Sunday, October 15, 2023

Boros, Penyakit Aku Sejak Kecil

Catatan 16 Oktober 2023

Sekarang makin mudah buat beli pakaian atau aksesoris untuk cosplay yang bisa sekaligus untuk jalan-jalan! 😎😬 Harganya juga makin banyak yang murah! Tapi meskipun murah-murah, aku harus hati-hati dengan penyakit yang telah menghinggapi diriku sejak lama : pemborosan! Aku pribadi sih gak terlalu percaya dengan ramalan garis tangan, tapi ketika garis tanganku dikatakan sebagai "sifat boros", ini cocok untukku. 

Sejak kelas satu SD bahkan sudah mulai kelihatan sifat yang satu ini! Walaupun berbeda-beda dari waktu ke waktu jenis barang yang biasa kubeli, tetap saja ini menjadi problem aku. Kelas satu SD itu lebih ke boros soal beli buku komik, setidaknya sampai kelas enam. Begitu masuk SMA, ganti deh jadi boros beli jajanan. 

"Teh, jangan beli-beli komik terus, itu pemborosan!" seru Papah almarhum waktu aku kelas satu SD. 

Ketika tadi akan checkout lagi baju-baju di keranjang toko online, aku segera teringat quote dari almarhum Papah tadi. Namun, aku segera inget lagi tiap mo pergi-pergi yang bikin susah itu biasanya karena bingung mo pake baju apa. Kalo udah punya banyak baju kan jadi ada banyak pilihan. Trus, nggak mager lagi deh mau bepergian.

Thursday, October 12, 2023

Satu Lagi Kartun yang Paling Relatable : Lilo and Stitch!

Catatan 13 Oktober 2023

Salah satu kartun yang mewarnai masa kecilku adalah "Lilo and Stitch"! Bahkan saat kartun itu tayang di bioskop, aku nonton lho barengan Mamah dan dua orang kerabat. Dulu nontonnya waktu umur lima tahun, saat itu belum ngerti bener sama jalan ceritanya tapi udah ngeh bahwa memang ada beberapa momen yang menyedihkan dalam film itu. Adegan Lilo (salah satu tokoh utama) dan Nani (kakaknya Lilo) lagi naik ranjang gantung barengan malem-malem, waktu pertama nonton udah kerasa itu adegan yang ada feel sedih walaupun dulu belum ngerti apa konfliknya mereka di adegan tersebut. 😭😢😵😷

Sampai-sampai adegan dua bunga kemboja putih terbang melayang di udara habis mereka berdua berkumpul itu aja rasanya mau nangis liatnya dulu, walaupun waktu kecil dulu belum paham konteksnya adegan itu. 

Dua minggu yang lalu, aku coba-coba baca ulang tentang film Lilo and Stitch itu di internet. Ternyata adegan di ranjang gantung itu emang konteksnya mengharukan, karena Lilo akan dipisahkan dari kakaknya Nani. Setelah ortu mereka meninggal dunia belum terlalu lama, kini kedua kakak-beradik itu harus berpisah. Meninggalnya ortu mereka juga menjadi alasan mengapa Stitch menjadi peliharaan Lilo walaupun spesies dia itu alien dan Stitch ikut mendapatkan peran utama dalam filmnya. 

Sepertinya sebelum bertemu dengan Stitch, Lilo pernah memiliki hewan peliharaan yang normal kemudian hewan tersebut mati dengan spesies yang tidak diketahui (kemungkinan besar itu adalah anjing). Berhubung kematian kedua orang tuanya Lilo dan Nani ini diceritakan masih agak baru, Lilo teringat kembali akan meninggalnya ortunya ketika piaraannya mati. Jadi, saat Nani ajak adiknya itu ke toko anjing peliharaan, sang kakak mencari hewan yang tidak mudah mati. Di situlah mereka berjumpa dengan Stitch untuk yang pertama kalinya dan Lilo mengira dia juga adalah anjing, padahal dia itu alien. 

