyong pulang dari toko buku Gr*m*dia BSM (sekarang TSM) itu, karena warna rambutnya Minmie yang belum berwarna coklat natural. Ah, sudahlah, yang penting you got the idea dengan bentukan tasnya, bukan?

Dua teman kami yang merupakan tetangga kami, yaitu Risa dan Andika, memberikan hadiah yang sederhana namun sangat menimbulkan kesan yang mengharukan. Risa menghadiahkan kami satu toples kecil permen salut gula berwarna-warni berbentuk bola-bola kecil yang rasanya asam, tetapi ini berbeda dengan permen Y*pi karena teksturnya tidak kenyal. Sayangnya, permen tersebut tidak bermerek, sehingga fotonya tidak dapat kutampilkan di sini. Kemudian, Andika di hari yang sama mempersembahkan satu bungkus permen yang lumayan unik bermerek "Bontea" seperti foto di bawah ini, permen ini adalah permen rasa teh dengan bagian tengah yang diisi semacam krim berasa asam manis.

Terdapat tiga varian rasa, yaitu original, lemon, dan apel. Aku lupa-lupa ingat dengan varian rasa yang diberikan oleh salah satu teman kami itu, yang jelas dia hanya memberikan satu varian rasa saja. Seingatku, aku dan adik terbesarku itu antara menerima rasa permen yang pertama atau yang kedua. Karena gagalnya diriku mengingat tepatnya varian rasa permen yang kami dapatkan, kutampilkan saja foto yang menjajarkan ketiga variannya.

Bagaimana, sederhana bukan hari ulang tahunnya? Tetap saja rasanya begitu berkesan, justru sepertinya aku tidak akan nyaman jika harus mengadakan pesta yang meriah. Masih ada lagi kisah mengesankan lainnya yang terjadi pada hari ketika usiaku bertambah dan jatah umurku berkurang. Bukan hanya ulang tahun yang kesebelas saja yang meninggalkan kesan mendalam bagi saya, lho!

Kita maju ke hari ulangtahunku yang berada di urutan selanjutnya untuk kategori "memorable", yaitu urutan kedua. Milad yang menempati urutan kedua paling berkesan ini justru mundur empat tahun dari cerita hari miladku yang tadi berada di urutan pertama. Jika ultah yang paling berkesan tadi adalah ultahku yang ke-11, berarti kita menuju empat tahun sebelumnya. Ya, ulangtahunku yang ketujuh adalah ultah yang paling unforgettable setelah ultah yang kesebelas!

Pada pertengahan tahun 2004, saat aku dan keluargaku transit di bandara di Bangkok, Thailand, ketika akan pergi ke Yordania, aku menemukan banyak boneka Powerpuff Girls. Saat itu aku lagi demen-demennya dengan kartun ketiga superhero gadis cilik itu. Karena kami khawatir tertinggal pesawat berikutnya yang akan membawa kami ke satu negara di Timteng itu, alhasil ortuku tidak sempat untuk membelinya. Kira-kira tiga bulan kemudian, di tahun yang masih sama, saat aku ultah yang ke-7, kami berbelanja hadiah yang kami inginkan di Supermarket Giant di Pasteur, Bandung dan aku menemukan sebuah boneka Buttercup, salah satu member dari Powerpuff Girls tadi!

Jika sedang di dalam negeri, waktunya jadi jauh lebih lowong. Alhamdulillah, akhirnya bisa juga boneka tokoh kartun kesayanganku saat itu terbeli. Mana sebagai hadiah ulang tahun, pula! Untungnya itu boneka terus awet hingga kini.

Sudah kira-kira tiga kali keinginanku tertunda lalu terkabul di saat yang lebih tepat, yaitu terkabul sebagai hadiah milad di tahun yang sama dengan mulainya aku menginginkan barang itu. Lalu, ultahku yang paling berkesan yang mendapatkan peringkat atau ranking ketiga, apakah ada? Pastilah ada meski tetap saja miladku ini sederhana saja. Bahkan masih tanpa pesta sama sekali.

Urutan ketiga dari miladku yang paling berkesan ialah milad yang terakhir ketika catatan ini ditulis, yaitu milad yang ke-24! Di usia remajaku nyaris tidak ada milad yang berkesan, karena tiga tahun pertamaku sebagai remaja keuangannya sedang surut. Lalu tiga tahun selanjutnya dan terakhir di usia remajaku dihabiskan di pondok. Tetapi justru di usia dewasa baru mulai lagi terasa memorable. 

