Bukannya aku gak bersyukur ya, ternyata sampai bulan ini aku masih juga sering flashback Insiden Kelinci. Bukan sengaja di-recall, tapi emang tiap hari keingetan terus kayak nggak bisa lupa. Pikiranku ingin melupakan itu, tapi sayangnya otakku menolak lupa. Walaupun masih suka kepikiran, untungnya udah mulai mereda, nggak kayak dulu-dulu lagi.
Kalimat "bad mood karena kurang piknik" itu nggak sepenuhnya bener ternyata. Ini baru aku ngeh tahun-tahun ini, tepatnya sejak terapi ke psikolog akhir 2021 lalu. Percuma banyak piknik tapi problem psikologis nggak cepet-cepet dikelarin sampai akhirnya udah 13 tahun masih ada efeknya, bahkan sampai sekarang masih suka kerasa efek kagetnya, jadi terhitung hampir 15 tahun dari tanggal kejadiannya! Udah ngelewatin banyak jalan-jalan, tapi tetep aja di perjalanannya aku dulu banyak sambil nangis karena masih sedih dan merasa bersalah karena insiden itu.
Nggak lama sehabis Insiden Kelinci dulu, malahan banyak banget piknik di antaranya :
1. Halal bihalal keluarga Eyang Putri di Lembah Bougenville Resort Lembang (12 Oktober 2008) ➡️ aku inget soalnya tepat sehari sebelum ultahnya tetangga aku
2. Belum sebulan dari halbil (halal bihalal) itu ada family gathering sama kantornya Mamah ke Dufan (2 November 2008) ➡️ ini hari terakhir aku sebagai anak-anak yang belum pernah mens
3. Lusanya field trip satu SD ke Penerbit Mizan dan nonton film Laskar Pelangi di bioskop terdekat dari sekolah, di sini aku lagi jadi anak kelas lima (4 November 2008) ➡️ pertama kalinya aku jalan-jalan dalam keadaan mens karena tepat hari kemarinnya dapet, mana pertama kali banget lagi tapi udah hari kedua dapet
4. Kurang dari seminggu kemudian, family gathering keluarga sangat besar dari Eyang Kakung di Bogor (9 November 2008) ➡️ sambil jalan sambil mikir tata caranya mandi besar karena udah hari-hari terakhir mens
5. Jarak waktunya lumayan jauh dari perjalanan sebelumnya, yaitu field trip satu sekolah lagi di semester depannya ke kavaleri di Lembang (kalo gak salah 14 April 2009) ➡️ ini udah pernah aku ceritakan di postingan blog "Kuda dan Kelinci"
Alhamdulillah aku bersyukur banget perjalanan ke Sans Co kemarin lusa itu berakhir menyenangkan banget. Itu karena udah banyak problem psikologis yang udah terselesaikan, termasuk ingatan akan Insiden Kelinci itu yang udah pelan-pelan teratasi. Waktu lagi duduk di kursi model ayunan Sans Co, aku buka-buka Twitter dan nonton video pengakuan seorang masinis di sebuah menfess.
Dalam video tersebut, sang masinis mengungkapkan rasa bersalahnya yang teramat sangat karena udah beberapa kali keretanya nabrak orang yang sengaja berdiri di atas rel kereta. Soalnya kereta api itu kan nggak bisa ngerem mendadak kayak mobil atau motor, jadi itu sih emang rencananya si orang yang berdiri di atas rel itu buat bundir, biar dirinya meninggoy. Tapi tetep aja masinis itu nggak bisa ilang rasa bersalah dan sedihnya meskipun kejadiannya udah lama banget. Perasaannya Mas masinis itu jelas banget nggak bisa disamakan dengan guilt aku akan Insiden Kelinci, tapi kira-kira kek gitu penggambarannya perasaan yang aku rasakan berkat itu insiden.
Sampai-sampai sering kebawa mimpi kejadiannya dan keingetan terus waktu nabrak orang menurut masinis itu. Ya, aku juga masih sering kebawa mimpi dan keinget lagi kesalahan aku waktu Insiden Kelinci. Dari kisah pengalamannya, masinis itu bilang jangan sampai kita b*n*h diri dan segera selesaikan masalah kita. Sesedih dan sekuat apapun perasaan bersalah aku dari Insiden Kelinci, untungnya aja nggak pernah bikin sampai kepikiran pengen shutdown diri sendiri, karena aku masih mikir bahwa ini masih bisa ditangani.
Kebanyakan orang mikirnya aku itu menyalahkan Papah karena marah akan pertanyaan itu, padahal justru karena aku punya kesalahan yang lumayan besar tanpa aku sadar. Perasaan bersalah itulah yang terus menghantuiku, sama sekali karena bukan sakit hati sama beliau.