Ini pertama kalinya aku nonton kartun yang ortu main chara-nya udah meninggal. Ya, sebelum aku nonton Upin dan Ipin. Lilo and Stitch ini semakin relatable buatku. Pada saat aku baru-baru nonton, aku relate dengan Lilo karena dia tidak punya teman akibat dari sifatnya yang agak aneh, mirip sekali dengan kisah hidupku saat TK.

Ternyata, bagian yang paling relatable buat aku adalah Lilo teringat kembali peristiwa kematian kedua ortunya saat hewan peliharaan dia mati sebelum kenal dengan Stitch. Sama seperti ketika Insiden Kelinci dalam hidupku itu, karena jarak waktu kejadiannya gak terlalu jauh dari meninggalnya adikku. Seperti yang sudah seringkali kuceritakan, hanya mendapatkan kabarnya bahwa kelinci itu mati saja bikin memori adikku yang wafat itu terputar lagi dalam pikiranku seperti sebuah video. Karena orang di sekitar Lilo hanya ada kakaknya saja, dia tidak akan menyadari bahwa dia hanya sendirian menangisi kematian hewan peliharaannya.

Wednesday, October 11, 2023

Membedah Diary Jaman Lulus SMA

Catatan 12 Oktober 2023

(Sebenarnya ditulis pada tanggal 17) 

Manfaat Menulis Diary untuk Mengenang Masa Lalu

Menulis diary punya manfaat besar, salah satunya untuk "memperjelas kenangan yang samar". Aku akui, kadang ada rasa canggung ketika membaca diary yang kutulis lebih dari lima tahun lalu. Satu-satunya alasan aku menengok kembali diary dari masa-masa SMA adalah untuk membaca catatanku tentang Insiden Kelinci. Meskipun selama bertahun-tahun aku terus menulis tentang insiden itu, aku tahu tulisanku sudah berubah seiring dengan pemahamanku yang berkembang.

Insiden Kelinci dalam Catatan Diary Lawas

Entri yang aku tunjukkan fotonya di sini berasal dari 19 Juli 2016, tepat di beberapa halaman terakhir buku diaryku. Jadi, mencari tulisan tentang insiden kelinci itu nggak susah. Dulu, aku hanya menulis tentang pertanyaan yang muncul di kepalaku saat kelinciku mati, yang kemudian kutanyakan langsung pada almarhum Papah. Saat itu, aku belum tahu alasan kenapa aku bertanya seperti itu.

Mencoba Memahami Perspektif Orang Lain

Saat membaca kembali diary lama itu, aku mencoba memposisikan diriku sebagai orang lain, bukan diriku sendiri. Bayangkan saja aku adalah orang yang tidak mengalami peristiwa itu, hanya tahu dari cerita orang lain. Saat membaca kalimat demi kalimat, aku mulai paham kenapa banyak orang menyalahkanku dan menganggap aku tidak berempati terhadap adikku. Kalau aku membaca curhatan orang lain yang bertanya seperti itu, aku mungkin akan bingung juga. 

"Ya iyalah, orang pasti lebih sedih kehilangan adiknya daripada kelinci peliharaan!" Mungkin reaksinya akan seperti itu juga, tapi aku tidak akan tersinggung seperti Papah waktu itu. Walaupun aku berpikir "Ya iyalah", aku tetap penasaran, kenapa sih diriku di masa lalu bisa bertanya seperti itu?

Kehilangan Hewan Peliharaan vs Kehilangan Manusia

Sebab, bagi aku, kehilangan hewan peliharaan juga bisa sangat menyedihkan, sama seperti kehilangan anggota keluarga. Tapi dalam diary itu aku nggak menjelaskan kenapa aku merasa seperti itu. Aku belum mampu untuk menjelaskan bahwa saat kelinciku mati, aku teringat pada memori sedih tentang kehilangan yang lebih besar dalam keluargaku. Itulah detail penting yang hilang dalam catatanku saat itu. 

