Friday, July 8, 2022

Kapoknya Aku Menjadi Hater

Catatan 8 Juli 2022

Pada tanggal 7 kemarin, warga Twitter (dan juga TikTok, yang aku udah lama gak main) dihebohkan oleh sebuah video tentang seorang lelaki muda yang berpura-pura berkurban dengan memotong kepala standee seorang idol dari Korea Selatan. Awalnya aku merasa hanya heran dengan sebuah keisengan yang dilakukan oleh pemuda tersebut. Setelah banyak membaca komentar balasan dari videonya, seketika isi pikiranku melesat menuju memori tentang satu fase dalam kehidupanku sebagai pra-remaja dulu. Jika menemukan topik tentang orang yang melecehkan sesuatu, misalnya artis atau seleb yang dia tidak nge-fan, saat itu juga pernah kulakukan hal yang serupa.

Ketika permulaan tahun ajaran baru sebagai kelas V SD, aku pernah menjadi hater bagi Cosmo, si peri hijau. Buat yang tahu kartun tentang peri-peri berjudul "The Fairly Odd Parents", pastinya sudah tidak asing lagi dengan satu dari dua peri sebagai tokoh utamanya. Masing-masing dari mereka adalah peri hijau bernama Cosmo tadi dan peri pink bernama Wanda. Hal yang menjadi penyebab kebencianku kepada tokoh yang pertama kusebutkan karena sifatnya itu bego gak ada obat, tapinya kok lebih populer daripada Danny Phantom yang jelas-jelas gagah berani?

Cosmo si peri bertema warna hijau yang sering bersikap konyol dan blo'on


Orang-orang di sekitar aku (entah kalau di LN), biasanya lebih familiar dengan kartun peri itu ketimbang Danny Phantom! Bahkan ada satu teman cewekku di kelas saat itu yang mengiraku salah menyebut nama acara kartunnya. Padahal, Danny ini berasal dari acara kartun yang terpisah, maklum artstyle-nya hampir sama karena penciptanya juga orang yang sama! Fakta ini menyebabkanku bertambah benci kepada Cosmo, karena (aku benci mengakuinya) dia boleh dibilang mirip versi Chibi dari Danny Phantom, hanya saja rambutnya hijau dan bukannya putih.

Sebagai anak yang hobinya menorehkan isi pikiran di buku, saat itu mulai berusia pra-remaja, kutulis sebanyak-banyaknya umpatan kepada Cosmo. Aku banyak menulis lettering yang mengatakannya sebagai "bodoh", "jelek", "geuleuh" (Bahasa Sunda, artinya 'menjijikkan'), "gila", dan sebagainya. Gaya lettering tersebut mengikuti aneka grafitti yang sering kulihat di perjalanan, terutama di sekitar gedung Danareksa, Bandung. Anehnya, banyak saja pasang mata di kelasku yang kepo, terutama dari kalangan anak Ikhwan, dengan buku corat-coretku itu! 

Untungnya, mereka berinisiatif untuk melaporkan isi buku itu kepada wali kelas kami yang masih baru, meski jujur perasaanku sedih ketika buku corat-coret tersebut disita oleh beliau karena banyak perkataan yang kasar di dalamnya. Dengan kejadian seperti itu, aku bersyukur karena pengalaman ini mengajariku untuk menge-rem tulisanku, meskipun ditujukan untuk sebuah karakter kartun yang tidak nyata dan juga tidak hidup. Peristiwa itu terjadi pada pertengahan tahun 2008, sekali lagi syukur ini kuucapkan karena tahun tersebut internet dan media sosial belum terlalu merakyat. Sehingga, kebencianku terhadap sang peri mungil hijau yang pada-kenyataannya-memang-konyol itu tidak sampai meluas ke ranah publik. 

Hanya sebatas coretan-coretan di buku tulis bekas tahun ajaran sebelumnya saja sudah memancing banyak cemoohan dari kaum lelaki di kelasku, apalagi jika sampai terlontar di dunia maya alias dumay? Sering aku miris membaca banyak ketikan jahat haters di media sosial yang tanpa beban menghujat berbagai artis atau idol dengan brutal, yang sebenarnya tokoh-tokoh itu tidak bersalah. Nah, peristiwa pemotongan standee seorang idol dari Korsel tadi itu bisa jadi dilakukan oleh seseorang yang tidak puas lagi hanya dengan melempar hujatan kepada sang idol. Terbongkarnya isi buku corat-coret milikku pada tahun kelima Sekolah Dasar itu menyelamatkanku dari melakukan perbuatan-perbuatan seperti contoh barusan yang menebarkan kebencian, malah akan lebih bahaya jika sasarannya adalah para idol yang nyata!

Akhirnya aku berhenti membenci Cosmo dan memilih untuk menerima bahwa doi ini memang faktanya lebih digemari oleh masyarakat daripada Danny Phantom yang heroik.


