Sunday, September 24, 2023

Membukukan Semua Catatan Sejarah Insiden Kelinci

Catatan 25 September 2023

Sekian buanyakk catatan blog aku seputar Insiden Kelinci yang diakibatkan oleh miskomunikasi! 📓 Makin mantep nih buat semuanya dikumpulkan lalu dijadikan satu buku! Kayaknya buku tentang itu bakalan tebel pake bingits, soalnya itu catatan udah dari tahun 2021 lalu. Udah dua tahunan cuy aku ngetik di blog pribadi tentang insiden yang ikonik dari jaman aku kelas lima itu. 

Rencana buat bikin buku tentang itu bukan pikiran yang baru, lho. Dua tahun yang lalu udah ada ide buat terbitkan buku yang menceritakan kisah insiden itu, malahan sampai jadi konten challenge kepenulisan di Facebook! Sayangnya, pada saat itu ideku mandeg di tengah-tengah seperti biasanya jika aku lagi nulis buku. Khusus buku tentang insiden tersebut, penyebab mandegnya ideku itu karena belum ada penyelesaian dari memori yang masih terus menghantui diriku itu. 

Sepertinya proyek challenge kepenulisan itulah yang memperkuat keinginanku untuk terapi ke psikolog pada akhir 2021 lalu. Proyek challenge itu kuikuti pada awalnya tahun tersebut. Jika sedang menulis buku, harus ada penyelesaiannya seperti halnya ketika kita menulis alur cerita sebuah novel. Tidak hanya terdapat pengenalan, konflik, dan klimaksnya saja. 

Memori yang terus berputar-putar dalam benakku itu harus segera kuselesaikan! Harus, tidak boleh ditunda-tunda lagi karena sudah terlalu lama belum terselesaikan! Karena psikolog aku itu keburu melahirkan tahun kemarin, makanya terpaksa terapi ini terjeda. Walaupun belum sepenuhnya hilang rasa bersalahku akibat insiden itu, setidaknya gejalanya sudah tidak terlalu parah seperti sebelum terapi. 

Dulu, setiap kali aku teringat insiden itu aku menangis sesenggukan (tetapi masih bisa tanpa suara). Sehabis terapi itu, sudah tidak ada lagi refleks nangis jika sedang teringat tentang insiden itu. 

Tidak akan mungkin salah lagi, buku tentang kejadian yang melibatkan kesalahpahaman tentang pertanyaanku yang mencari perbedaan antara manusia dan hewan itu akan mencapai ketebalan yang sangat! 👉👉👍 Mungkin saja tebalnya halaman buku itu akan sama seperti buku "Queer Menafsir" yang sempat viral pada bulan puasa yang jatuh pada bulan April 2023 lalu! Kalau udah bongkar-bongkar banyak buku jaman bocah SD dulu, bisa jadi catatan tentang insiden itu bakalan makin banyak. Pastinya akan mengasyikkan untuk mengetahui perkembangan mental aku mulai dari usia praremaja hingga kini diriku lebih dari seperempat abad. 

Insiden Miskomunikasi Soal Kelinci, Pentingkah Bagiku?

Catatan 24 September 2023

Sudah hampir sebulan aku tidak menambahkan postingan di sini. Setelah usai sidang akhir pada Jumat kemarin lusa tanggal 22 lalu, mungkin ideku keluar lagi. 💭 Insiden Kelinci sudah melewati lima belas tahun ketika tanggal 1 lalu di bulan ini, ternyata masih sering kepikiran. Walaupun sudah lega punya "teman" yang sama-sama sedih ketika Lula si kucing mati sebulan yang lalu, entah mengapa masih belum bisa sepenuhnya melupakan insiden itu. 

Sepertinya nama yang lebih tepat untuk insiden itu adalah "Miskomunikasi Soal Kelinci". Bukan matinya si kelinci yang bagiku traumatis itu, melainkan karena terjadinya kesalahpahaman sehingga Papah marah tak diduga-duga. Usiaku saat mengetik ini hampir 26 tahun, sedangkan ketika miskomunikasi itu terjadi aku akan berulang tahun yang kesebelas. Jauh sekali ya perbedaan usia antara aku yang sekarang dengan ketika momen absurd dan penuh rasa bersalah itu terjadi? ⚡😳

Kata Papah kepadaku saat masih kelas enam dulu karena lupa dengan sebuah mimpi, "Jika sesuatu itu penting bagi Teteh, Allah SWT akan membuat suasana supaya Teteh ingat terus akan hal itu." 