Sekarang, aku semakin paham kalau semua yang terjadi sebelum insiden itu sangat penting untuk diceritakan. Karena tanpa cerita latar belakang yang proper, aku mengeluarkan pertanyaan yang terdengar aneh dan nyeleneh itu malah membuatku semakin kuat dicurigai sebagai seorang anak yang tidak cukup sehat akalnya. 

Dulu, aku kira semua orang yang menyayangi hewan akan merasa sedih sepertiku saat kelinci mati. Tapi aku kaget, karena orang-orang di rumah tidak merasa begitu. Saat kelinci terakhir yang dibeliin abangnya Papah itu mati, aku merasakan duka cita dan ternyata ini perasaan yang tepat sama dalamnya ketika adikku wafat.

Terkadang aku bingung kenapa orang lain merasa tersinggung atau aneh dengan perkataanku. Pada umumnya, orang memisahkan manusia dan hewan. Mereka berpikir kalau menganggap hewan seperti manusia itu tidak masuk akal. Salah satu alasannya adalah karena hewan dianggap makhluk yang lebih rendah, jadi kita tidak seharusnya merasa sedih kehilangan hewan seperti kehilangan manusia. Ada juga orang yang bercerita padaku, betapa bingungnya orangtuanya karena kehilangan kucing, mereka merasa sama sedihnya seperti kehilangan orang.

Percakapan Berarti di Lembah Bougenville

Bagian dari diary ini sudah aku jelaskan dengan lebih rinci sekitar dua tahun yang lalu (2021). Pada foto diary kedua yang kutulis, aku ingat menulis tentang bagaimana aku menangis teringat insiden itu, saat jam keputrian di kelas pada Ramadhan 2008. Itu adalah momen yang meaningful bagiku, karena aku merasakan ketidaknyamanan atas sebuah kebohongan kecil di bulan puasa tahun itu. Saat itu, aku masih ragu untuk menceritakan kisah tentang bagaimana satu pertanyaan tentang perbedaan antara anggota keluarga dan hewan peliharaan bisa membuat orang tua tersinggung.

Pada foto diary di atas, kutulis "tidak mungkin aku menceritakan yang sebenarnya" kepada temanku yang memergoki aku menangis teringat insiden itu saat jam keputrian di kelasku. Itu karena dulu aku biasa di-bully, salah satunya akibat pemikiranku yang sering aneh kata orang. Apalagi dulu kami masih sama-sama bocah! Udah aku dewasa aja masih ada temen yang nyalahin dan ngetawain insiden itu, apalagi kalo kami masih bocil!

Pada 12 Oktober 2008, tepat lima belas tahun yang lalu, keluargaku melakukan acara halal bihalal di Lembah Bougenville Resort, Lembang. Di sana, aku duduk bersama seorang ART keluarga di tepi kolam koi, dan kami berbicara tentang hal yang sangat meaningful. Beliau berkata, "Kita jangan merasa sebagai yang paling bodoh, karena banyak orang yang lebih bodoh dari kita." Mungkin lebih tepat kalau kata-katanya diubah jadi, "Jangan merasa kita paling bodoh, karena banyak yang mengagumi kita yang dianggap lebih cerdas daripada mereka."

Kata-kata ART itu memang tidak berkaitan langsung dengan insiden kelinci, karena saat itu aku belum berani bercerita tentang kejadian tersebut. Aku malah menyembunyikan cerita itu, bahkan dari Mamah, yang bukan saksi mata. Dulu, aku berusaha keras melupakan kejadian itu, tapi ternyata tidak bisa. Kejadian itu terus terngiang di kepalaku, meskipun aku tidak ingin membahasnya dengan siapa pun kecuali adikku yang besar, karena dia satu-satunya saksi mata. Catatanku tentang foto yang ketiga (pengalaman di Lembah Bougenville)


Mengatasi Trauma yang Berulang dari Insiden Kelinci

Mungkin ini pertama kalinya aku berani menulis pertanyaan yang membuat Papah marah dalam diaryku. Sebelumnya, di catatan waktu SMP, aku hanya menulis sekilas tentang bagaimana Papah marah karena aku bertanya tentang kelinci yang mati. Bahkan dulu, aku tidak menjelaskan kenapa beliau marah, karena aku kira orang mengira aku benci kelinci.