Sejak resmi menjadi seorang fan (yang tadinya aku adalah hater) dari Heinz Doofenshmirtz pada akhir tahun 2019, aku sudah menginginkan dua action figure tokoh bermuka jelek tersebut.  Dari foto-foto yang kulihat di Google, kelihatannya hanya bisa kudapatkan dari luar negeri. Jika dijual di toko lokal, biasanya hanya toko mainan impor yang menjualnya, pasti harganya mihil bingits


Saturday, July 9, 2022

Mewujudkan Game PC Tentang Bowling Menjadi Nyata!

Catatan 9 Juli 2022

Di saat aku berencana membeli satu set pin bowling aneka hewan itu, otakku memberikan sebuah alternatif rencana. Sempat kepikiran ingin bermain bowling secara live karena salah satu game PC kesukaanku adalah Gutterball dan terutama sekuelnya. Hanya saja, di Bandung kota tempatku tinggal sudah tidak ada lagi arena untuk melakukan olahraga seperti itu. Lalu ideku yang muncul untungnya menghasilkan sebuah solusi yang brilian.

Buat yang sudah familiar dengan GameHouse, yaitu koleksi game PC legendaris, mungkin saja sudah pernah mendengar tentang Gutterball dan sekuelnya. Atau, bahkan mungkin sudah sering memainkannya? Sayangnya, tidak semua game yang termasuk dalam brand GameHouse itu terkenal atau banyak dikenal orang. Tenang, aku punya cara sendiri untuk mempromosikan Gutterball agar lebih banyak lagi dikenal gamers!

Bagaimana jika aku membuat sendiri game Gutterball secara live? Itu bisa kulakukan di rumah saja! Kalau harga satu set pin bowling standar sih justru sangat ramah di dompet, bahkan tidak sampai seratus ribuan. Jadi, rencanaku adalah membeli pin bowling standar, lalu dicat dan dilukis menyesuaikan dengan warna dan corak dari pin dalam game tersebut.

Aku lebih suka Gutterball II ketimbang game pendahulunya, karena keseluruhan isi game yang sekuel itu lebih memorable. Jadi, aku akan lebih dahulu mereproduksi pin-pin dari game yang kedua ini untuk dimainkan secara live. Terdapat lima tempat yang berbeda untuk game sekuel ini, yaitu Retro Alley, Lotus Lane, Wacky House, Jungle Alley, dan Iceberg Alley. Nantinya ketika sudah jadi pin bowling ala Gutterball II ini, akan kujadikan konten video ketika pin itu kumainkan dan outfits-nya nanti akan menyesuaikan dengan pin bowling dari masing-masing daerah.

Retro Alley, tempat/daerah yang mirip seperti tempat bermain bowling reguler, standar, atau normal. Tempat ini adalah satu dari (anggap saja) dua daerah di mana permainan dilakukan secara indoor (dalam ruangan), karena jelas konsep tempat ini meniru arena bowling normal yang memang ketentuannya permainan ini dilakukan di dalam ruangan. Terdapat tiga Lane atau jalur.

Warna pin : putih berleher merah standar dengan logo Skunk Studio, perusahaan pembuat game ini.

Lotus Lane, tempat/daerah bernuansa Oriental atau Asia Timur. Mayoritas tempat dalam game ini dilakukan secara outdoor alias di luar ruangan, berbeda dengan permainan bowling pada umumnya. Tempat ini termasuk ke dalam arena outdoor, karena kita bermain dikelilingi oleh kolam dan di atas Lane yang terbuat dari lantai kayu, terbentang sebuah jembatan. Kesepuluh pinnya tersusun rapi dalam suatu rumah atau istana di depan pintu masuknya. Pada kesempatan tertentu, gong di belakang pin akan terpukul oleh bola dan menimbulkan bunyi.

Warna pin : seluruhnya merah cerah khas Oriental dengan kaligrafi Tiongkok hitam bergaris batas emas.

Jungle Alley, tempat/daerah dengan suasana hutan (jungle). Dari namanya, sudah dapat dipastikan bahwa arena ini adalah arena kedua yang termasuk ke dalam kategori arena outdoor. Meski tempatnya di dalam hutan, daerah ini memiliki bangunan berbentuk kepala gajah dari susunan bata berwarna abu-abu dengan warna gradasi yang berbeda-beda untuk menjadi tempat untuk kesepuluh pin dan juga Lane dari paving block yang dikelilingi oleh parit yang sempit.