Bisa jadi peristiwa itu sebenarnya penting bagiku, karena aku terus menerus teringat meskipun sudah berkeras untuk melupakannya. Ini agak aneh karena hal yang memang penting di saat ini seringkali malah sulit untuk diingat. Tetapi percaya saja dulu dengan quote dari almarhum Papah itu, bisa jadi peristiwa di masa kecilku itu memang penting. Aku juga tidak berani untuk melabeli diriku terkena PTSD karena memang belum ada diagnosanya dari tenaga profesional.

Dari terjadinya miskomunikasi antara aku dengan salah satu orangtuaku itu, sudah banyak sekali hal yang kupelajari selama lebih dari satu dekade lamanya. 

Jika dibuatin daftarnya, udah banyak-banyak banget hal yang dipelajari dari peristiwa itu :

1. Istilah "etis", beneran baru tau ada istilah ini setelah terjadinya insiden itu. Dua bulan dari peristiwa itu, aku curhat dengan Papah almarhum karena ternyata masih sering kebayang-bayang kejadiannya. "Itu pertanyaan yang tidak etis," kata beliau. Kaget bener waktu dulu tau itu dianggap gak sopan pertanyaannya.

2. Pertanyaan yang tidak etis itu ketika langsung saja membandingkan antara manusia dengan hewan. Iya sih aku emang pengen tau lebih lanjut perbedaan kedua makhluk itu, tetapi kalimatnya jika diubah ketika bertanya itu tidak akan terdengar sebagai pertanyaan yang tidak sopan. Guru jaman SMA pernah nanyain perbedaan manusia dengan hewan, aku jawabnya cuma mentok di kalimat klise "manusia punya akal, hewan tidak." Padahal jawabannya yang lebih tepat adalah manusia lebih berharga karena tidak tergantikan oleh apapun, beda dengan hewan yang cenderung cepat tergantikan dan penampilan serta kelakuannya relatif identik antara satu sama lainnya dalam satu spesies (kucing bisa beda-beda sih kepribadiannya, tapi gak terlalu variatif kayak orang). 

3. Kesedihan yang udah menetap dalam lama yang tidak wajar, sebaiknya segera curhat sama anggota keluarga, guru, atau tenaga profesional. Kalau belum ada budget ke psikolog, sama guru yang paling dipercaya aja dulu. Nyesel dulu gak buruan seeking help dan malah berkutat di obsesi dengan Danny Phantom. Sikapku malah jadi tambah aneh dan kesedihan ini gak kelar-kelar,  harusnya dulu curhat sama Eyang Kakung yang bijaksana.

4. Jangan sekali-kali bergantung penuh dengan sesuatu yang hanya bisa memberikan kesenangan sesaat ketika lagi sedih! Setelah denger banyak cerita dari para cowok tentang rokok, ternyata cara kerjanya itu mirip aku saat terobsesi dengan Danny Phantom dulu. Setelah Danny Phantom ternyata nggak bikin ilang sedih gegara insiden itu, malah pindah ke tokoh kartun lainnya dan ini hasilnya gak jauh beda. Akhirnya pas 2018 lalu pernah jadi objek penelitian sodara yang calon psikolog dan tiga tahun setelahnya, yaitu 2021, ke psikolog yang udah buka klinik psikologi beneran. 

5. Sudut pandang yang sama sekali baru buatku. Ternyata di telinga orang lain, pertanyaan "mengapa orang hanya sedih dengan anggota keluarga tetapi tidak begitu untuk hewan" itu dapat terdengar seperti judging (menghakimi) orang yang biasa saja untuk hewan peliharaan yang mati. Padahal di situ aku beneran nanya pengen tau sebabnya mereka bersikap berbeda untuk piaraan. Perkataan langsung yang bernada aja bisa ada salah komunikasi, apalagi pesan chat atau komentar di media sosial yang tidak bernada, kan?

6. Kesedihan akan meninggalnya satu individu itu dipengaruhi oleh interaksi kita dengannya. Aku merasa sedih yang sama dalamnya ketika ditinggal anggota keluarga dan hewan peliharaan itu karena aku sama banyak berinteraksi dengan mereka. Orang-orang di sekitarku kan tidak ikut memelihara kelinci dari Wa Aden itu. Waktu seekor kelinci milik sekolah jaman SD mati dengan sadis karena kepalanya tidak ada, aku cuman bisa ngeri saja tanpa bersedih karena tidak pernah tau selama hidupnya kelinci itu.