Dalam beberapa foto diary yang aku tunjukkan, seakan-akan semua peristiwa terjadi dalam waktu yang sangat dekat. Padahal, dari Insiden Kelinci hingga percakapan dengan ART, ada jarak waktu sebulan lebih. Insiden Kelinci terjadi di hari pertama bulan puasa, dan halal bihalal sudah lewat lebih dari seminggu setelah Lebaran. Dari percakapan dengan ART hingga peristiwa dimana Papah mengancam "menyatukan aku dengan kelinci" juga ada jarak waktu hampir sebulan.

Belajar Menerima dan Memahami Diri Sendiri

Ternyata, Insiden Kelinci ini dampaknya jauh lebih panjang daripada yang kubayangkan. Banyak orang yang mengira aku menyalahkan Papah dan merasa kasihan dengan diriku sendiri, tapi sedikit orang yang benar-benar paham maksudku, seperti sahabatku Diva sejak kelas V dan dua temanku dari terapi crafting, mas Daniel dan Mbak Icha. Dengan pemahamanku sekarang, kalau aku jadi orang lain, mungkin aku akan heran kenapa aku dulu butuh waktu lama untuk mengerti kesalahanku.

Pesan untuk Pembaca: Pentingnya Empati

Karena tidak semua orang menganggap hewan seperti aku, aku merasa bingung sama orang lain, dan mungkin mereka juga bingung sama aku. Tapi penting untuk diingat, bahwa meskipun aku sangat menghayati hewan, itu tidak berarti aku tidak merasa kehilangan dan sedih terhadap adikku sendiri.

Tuesday, October 10, 2023

Males Ngetik/Nulis, Upload Foto atau Gambar Aja!

Catatan 11 Oktober 2023

Ternyata Mezty Mez ini bukan hanya pamer foto-foto pas dia lagi milad aja, lho! Hanya foto-foto selfie juga dia jadikan postingan di blognya. Dia juga ternyata udah nulis sekitar tiga buku, lho! Berhubung aku bukan ICONIA, aku kudet banget nih. 

Kalo aku punya foto-foto selfie yang kurang pede buat dipos ke feed IG, upload ke blog aku aja! Sering banget aku gak ada ide mau nulis apa di blog, paling banter itu ya lagi-lagi seputar Insiden Kelinci. Insidennya sendiri padahal cuma berlangsung kurleb sejam, tapi imbasnya hingga bertahun-tahun lamanya dan aku harus cari cara biar menerima diriku sendiri. Ya, pernah kudengar dari seorang netizen di Twitter bahwa aku harus menerima diriku sendiri agar dapat menghilangkan rasa bersalahku akibat insiden itu.

Mezty juga kadang nggak nulis apa-apa buat postingan blognya, cuma foto-foto aja. 🌆🏜🌠 Aku juga mau kirimkan sebanyak-banyaknya foto atau gambar karya aku biar blog aku ini gak kebanyakan vakum. Di tahun 2020 lalu malahan cuma ada tiga postingan, padahal tahun itu kan banyak gabutnya gegara pandemi. Mau itu gambar atau foto, janlup pake watermark

Rencana Galeri Foto Cosplay di Blog

Catatan 10 September 2023

Inget deh sepuluh tahun yang lalu bahkan udah lebih, sohib aku nunjukin foto momen milad salah satu idolanya. Idola yang lagi milad itu adalah Mezty, salah satu member 7ICONS (sang sohib ini ngidolain semua membernya, dia bukan akgae jadi semua member itu girlband dia demen). Waktu kami berdua masih kelas IX SMP semester kedua yaitu pada tahun 2013 lalu, Mezty membagikan foto-foto momen tersebut di blog pribadinya, meskipun pada tahun itu sudah lahir Instagram. Keingetan itu karena aku tepat seminggu yang lalu juga lagi ultah. 🎂🎉🎁