Warna pin : corak tiruan bentuk bata dengan gradasi warna abu-abu yang berbeda-beda. Sepertinya pin dari daerah ini akan menjadi pin yang paling sulit untuk digambar atau dicat ulang secara nyata! Karena, corak bata-bata harus digambar satu persatu dan diwarnai dengan gradasi warna abu-abu yang berbeda antara satu "bata" dengan lainnya.

Wacky House : tempat/daerah yang kurang jelas pengkategoriannya, apakah dimasukkan ke dalam kategori indoor atau outdoor, tetapi asumsikan saja bahwa arena ini adalah di dalam ruangan, yang berarti permainan dikategorikan ke dalam kategori yang pertama. Tempat ini memiliki tiga Lane atau jalur, satu jalur kuning yang merupakan jalur utama dan dua jalur biru yang masing-masing melewati bagian atas dan bawah dari jalur yang utama. Sebenarnya jumlah jalur yang dimiliki tempat ini sama saja seperti Retro Alley, hanya saja arena Wacky Alley ini satu-satunya tempat di mana jalurnya memotong atau dipotong jalur lainnya. Pin dalam tempat ini ibarat dari gigi bawah untuk sebuah pin bowling raksasa yang dimanusiakan dengan lidah terjulur dan kedua lengan terangkat.

Iceberg Alley : tempat/daerah yang mengambil setting di daerah kutub, dengan keseluruhan arena terbuat dari bongkahan es. Terdapat patung naga raksasa dari es dengan warna yang lebih biru atau lebih tua daripada lingkungan sekitarnya. Patung naga tersebut adalah untuk menyimpan pin dengan warna yang kontras dengan lingkungan daerah ini. Daerah ini diasumsikan terletak di Kutub Utara, dinilai dari lingkungan sekitarnya yang berupa beberapa bongkahan es raksasa yang patah dan jarak antara patahan-patahan tersebut diisi oleh air laut (Kutub Utara adalah lautan yang membeku, sebaliknya Kutub Selatan barulah berupa satu daratan). Jalur untuk arena ini berkelok-kelok, dikarenakan terbuat dari material bongkahan es sama seperti sekitarnya.

Warna pin : merah menyala, kontras dengan arena ini yang merupakan daerah bersalju yang didominasi warna putih dan biru. Warna merah untuk pin ini agak berbeda dengan warnanya pin dari Lotus Lane.

Friday, July 8, 2022

Kapoknya Aku Menjadi Hater

Catatan 8 Juli 2022

Pada tanggal 7 kemarin, warga Twitter (dan juga TikTok, yang aku udah lama gak main) dihebohkan oleh sebuah video tentang seorang lelaki muda yang berpura-pura berkurban dengan memotong kepala standee seorang idol dari Korea Selatan. Awalnya aku merasa hanya heran dengan sebuah keisengan yang dilakukan oleh pemuda tersebut. Setelah banyak membaca komentar balasan dari videonya, seketika isi pikiranku melesat menuju memori tentang satu fase dalam kehidupanku sebagai pra-remaja dulu. Jika menemukan topik tentang orang yang melecehkan sesuatu, misalnya artis atau seleb yang dia tidak nge-fan, saat itu juga pernah kulakukan hal yang serupa.

Ketika permulaan tahun ajaran baru sebagai kelas V SD, aku pernah menjadi hater bagi Cosmo, si peri hijau. Buat yang tahu kartun tentang peri-peri berjudul "The Fairly Odd Parents", pastinya sudah tidak asing lagi dengan satu dari dua peri sebagai tokoh utamanya. Masing-masing dari mereka adalah peri hijau bernama Cosmo tadi dan peri pink bernama Wanda. Hal yang menjadi penyebab kebencianku kepada tokoh yang pertama kusebutkan karena sifatnya itu bego gak ada obat, tapinya kok lebih populer daripada Danny Phantom yang jelas-jelas gagah berani?

Cosmo si peri bertema warna hijau yang sering bersikap konyol dan blo'on


Orang-orang di sekitar aku (entah kalau di LN), biasanya lebih familiar dengan kartun peri itu ketimbang Danny Phantom! Bahkan ada satu teman cewekku di kelas saat itu yang mengiraku salah menyebut nama acara kartunnya. Padahal, Danny ini berasal dari acara kartun yang terpisah, maklum artstyle-nya hampir sama karena penciptanya juga orang yang sama! Fakta ini menyebabkanku bertambah benci kepada Cosmo, karena (aku benci mengakuinya) dia boleh dibilang mirip versi Chibi dari Danny Phantom, hanya saja rambutnya hijau dan bukannya putih.