7. Ada hal yang mutlak dianggap sebagai perbuatan salah, ada pula hal yang dianggap kesalahan itu tergantung pemahaman tiap orang. Ketika aku berkata kasar, tidak kaget jika dimarahi Papah karena perbuatan seperti itu mutlak adalah kesalahan. Tetapi ketika curhat insiden kelinci ini ke berbagai macam orang, penerimaannya sangat bervariasi. Mulai dari yang nggak tedeng aling-aling ngejek dan nyalahin, ada juga yang maklumin bahkan sampai ada yang muji itu pertanyaan yang keilmuannya tinggi walaupun masih aku kurang tepat dalam merangkai kata. 📈

8. Terkadang kita sulit memahami akan sesuatu itu bukan karena kita bodoh, tetapi karena sudut pandangnya kita yang masih belum sama dengan orang lain. Aku yang memandang hewan peliharaan itu berharga seperti anggota keluarga sendiri, sulit memahami Papah yang tersinggung. Di sini sudut pandangnya beliau itu hewan itu biar bagaimanapun kedudukannya rendah dari manusia, jangan disetarakan. Padahal tidak mungkin aku prefer hewan peliharaan over saudara sendiri, manusia tetap jauh lebih berharga daripada hewan.

9. Umur hewan itu cenderung lebih pendek daripada manusia, sehingga jika anggota keluarga yang meninggal jleb-nya kebangetan. Apalagi jika anggota keluarga itu meninggal di usia 10 tahun ke bawah. Setelah aku ingat-ingat, lebih sering peristiwa matinya hewan peliharaan (biasanya kucing) daripada meninggalnya anggota keluarga baik kerabat atau keluarga inti. Makanya kematiannya hewan itu kurang membuat sedih dan tidak terlalu mengejutkan karena kita sudah tidak berekspektasi mereka akan berumur panjang.

10. Merangkai kata itu sangat penting untuk dipelajari! Kesalahan dalam merangkai kata dapat mengubah makna dari pesan yang akan kita sampaikan, bisa saja maknanya itu berubah total. Bahkan bisa jadi pesan yang diterima itu malah jauh berbeda dengan apa yang kita maksudkan. I learned the hard way. 

11. Biasakanlah untuk berpuasa sunnah, jadi ketika bangun sahur untuk Ramadhan tidak kaget lagi tubuh kita. Penyebab insiden kelinci itu terjadi adalah ketika sahur Ramadhan pertama tahun itu, aku dikejutkan oleh kabar matinya kelinciku. Jika sudah terbiasa bangun sebelum subuh, apapun yang terjadi pada sahur pertama Ramadhan tidak akan membuat kita terkejut. Sebenarnya kurang tepat juga jika memberi kabar buruk di saat dini hari begitu, tapi itu mungkin bukan lagi masalah jika tubuh kita sudah siap.

12. Tuliskan isi buku harian secara jujur, karena dahulu pernah ada periode aku tidak menceritakan bahwa aku bertanya hal yang kontroversial itu ketika matinya sang kelinci. Waktu kelas V hingga SMP kelas VII, aku cuma menuliskan bahwa aku dimarahin Papah hanya karena menangisi kelinci mati. Sebenarnya bukan niatku menjelekkan ayahku, itu karena pada saat itu tidak mau mengingat lagi pertanyaan itu. Adikku Irsyad bikin aku sadar bahwa perbuatan seperti itu malah jadi seperti memfitnah Papah dan setelahnya aku mulai menuliskan pengalaman itu secara lengkap apa adanya, baru deh kesedihan itu mulai sedikiiiit teratasi. 

Tuesday, September 5, 2023

Bukti yang Paling Jelas Bahwa Hewan itu Tanpa Kesadaran Eksistensial!

Catatan 6 September 2023


Sejak tanggal 6 Agustus lalu, kucing di rumahku tinggal tiga ekor : Milo, Lio, dan Joe. Semua tadinya berjumlah empat ekor, tetapi hampir satu bulan lalu itu Lula mati keracunan. Menurut seorang kerabatku, salah satu pembeda antara manusia dengan hewan itu adalah manusia memiliki kesadaran eksistensial sedangkan hewan tidak. Ketiga kucing yang tersisa itu sama sekali tidak terlihat kehilangan Lula, bahkan mungkin tidak menyadari bahwa "formasi" mereka ini hilang satu member. 