Karena tepat sehari setelah miladnya aku, ketauan deh sama Mamah aku pernah cosplay jadi Crystal Zilla! Itu adalah pertama kalinya pake banget aku ikutan event cosplay, jadi harap maklum kalo perutnya belum rata. Asli dah malu berat pas tampil di panggung, apalagiiii waktu video waktu tampil itu tercyduk oleh Mamah! Namun, ada ketakutan yang jauh lebih besar daripada itu, yaitu orang-orang edan yang bermedsos. 👻😱

Aku pernah bikin instastory tentang tanaman batu aja pernah di-DM cowok yang pengen VC an dengan tujuan ekshibisi dia mainkan "senjatanya"! Mengerikan, bukan? 😱💀❄

Jadi timbul ide, aku pengennya posting foto-foto aku lagi cosplay itu sebaiknya di blog pribadi aku aja. Isi blog aku selama ini boleh dibilang melulu tentang Insiden Kelinci. Boleh jadi insiden itu traumatis buat aku, tapi aku gak boleh terlalu lama larut di dalamnya sampai lupa ngetik hal-hal yang happy. Lagipula rasanya kagok kalo curhat tentang "behind the scene" dari foto-foto cosplay tersebut dalam caption, jadi alasan lainnya mengikuti jejak Mezty pajang foto-foto di blog pribadiku adalahhh biar bebas nulis cerita kenangan di balik fotonya. 👣👣

Oh hampir aja lupa untuk nambahin, apakah aku bakalan berhenti untuk update di Instagram dan Facebook? Jangan sampai berhenti dong untuk nge-post di kedua media sosial itu! Namun, yang mau dipajang di IG dan FB itu kayaknya cuma foto pas lagi jahit outfit items atau foto yang dicrop. Di blog baru deh berani posting fotonya secara full body. 

Thursday, October 5, 2023

Ingin Cari Kucing Baru

Catatan 6 Oktober 2023

(Sebenarnya ini ditulis pada 12 Oktober) 

Sudah dua bulan Lula meninggalkan kami sekeluarga. Aku bersyukur ketiga kucing lainnya masih mendapatkan jatah umur hingga dua bulan lebih lama daripada Lula. Karena kehilangan satu kucing, jangan sampai kucing-kucing lainnya yang masih hidup jadi kurang disyukuri. Di kostan teman jaman SMA kemarin, ada satu kucing betina tetapi tidak bisa dibawa pulang karena jarak antara rumahku dengan kostan tersebut lumayan jauh. 

Sebenarnya di sekitar rumahku banyak kucing betina, tetapi susah ketemu yang jinak. Pengen street feeding biar mereka jinak, tapi takut makanan kucing di rumah jadi kurang. Kalo gini sih harus beli terpisah buat kucing di rumah dan buat street feeding. Di rumah Nenek sih sering datang sendiri anak kucing terus diurus sampai besar. 

Bersedih Untuk Hewan Peliharaan Seperti Kepada Anggota Keluarga Sendiri Itu Valid!

Catatan 5 Oktober 2023

Ini adalah postinganku yang pertama di usia lewat seperempat abad. Banyak hal dari ingatanku yang seakan abadi. Kemarin aku baru saja membaca sebuah postingan di Instagram, bahwa orang yang ragu akan dirinya sendiri adalah orang yang butuh validasi. Kata Nenek sekitar bulan puasa lalu (pada tahun 2023 ini), aku memang seringkali masih meragukan diriku sendiri. 