Sebagai anak yang hobinya menorehkan isi pikiran di buku, saat itu mulai berusia pra-remaja, kutulis sebanyak-banyaknya umpatan kepada Cosmo. Aku banyak menulis lettering yang mengatakannya sebagai "bodoh", "jelek", "geuleuh" (Bahasa Sunda, artinya 'menjijikkan'), "gila", dan sebagainya. Gaya lettering tersebut mengikuti aneka grafitti yang sering kulihat di perjalanan, terutama di sekitar gedung Danareksa, Bandung. Anehnya, banyak saja pasang mata di kelasku yang kepo, terutama dari kalangan anak Ikhwan, dengan buku corat-coretku itu! 

Untungnya, mereka berinisiatif untuk melaporkan isi buku itu kepada wali kelas kami yang masih baru, meski jujur perasaanku sedih ketika buku corat-coret tersebut disita oleh beliau karena banyak perkataan yang kasar di dalamnya. Dengan kejadian seperti itu, aku bersyukur karena pengalaman ini mengajariku untuk menge-rem tulisanku, meskipun ditujukan untuk sebuah karakter kartun yang tidak nyata dan juga tidak hidup. Peristiwa itu terjadi pada pertengahan tahun 2008, sekali lagi syukur ini kuucapkan karena tahun tersebut internet dan media sosial belum terlalu merakyat. Sehingga, kebencianku terhadap sang peri mungil hijau yang pada-kenyataannya-memang-konyol itu tidak sampai meluas ke ranah publik. 

Hanya sebatas coretan-coretan di buku tulis bekas tahun ajaran sebelumnya saja sudah memancing banyak cemoohan dari kaum lelaki di kelasku, apalagi jika sampai terlontar di dunia maya alias dumay? Sering aku miris membaca banyak ketikan jahat haters di media sosial yang tanpa beban menghujat berbagai artis atau idol dengan brutal, yang sebenarnya tokoh-tokoh itu tidak bersalah. Nah, peristiwa pemotongan standee seorang idol dari Korsel tadi itu bisa jadi dilakukan oleh seseorang yang tidak puas lagi hanya dengan melempar hujatan kepada sang idol. Terbongkarnya isi buku corat-coret milikku pada tahun kelima Sekolah Dasar itu menyelamatkanku dari melakukan perbuatan-perbuatan seperti contoh barusan yang menebarkan kebencian, malah akan lebih bahaya jika sasarannya adalah para idol yang nyata!

Akhirnya aku berhenti membenci Cosmo dan memilih untuk menerima bahwa doi ini memang faktanya lebih digemari oleh masyarakat daripada Danny Phantom yang heroik.


Pin Bowling yang Imut dan Lucu

Catatan 8 Juli 2022

Pada awal bulan Juni lalu, tetiba saja teringat dengan sebuah foto satu set pin untuk bermain bowling pada sebuah brosur dari bank. Random sekali deh ingatanku itu, padahal tidak dipicu oleh apapun yang sedang kulihat. Ingatanku itu terpicu hanya ketika aku sedang berbaring di atas kasurku di kamar ketika akan tidur. Padahal saat itu hanya dinding kamarku saja yang kulihat, tetapi membuat ingatanku akan pin bowling itu muncul kembali. 
Padahal sudah hampir empat belas tahun yang lalu benda tersebut kulihat dan hanya satu kali saja aku melihatnya. Namun, entah mengapa satu jenis peralatan olahraga mainan itu begitu tertancap dalam ingatanku, foto produk tersebut kulihat ketika akan naik ke kelas V SD pada pertengahan tahun 2008! Sebagai anak desain komunikasi visual, salah satu hal yang pernah kupelajari adalah penampilan dari suatu produk haruslah memorable, artinya mudah untuk diingat. Berarti, produsen dari satu set pin bowling untuk anak-anak itu telah berhasil dalam menciptakan produk mereka.