Trio kucing jalu itu tampak tenang-tenang saja ketika Lula si betina baru saja mati. Di saat aku dan kedua adik sedang bersedih akan Lula, tiga anak bulu yang sesama kucing malah enak-enakan makan dan main. Dari sini baru deh ngerti kenapa hewan disebut tidak memiliki kesadaran eksistensial. Sedangkan pertanyaanku ketika Insiden Kelinci itu timbul karena aku mengamati perbedaan antara sikapku dengan sikap orang-orang lain di sekitar, itu disebut sebagai pertanyaan eksistensial. 

Apakah kesadaran akan eksistensi ini yang disebut dengan "akal"? Barbie merasakan kebosanan dengan rutinitas hariannya dan mulai berpikir tentang "bagaimana jika salah satu dari circle dia akan mengalami kematian". Ketika boneka Barbie mendapatkan krisis eksistensinya, penampilannya dia perlahan menjadi lebih mirip manusia dan berkurang sifat bonekanya, yang kakinya jinjit permanen itu lho. Akal ini adalah sesuatu yang membuat orang menjadi manusia. Aku butuh nih film-film yang mengangkat tema seperti ini! 

Sepertinya, arti simpel dari kesadaran eksistensial adalah "kesadaran akan sesuatu di sekitar kita". Hewan, misalnya kucing, tidak akan merasakan kebosanan meskipun rutinitas mereka itu-itu saja karena mereka tidak menyadari hidup mereka yang monoton kalau menurut manusia seperti kita.

Monday, August 21, 2023

Menghindari Kesalahan di Saat Berduka

Catatan 21 Agustus 2023

Setelah kemarin melewati dua minggu meninggalnya Lula si kucing, aku semakin paham mengapa Insiden Kelinci itu begitu berbekas. Lebih tepatnya, mengapa peristiwa itu termasuk ke dalam memori inti (core memory). Menurut banyak artikel parenting sih, karena interaksi dengan orang tua lebih berpeluang besar untuk menciptakan core memory tersebut. Namun, bukan itu saja yang menjadi faktor penyebab mengapa pengaruh insiden itu masif, sangat kuat. 

Di saat Lula baru saja kehilangan napasnya, aku membayangkan diriku sendiri melakukan sesuatu yang membuat Mamah marah (karena sekarang Papah sudah almarhum) di tengah diriku yang sedang bersedih. Tidak dirinci dalam pikiranku apa perbuatan itu, intinya aku membayangkan melakukan suatu perbuatan salah yang ternyata bukan sepele sehingga menyebabkan aku dimarahi beliau. Pantas saja kesedihannya menyisakan efek yang tidak main-main, karena perasaan yang sedang berduka sejak awal kemudian ditambahkan dengan sedih akibat dimarahi. Sama sekali tidak terbayangkan jika membuat beliau sampai marah di saat aku sedang berduka cita atas meninggalnya kucing yang sedang hamil itu. 

Ibaratnya aku adalah sebuah sofa, meja, atau furnitur apapun yang sudah reyot, ternyata aku memiliki ukiran yang membuat orang-orang kesakitan ketika mereka kepentok olehku. Karena rasa sakit yang ditimbulkan oleh ukiranku, mereka memukulku atau menendangku. Akibatnya, aku semakin hancur karena memang sedari awal sudah dalam keadaan rapuh. Berbeda dengan furnitur yang masih baru, ketika membuat orang tersandung lalu dipukul pastinya tidak akan sama efeknya dengan yang sudah reyot tadi! 

Dimarahi dalam keadaan normal (bukan dalam keadaan rapuh) = sofa baru yang bikin orang terantuk lalu dipukul oleh orang tersebut

Dimarahi dalam keadaan sedang sedih (dalam keadaan rapuh) = sofa yang membuat orang kesal karena sebab yang sama, hanya saja sofanya sudah reyot atau lapuk

Untung saja aku sudah berusia cukup besar, walaupun secara emosional belum matang betul. Sehingga aku sudah lumayan bisa menghindari kemarahan Mamah saat-saat ini. Dari Insiden Kelinci itu juga jadi banyak belajar untuk memfilter perkataan ketika bertanya, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dan miskomunikasi. Walaupun hingga kini masih kadang kesulitan merangkai kata untuk menyampaikan maksudku. 