Contoh yang paling penting adalah ketika Insiden Miskomunikasi Seputar Kelinci itu, jangan bosan ya. Aku saat itu sudah mengetahui bahwa orang-orang bersedih ketika adikku wafat itu karena dia adalah manusia, sedangkan mereka tidak bersedih ketika kelinciku mati karena kelinci itu cuma hewan. Nenek bilang, walaupun aku sudah tahu jawabannya, aku masih meragukan validnya jawaban itu. Hal yang membuatku ragu adalah "apakah jawaban itu sudah cukup lengkap soal perbedaan manusia dengan hewan".  

Lebih tepatnya, apakah benar hanya karena berbeda spesies saja orang-orang jadi berbeda ketika menyikapi antara kehilangan anggota keluarga dengan hewan peliharaan? 

Ketika adikku wafat aku berduka cita, tentu saja juga orang-orang yang ada di sekitar. Bahkan hingga berbulan-bulan setelah wafatnya adikku itu, salah seorang keponakan perempuan Eyang Putri mengatakan dia teringat tangisan almarhum ketika dia mendengar sebuah ringtone mirip suara bayi menangis dari ponselnya. Beliau bukan saudara dekat kami, tetapi sering bertemu dengan keluargaku sehingga sudah memiliki hubungan yang dekat dengan kami. Sekali lagi sayangnya rata-rata orang berpikir bahwa aku tidak mampu merasa kehilangan atas adik sendiri.

Kurang dari dua tahun sejak meninggalnya adikku, terjadilah Insiden Kelinci itu. Mungkin karena peristiwa duka yang menimpa keluarga kami saat itu belum terlalu lama berlalu, pikiranku tanpa disengaja flashback peristiwa itu tepat ketika aku mendengar kabar kelinciku mati. Ini mirip dengan adegan di mana Marlin si ikan badut dari film animasi Finding Nemo yang mengalami flashback ketika Nemo, anaknya, diculik oleh penyelam karena melihat sebuah kacamata renang kepunyaannya sang penyelam tersangkut di antara kapal karam. Karena pernah merasakan sebuah kehilangan yang besar (bahkan imbasnya sampai kepada saudara yang sudah agak jauh tadi itu), kehilangan yang jauh lebih kecil pun terasa hampir sama pedihnya bagiku. 

Diriku ini yang biasanya tenggelam dalam duniaku sendiri, pada saat itu aku mulai memperhatikan reaksi orang-orang di sekitarku dan apa saja yang mereka lakukan. Ketika aku merasa sangat sedih hanya untuk kelinciku, kulihat orang-orang yang terdiri dari anggota keluargaku bersikap biasa saja seakan tidak terjadi apa-apa. Di alam bawah sadarku, aku meragukan validitas rasa sedihku karena aku hanya menangis sendirian. Bersedih karena ditinggal anggota keluarga terutama saudara kandung sih jelas valid, tetapi apakah bersedih atas kematian hewan peliharaan juga valid? 

Awalnya gak yakin diriku bahwa kesedihanku untuk piaraan adalah valid, di saat usiaku hampir sebelas tahun aku ingin mengetahui lebih lanjut perbedaan manusia dengan hewan. Syukurlah kini banyak netizen yang suportif dan sudah aware dengan kesehatan mental juga banyak yang pet lovers sampai sangat menjiwai piaraan mereka. Pertanyaan manusia vs hewan itu kini terjawab sudah. Di saat usiaku kini sudah lebih dari seperempat abad, aku sudah tahu bahwa setiap perasaan adalah valid. 

Tidak perlu menunggu banyak orang yang berperasaan sama dengan kita untuk mencari validasi atas perasaannya kita, karena perasaan itu sudah valid dengan sendirinya. 

Mengenang Kembali Karakter Anime Berambut Hijau Mint: Martina Zoana Mel Navratilova

Catatan Rabu, 20 November 2024 Ada kalanya, sebuah kenangan masa kecil kembali muncul begitu saja, membawa kita ke waktu yang lebih sederhan...