Fakta menarik dan unik tentang pin bowling yang kulihat di brosur dari bank ini, bukanlah pin biasa yang hanya didominasi warna putih polos dengan garis merah yang melingkari "lehernya". Kemungkinan pihak bank yang menerbitkan brosur tersebut sedang mengadakan promo untuk produk pin bowling tersebut. Bentuk dan warna dari masing-masing pin dalam satu set beraneka macamnya untuk produk yang satu ini, ada yang biru, kuning, merah, dan warna-warna cerah lainnya. Pin bowling ini berbentuk aneka hewan, oleh karena itu bentuk dan warnanya berbeda-beda meski masih dalam satu set, kesamaan mereka semua hanya dalam ukuran saja. 
Kucoba untuk mencarinya di sebuah toko daring, ternyata harganya selangit, hanya untuk satu set plus bolanya! Tidak mengherankan apabila produk semacam itu sampai diberlakukan promo oleh suatu perusahaan bank! Kalau saja harganya ramah di dompet, akan kubeli meskipun itu untuk konsumsi anak-anak. Lumayan sebagai dekorasi kamarku.

Mengapa tidak membuat sendiri satu set pin bowling aneka binatang seperti yang tadi kucari? Walaupun jelas desainnya lebih lucu dan imut, dibuatnya pasti akan lebih susah! Harus dilukis satu persatu, karena seperti yang tadi kubilang, desainnya berbeda antara satu dengan lainnya meski semuanya termasuk dalam satu set yang sama. Sedangkan pin bowling dalam game Gutterball justru semuanya seragam, baik bentuk, corak, maupun warnanya. 


Wednesday, July 6, 2022

Semoga Konsisten Menulis di Blog Selama Setahun!

Catatan 6 Juli 2022

Sebenarnya jarang aku bisa konsisten menghasilkan karya lewat hobiku, baik itu menulis atau menggambar. Karena sedang diserang art block dan justru sedang mood untuk menulis sebanyak-banyaknya, setidaknya aku konsisten dulu dengan mengisi blog. Walaupun topik tulisannya itu-itu saja, minimal blog aku berjalan atau hidup, tidak mandeg. Bahkan tahun ini saja blog tersebut sempat mandeg selama tiga bulan lamanya setelah aku banyak aktif mengisi di bulan Februari lalu tahun ini.

Pada bulan Januari lalu, blog pribadiku sempat terbengkalai karena aku mulai sibuk dengan pekerjaanku yang paling pertama. Bulan selanjutnya yaitu Februari, aku berhenti untuk berkonsentrasi memulai semester baru genap perkuliahan. Terdapat libur sekitar dua mingguan sejak UAS semester ganjil hingga dimulainya semester genap, di situlah aku menengok kembali blog pribadi yang sudah kurintis sejak Oktober 2019 lalu. Pada bulan kedua dari satu tahun ini, cukup banyak postingan yang telah terkirimkan.

Sayangnya, ketika perkuliahan dimulai pada sekitar akhir bulan Februari, aku kembali dilanda writer's block atau rasa malas untuk menulis/mengetik. Ditambah aku harus lebih fokus dengan tugas kuliah semester genap ini yang seluruh mata kuliahnya adalah praktik, berbeda dengan pada semester ganjil sebelumnya yang masih terdapat mata kuliah teori. Itulah sebabnya tidak ada postingan sama sekali pada bulan Maret, April, dan Mei lalu tahun 2022 ini. Namun, aku juga menyadari bahwa ketika mengerjakan tugas-tugas itu juga seringkali pikiranku dipenuhi oleh banyak pikiran yang tidak perlu.

Karena saking jarangnya aktif di blog, sampai-sampai aku pernah menghapus atau men-delete aplikasi untuk blogging di ponsel pintarku. Aplikasi tersebut sebenarnya kuhapus lantaran memori ponselku sudah penuh sehingga memberatkan kinerjanya. Lalu, pada suatu hari di akhir bulan Juni, ketika banyak pikiranku yang menghambatku mengerjakan tugas-tugas kuliahku, aku memerlukan lagi kegiatan mengisi blog. Benar saja, setelah kutuangkan isi pikiranku menjadi sebuah post di blog pribadi, kepalaku mulai ringan dan lebih lancar untuk "nugas".

Kuharap mulai bulan Juni lalu hingga Desember nanti, selama tahun 2022 ini aku terus konsisten mengisi blog. Minimal hanya satu postingan untuk satu bulan jika sedang malas-malasnya menulis. Tidak boleh lagi ada bulan yang sama sekali tanpa postingan. Fungsi blogging ini sebenarnya mirip dengan surat imajiner, yaitu membasmi overthinking.