Monday, August 14, 2023

Kematian yang Menyembuhkan Trauma

Catatan 15 Agustus 2023

Kematiannya Lula yang sudah semingguan lebih, anehnya bikin aku mulai berhenti sedih dan bersalah akibat Insiden Kelinci. Menurut temanku jaman SMA, sebenarnya Insiden Kelinci itu dipicu oleh pertanyaan dalam diriku "Apakah orang lain ada yang sama sedihnya sepertiku untuk matinya hewan peliharaan?" Keluarga inti terutama Irsyad adikku yang besar ternyata sangat sedih ketika Lula si kucing mati, sama sepertiku. Aku memang sudah sering mendengar kisah orang-orang yang berduka ketika mereka kehilangan hewan peliharaan, baik itu cerita fiksi, biografi orang luar negeri, atau postingan pet owners di media sosial.

Namun, sangat jarang aku melihat kesedihan semacam itu di dunia nyata apalagi dari orang yang memang aku kenal secara langsung. Jadi terjawab sudah pertanyaan itu, yaitu memang nyata adanya orang yang merasakan kesedihan mendalam walaupun dikata "hanya" hewan peliharaan yang mati. Temanku itu juga bikin aku "ngeh", ternyata aku ingin mencari orang lain yang sama-sama bersedih ketika hewan mati ketika insiden itu. Bukan sekadar ingin mencari tahu mengapa meninggalnya sesama manusia terasa berbeda dengan ketika yang meninggal itu hewan.

Adikku Irsyad yang besar juga ikut pelihara kelinci itu, tapi dia waktu itu B aja. Mungkin karena dulu dia masih duduk di kelas 2 SD.

Dalam beberapa catatanku yang lain, aku menceritakan bahwa aku "ngehalu lebay" sebelum aku bertanya perbedaan antara anggota keluarga dengan hewan itu. Maksudnya dari ngehalu lebay itu adalah aku membayangkan Papah menjawab pertanyaanku dengan kalimat, "Adik kan manusia, kelinci kan binatang." Bagiku, jawaban Papah versi halu itu belum sepenuhnya menjawab pertanyaan itu. Untungnya sudah banyak orang yang memberikan versi jawabannya masing-masing, baik itu dari orang IRL atau sesama pengguna Twitter.

Kuharap dengan mengetahui perbedaan manusia dengan hewan itu, aku dapat mengerti alasan mengapa orang-orang level sedihnya tidak sama kayak aku. Sayangnya, aku salah merangkai kalimat ketika bertanya. Terjadilah miskomunikasi antara aku dan Papah. Beliau jadi tersinggung tanpa kusengaja sama sekali, jadinya jawaban beliau versi RL itu bertolak belakang dengan jawaban versi halu yang tadi itu.

Menurut salah satu dari banyak jawaban dari netizen, kematian hewan itu cenderung kurang terasa menyedihkan karena life span mereka yang cenderung jauh lebih pendek daripada manusia sehingga kematiannya relatif tidak mengagetkan dibandingkan meninggalnya manusia, ini juga yang membuatku mulai bisa melupakan sedih akibat Lula mati. Ternyata ketika aku sudah mulai tidak terlalu bersedih lagi dengan kematiannya Lula, adikku Irsyad yang terbesar rupanya masih berduka. Setiap kali dia akan memberi makan para kucing di rumah kami, Lula itu yang paling reog. Maka, kematiannya satu-satunya kucing betina kami itu menyisakan luka yang cukup dalam baginya dan ini membuatku terperangah, ternyata aku bukan yang sendirian berduka cita atas hewan! 

Untuk adikku yang kecil Fariz, dia juga sedih tetapi tidak bisa terlalu mendalam karena sudah sibuk dengan berbagai kegiatannya sebagai siswa baru di kelas X SMA! Walau level kesedihan Fariz ketika Lula mati tidak sama seperti aku dan Irsyad, setidaknya aku sudah tahu bahwa bukan sendirian di keluargaku yang bisa merasakan sedih untuk hewan. Kalau saja waktu itu tidak segera ingin membuat proyek figurin, mungkin aku juga akan masih bersedih. Akan tetapi, sebesar apapun kesedihan aku ini, tetap tidak akan mengalahkan kehilangan untuk sesama manusia apalagi anggota keluarga.