Kegiatan nge-blog ini bukan hanya ditargetkan hingga tahun 2022 ini berakhir saja, tetapi targetkan hingga satu tahun dari mulai aktifnya kembali blog tersebut. Blog pribadi ini mulai aktif kembali sejak bulan Juni lalu, artinya jika selama setahun selalu diisi, targetnya hingga bulan Juni 2023 mendatang. Jika setiap hari sudah konsisten menulis di blog, semoga bukan hal yang sulit untuk melanjutkannya hingga tahun depan. Dengan konsisten mengisinya, semoga saja akan terjadi sebuah hal yang mengejutkan menantiku.

Tuesday, July 5, 2022

Jangan Terburu-buru Menyimpulkan!

Catatan 5 Juli 2022

Berhubung perbedaan sudut pandangnya aku ini agak lain atau malah kadang beda jauh dengan orang-orang, jadinya seringkali butuh waktu lama buat paham letak kesalahanku pada banyak kasus. Aku sudah sangsi sejak berhari-hari yang lalu jika menuliskan tentang Insiden Kelinci itu, khawatir orang yang membacanya malah bosan. Kuakui sih, aku memang memiliki semacam obsesi non-kesukaan akan peristiwa itu. Namun, hal yang menyebabkan obsesi itu tumbuh adalah karena banyak sekali hal luar biasa yang terjadi dalam hidupku setelahnya.

Insiden Kelinci itu sendiri memang kejadian yang luar biasa, dalam artian "terlalu tidak umum". Oleh karena itu, selama bertahun-tahun lumayan sulit untuk memahami apa yang menjadi kesalahanku jika bertanya seperti pada kejadian itu. Pada salah satu hasil screenshot di atas, tertulis banyak cara untuk "self-reward". Cara yang menurutku paling "ngena" adalah kalimat yang terakhir, yaitu "Don't trust your first conclusion".

Kalimat terakhir tadi itu jika diartikan kata perkata adalah "Jangan memercayai kesimpulanmu yang pertama." Tetapi, terjemahan yang lebih terasa enakan kira-kira adalah "Jangan langsung percaya dengan kesimpulan yang pertama muncul di kepalamu" atau lebih singkatnya, "Jangan terburu-buru mengambil kesimpulan". Dalam memahami Insiden Kelinci ini, aku memang sempat beberapa kali salah menyimpulkan arti dari kemarahan Papah pada saat kejadian itu. Sampai akhirnya ketika aku rebahan pada suatu siang yang membosankan ketika liburan Lebaran tahun 2011, kurang lebih tiga tahun sejak insiden itu terjadi. 

Ini adalah salah satu kisah ketika aku salah mengambil kesimpulan dari insiden tersebut. Ketika adikku yang bungsu Fariz masih kecil, umurnya saat itu kira-kira empat tahunan, dia pernah menempelkan berbagai gambar pasel hewan di sebuah buku tulis kosong. Paselnya teramat sederhana sesuai dengan umurnya, menjodohkan bagian depan dengan belakangnya dari berbagai macam jenis hewan. Saat hampir semua pasel hewan tersebut terselesaikan, ada satu hewan yang belum ditemukan bagian belakangnya!

Hewan yang baru ditempelkan gambar bagian depannya saja itu adalah kelinci! Seingatku, pasel itu adalah semacam hadiah dari suatu sereal atau makanan ringan, bukan guntingan dari sebuah majalah anak-anak. Gambar kelinci itu entah mengapa bisa kehilangan bagian belakangnya. Jadinya adikku Fariz itu hanya dapat menempelkan gambar bagian depannya saja yang terdiri dari kepala dan kaki depan.

Di situ aku diam-diam malah berburuk sangka kepada Papah, dengan mengira beliau menyembunyikan gambar bagian tubuh belakang pasel itu karena tidak suka dengan itu hewan. Sebelumnya, aku memang sempat salah paham dengan menyangka beliau membenci kelinci. Syukurlah sangkaanku itu ternyata tidaklah benar, karena ayah kami melengkapi pasel kelinci itu dengan digambar oleh beliau sendiri sebelum bagian belakang itu ditemukan. Skill menggambar beliau memang sangat bagus, terbukti dari hasil gambar beliau yang mampu menyesuaikan dengan artstyle pasel tersebut. 

Setelah pasel kelinci itu dilengkapi dengan gambaran tangan Papah, tak lama kemudian bagian tubuh belakang paselnya baru ditemukan oleh beliau sendiri! Hasil gambar Papah memang sangat mirip dengan gambar pasel aslinya. Di satu sisi aku ikut merasakan lega karena pasel itu berhasil menjadi gambar yang seutuhnya, tetapi juga menyayangkan hasil karya Papah itu akhirnya tertutupi oleh bagian pasel yang sempat hilang itu. Akan tetapi, masih ada lagi satu sisi lainnya, yaitu perasaan bersalah karena aku telah menyangka beliau yang tidak benar, itu tandanya aku telah mengalami overthinking

Pikiranku itu hanya kuketahui oleh diriku sendiri selama kurang lebih sepuluh tahun, hingga catatan ini diketik. Jadi, saat itu tidak seorangpun yang mengetahui bahwa aku sempat berpikir negatif kepada beliau. Sebelum aku memahami kesalahanku pada insiden itu, kukira beliau marah karena beliau benci banget dengan kelinci, sehingga tidak terima jika aku berkeinginan agar hewan itu mendapatkan kepedulian yang sama seperti sesama manusia. Maafkan Teteh ya, Papah, karena Teteh telah salah sangka. 

Dengan terus mengikuti apa saja yang terjadi ketika bagian belakang pasel itu hilang hingga akhirnya ditemukan kembali, asumsi tanpa dasar yang telah hadir dalam kepalaku akhirnya terpatahkan dengan sendirinya. Peristiwa ini terus mendorongku supaya semakin banyak introspeksi, tidak mudah mencurigai orang lain. Apalagi beliau adalah ayahku sendiri. Juga, meningkatkan kemampuanku untuk menyamakan sudut pandangku dengan bagaimana cara pandang orang lainnya pada umumnya.



Monday, July 4, 2022

Hari-hari Gabut Nan Boring yang Akhirnya Disyukuri

Catatan 4 Juli 2022

Papahku memang orangnya tegas dan ketat soal peraturan, jadi sebenarnya bukanlah hal yang langka jika beliau marah atas kesalahan yang kulakukan, entah itu berupa perkataan atau perbuatan. Harusnya sih ya aku tidak kaget dan trauma atas Insiden Kelinci itu. Akan tetapi, penting untuk diingat bahwa butuh waktu paling sedikit tiga tahunan untuk memahami letak kesalahanku pada insiden tersebut. Pemahamanku akan hal itu kudapat ketika pada saat liburan Lebaran 2011 yang membosankan!

Sebelum pandemi menyerang, jika sedang liburan keluargaku memang sudah biasa "di rumah saja" karena sering tidak punya waktu dan biaya untuk bepergian. 

Lantaran hari-hari liburan yang sangat gabut karena tidak ada lagi rencana bepergian, aku saat itu hanya dapat merebahkan diri di atas kasur di kamarku. Aku menghitung lamanya Insiden Kelinci hingga tahun itu, ternyata sudah mencapai tiga tahun! Di situ aku termenung, memikirkan mengapa kemarahan Papah yang satu itu terasa begitu membekas, berbeda dengan kasus-kasus lainnya? Kasus yang satu ini memanglah unik, karena aku butuh berpikir dengan keras untuk menjadi paham letak dari kesalahanku pada saat terjadinya kasus ini. 

Sambil rebahan, pikiranku melayang ke penjelasan Papah tentang apa yang bikin beliau marah karena pertanyaanku pada saat kelinci itu mati. Beliau berkata bahwa aku ini menyamakan atau membandingkan antara anggota keluarga sendiri dengan binatang. Sungguh, bagiku (padahal bagi kebanyakan orang lain hal ini mudah untuk dipahami) penjelasan beliau itu lumayan membingungkan. Mengapa dianggap menyamakan, padahal dulu itu sama sekali tujuannya bukan untuk making fun of my own the late brother, malahan kataku sendiri juga itu tidak funny atau fun sedikitpun!

Sebelum insiden itu terjadi, pemahamanku akan istilah "menyamakan hewan dengan manusia" itu hanya sebatas mencela atau mengejek bentuk tubuh maupun wajah seseorang yang kontennya adalah memiripkan orang yang bersangkutan dengan suatu hewan saja. Beneran, pengertian dari istilah tersebut ternyata lebih luas dari yang kuperkirakan! Baru kupahami maksud beliau ketika sedang rebahan di liburan Idul Fitri 2011 tanpa rencana apapun itu, tanpa kubertanya kepada siapapun! Begitu pikiran ini mendapat pencerahan lewat lamunan, rasanya bagaikan terkena petir di siang bolong, waktu itu memang sedang tengah hari juga.