Thursday, August 10, 2023

Bangkit dari Tragedi Lula

Catatan 10 Agustus 2023

Empat hari dari kematiannya Lula, beneran makin nggak mood nulis. Di samping itu, ada satu hal yang paling banyak menghibur aku di waktu belum ada seminggu dari tragedi itu. Aku emang lagi gak mood nulis, tapi aku lagi pengen-pengennya bikin figurin dari tokoh-tokoh karya sendiri! Udah dari hampir dua tahun yang lalu konsepnya ada, tapi baru sekarang kepikiran buat dijadiin figurin!

Dengan bikin sketsa desain untuk figurinnya aja udah bikin aku gak terlalu sedih lagi sama Lula. Apalagi kalo nanti udah ada bahannya buat bikin sketsa desain itu jadi nyata! Pasti senengnya banget-banget! Ya, semakin aku berfokus pada rencana figurin ini (di luar mengerjakan tugas akhir), makin ilang kesedihan aku akibat kisah sedih di hari Minggu kemarin itu.

Walaupun lagi gak mood buat nulis, aku harus pikirkan juga konsep lore buat para figurin itu! Harus puter otak nih tentang cerita yang bikin para varian figurin itu diharuskan untuk saling bertemu. Apalagi aku lagi ikutan event cerpen tentang Multiverse, yang konsepnya mirip banget sama figurin yang mau aku luncurkan itu. Ceritanya, para figurin itu adalah berbagai versi lain dari Mr. Wynn.

Berkat punya rencana proyek ini, sejak hari ketiga kematian Lula kemarin udah gak nangis lagi. Ya, walaupun sedihnya masih ada dan belum betul-betul ilang. Sempet deh kemarin lusa ada kecewanya dikit karena lilin malam yang mau jadi bahan figurin, taunya kinetic sand! Itu lho, satu mainan yang pernah viral sejaman dengan slime dan squishy

Yodah, kemarin pesen lagi deh plastisin/lilin malam yang udah terjamin keasliannya. Kenapa aku bilang terjamin itu plastisin asli? Karena udah ada mereknya yang terkenal! Pasti jauh lebih bisa untuk dibikin jadi figurin daripada kinetic sand.

Selain plastisin biasa, aku juga penasaran dengan polymer clay

Saturday, August 5, 2023

Kisah Kucing yang Paling Menyedihkan Tahun Ini

Catatan 6 Agustus 2023

Sebenarnya aku lagi nggak mood ngetik di sini. Eh, udah lama juga aku gak mood ngetik sebelum tiga hari yang lalu! Khusus hari ini, aku nggak pengen ngetik itu karena lagi ada kabar duka untuk kucing aku, Lula. Tetiba tadi pagi dia kejang-kejang, terus pas ke dokter hewan udah nggak ada napasnya, hiks.

Dua fotonya Lula pada malam terakhir sebelum kematiannya, sedang tidur

Di situ aku langsung berurai air mata. Tapi hidup harus terus berjalan, masih banyak proyek yang menunggu untuk diselesaikan. Untung sebagian besar dari tugas kuliahku udah kelar kemarin. Supaya aku nggak lupa ngerjain tugas yang lainnya, harus bilang gini ke diri sendiri, "Itu bukan orang, bukan orang. Dia cuma kucing saja."

Padahal tadi malem banget udah seneng paginya bisa check-out orderan plastisin buat bikin seri karakter dari game Cookie Clicker! Begitu pagi, turun dari kamar udah ada kabar tragis itu. Namun, aku harus tetep inget Lula itu bukan manusia. Selama masih ada duitnya buat check-out, jangan lupa bayar!

Adek aku Fariz ngasih uang buat aku healing habis kematiannya Lula si kucing abu-abu bercak krem. Nggak jauh dari tempat aku healing, ada ATM! Soalnya orderan aku kan bayarnya pake transfer. Untung Lula bukan orang, jadi masih bisa lega kalo aku seneng-seneng dikit.

Sore harinya dari Lula resmi dinyatakan mati oleh dokter hewan, dia dikebumikan di depan pohon mangga yang sedang tidak enak buahnya. Semoga setelah dia dikuburkan, buah mangga itu akan menjadi banyak, manis, dan besar. 

Pengaruh Karakter Anime dan Animasi Barat pada Karakter Ciptaanku

Catatan Minggu, 24 November 2024 Karakter dengan kekuatan es selalu menarik perhatianku. Ada sesuatu yang luar biasa tentang bagaimana eleme...