Ternyata maksudnya dari istilah yang disebut oleh Papah itu adalah "menganggap matinya hewan itu sama pentingnya dengan meninggalnya manusia"! Namun, bagiku kepedulian terhadap makhluk hidup di luar manusia itu memang sama pentingnya dengan memperhatikan sesama anggota keluarga sendiri. Kita juga tidak boleh menelantarkan hidup hewan yang tidak memiliki akal pikiran seperti kita-kita ini, sama seperti kepada sanak saudara kita. Saat terakhir kulihat kelinciku yang berbulu coklat itu adalah pada sore hari menjelang Maghrib sedang berada di luar kandangnya dan semua orang di rumahku lupa untuk memasukkannya kembali ke dalamnya, itulah sebabnya kelinciku itu mati pada saat sahur pertama di bulan Ramadhan 2008. 

"Jadi, menurut Teteh, antara meninggalnya adikmu dengan matinya kelinci itu sama, begitu!?" tanya Papah setelah beliau marah karena pertanyaanku itu.

Kalau ditanya begitu, agak dilematis untuk kujawab. Rasanya agak sulit jika dijawab dengan "Ya" atau "Tidak", karena memang menurutku hewan peliharaan itu sama layaknya untuk diperhatikan seperti manusia, bahkan anggota keluarga sendiri. Akan tetapi, jika kujawab dengan "Ya", beliau akan menyangka bahwa aku justru merendahkan nilai adikku sendiri yang telah wafat karena dibandingkan dengan seekor binatang. Padahal, maksudku sama sekali bukan seperti itu, tidak seburuk seperti kedengarannya bagi mayoritas manusia. 

Lalu, jika sudah ketemu jawabannya dari apanya yang salah dari pertanyaan itu, mengapa kesedihan itu berlanjut hingga lebih dari sepuluh tahun kemudian? Perasaan pahit itu berawal dari kesadaranku akan kesalahan itu. Kepedulianku akan sesama makhluk hidup, sayangnya berakhir sebagai hal yang tidak etis. Semakin lama semakin kupahami bahwa wafatnya seorang anak adalah sesuatu yang sensitif, melebihi rasa kehilanganku sebagai seorang kakak, jadi tidak boleh diulik-ulik.

Untuk cari amannya, kujawab saja dengan "Tidak". Karena memang tujuannya benar-benar tidak untuk membuat worth dari nyawa adikku itu jatuh. Malahan aku kaget untuk yang kedua kalinya setelah mendengar Papah marah, begitu mengetahui ternyata bagi beliau pertanyaan itu dirasa melecehkan. Otakku berpikir keras untuk mencerna bahwa "menganggap nyawa hewan sama pentingnya dengan manusia adalah hal yang menyinggung".

Sudut pandangku ini langka, sehingga lumayan sulit untuk dipahami kebanyakan orang. Akibatnya, aku sering kesulitan untuk memahami sebab seseorang tersinggung dengan perkataanku. Maka, banyak orang yang mengiraku ini bodoh. Beruntunglah Papah sempat mengatakan tentang perbedaan caraku dan cara orang lain memandang banyak hal, yang justru merupakan keunikan tersendiri dari diriku dan bukannya penyakit mental.

"Orang yang kreatif adalah orang yang mampu melihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Karena kamu memiliki sudut pandang yang unik dibandingkan orang-orang, makanya kamu itu kreatif," terang psikolog aku.

Dengan menulis catatan ini, aku jadi mensyukuri liburan Lebaran 2011 yang gabut dan boring itu. Jika saja saat itu aku tengah piknik, tidak akan ada waktu untukku rebahan sambil merenungkan lebih dalam peristiwa itu. Malah justru banyak mengikuti piknik belum tentu menghiburku dan menemukan akar dari masalahku. Itu terbukti dari akhir tahun 2008 ketika aku banyak piknik, sekitar satu hingga tiga bulan dari insiden kelinci itu.



Mengenang Kembali Karakter Anime Berambut Hijau Mint: Martina Zoana Mel Navratilova

Catatan Rabu, 20 November 2024 Ada kalanya, sebuah kenangan masa kecil kembali muncul begitu saja, membawa kita ke waktu yang lebih sederhan...