Pin Bowling yang Imut dan Lucu

Catatan 8 Juli 2022

Pada awal bulan Juni lalu, tetiba saja teringat dengan sebuah foto satu set pin untuk bermain bowling pada sebuah brosur dari bank. Random sekali deh ingatanku itu, padahal tidak dipicu oleh apapun yang sedang kulihat. Ingatanku itu terpicu hanya ketika aku sedang berbaring di atas kasurku di kamar ketika akan tidur. Padahal saat itu hanya dinding kamarku saja yang kulihat, tetapi membuat ingatanku akan pin bowling itu muncul kembali. 
Padahal sudah hampir empat belas tahun yang lalu benda tersebut kulihat dan hanya satu kali saja aku melihatnya. Namun, entah mengapa satu jenis peralatan olahraga mainan itu begitu tertancap dalam ingatanku, foto produk tersebut kulihat ketika akan naik ke kelas V SD pada pertengahan tahun 2008! Sebagai anak desain komunikasi visual, salah satu hal yang pernah kupelajari adalah penampilan dari suatu produk haruslah memorable, artinya mudah untuk diingat. Berarti, produsen dari satu set pin bowling untuk anak-anak itu telah berhasil dalam menciptakan produk mereka.

Fakta menarik dan unik tentang pin bowling yang kulihat di brosur dari bank ini, bukanlah pin biasa yang hanya didominasi warna putih polos dengan garis merah yang melingkari "lehernya". Kemungkinan pihak bank yang menerbitkan brosur tersebut sedang mengadakan promo untuk produk pin bowling tersebut. Bentuk dan warna dari masing-masing pin dalam satu set beraneka macamnya untuk produk yang satu ini, ada yang biru, kuning, merah, dan warna-warna cerah lainnya. Pin bowling ini berbentuk aneka hewan, oleh karena itu bentuk dan warnanya berbeda-beda meski masih dalam satu set, kesamaan mereka semua hanya dalam ukuran saja. 
Kucoba untuk mencarinya di sebuah toko daring, ternyata harganya selangit, hanya untuk satu set plus bolanya! Tidak mengherankan apabila produk semacam itu sampai diberlakukan promo oleh suatu perusahaan bank! Kalau saja harganya ramah di dompet, akan kubeli meskipun itu untuk konsumsi anak-anak. Lumayan sebagai dekorasi kamarku.

Mengapa tidak membuat sendiri satu set pin bowling aneka binatang seperti yang tadi kucari? Walaupun jelas desainnya lebih lucu dan imut, dibuatnya pasti akan lebih susah! Harus dilukis satu persatu, karena seperti yang tadi kubilang, desainnya berbeda antara satu dengan lainnya meski semuanya termasuk dalam satu set yang sama. Sedangkan pin bowling dalam game Gutterball justru semuanya seragam, baik bentuk, corak, maupun warnanya. 


Wednesday, July 6, 2022

Semoga Konsisten Menulis di Blog Selama Setahun!

Catatan 6 Juli 2022

Sebenarnya jarang aku bisa konsisten menghasilkan karya lewat hobiku, baik itu menulis atau menggambar. Karena sedang diserang art block dan justru sedang mood untuk menulis sebanyak-banyaknya, setidaknya aku konsisten dulu dengan mengisi blog. Walaupun topik tulisannya itu-itu saja, minimal blog aku berjalan atau hidup, tidak mandeg. Bahkan tahun ini saja blog tersebut sempat mandeg selama tiga bulan lamanya setelah aku banyak aktif mengisi di bulan Februari lalu tahun ini.

Pada bulan Januari lalu, blog pribadiku sempat terbengkalai karena aku mulai sibuk dengan pekerjaanku yang paling pertama. Bulan selanjutnya yaitu Februari, aku berhenti untuk berkonsentrasi memulai semester baru genap perkuliahan. Terdapat libur sekitar dua mingguan sejak UAS semester ganjil hingga dimulainya semester genap, di situlah aku menengok kembali blog pribadi yang sudah kurintis sejak Oktober 2019 lalu. Pada bulan kedua dari satu tahun ini, cukup banyak postingan yang telah terkirimkan.

Sayangnya, ketika perkuliahan dimulai pada sekitar akhir bulan Februari, aku kembali dilanda writer's block atau rasa malas untuk menulis/mengetik. Ditambah aku harus lebih fokus dengan tugas kuliah semester genap ini yang seluruh mata kuliahnya adalah praktik, berbeda dengan pada semester ganjil sebelumnya yang masih terdapat mata kuliah teori. Itulah sebabnya tidak ada postingan sama sekali pada bulan Maret, April, dan Mei lalu tahun 2022 ini. Namun, aku juga menyadari bahwa ketika mengerjakan tugas-tugas itu juga seringkali pikiranku dipenuhi oleh banyak pikiran yang tidak perlu.

Karena saking jarangnya aktif di blog, sampai-sampai aku pernah menghapus atau men-delete aplikasi untuk blogging di ponsel pintarku. Aplikasi tersebut sebenarnya kuhapus lantaran memori ponselku sudah penuh sehingga memberatkan kinerjanya. Lalu, pada suatu hari di akhir bulan Juni, ketika banyak pikiranku yang menghambatku mengerjakan tugas-tugas kuliahku, aku memerlukan lagi kegiatan mengisi blog. Benar saja, setelah kutuangkan isi pikiranku menjadi sebuah post di blog pribadi, kepalaku mulai ringan dan lebih lancar untuk "nugas".

Kuharap mulai bulan Juni lalu hingga Desember nanti, selama tahun 2022 ini aku terus konsisten mengisi blog. Minimal hanya satu postingan untuk satu bulan jika sedang malas-malasnya menulis. Tidak boleh lagi ada bulan yang sama sekali tanpa postingan. Fungsi blogging ini sebenarnya mirip dengan surat imajiner, yaitu membasmi overthinking.

Kegiatan nge-blog ini bukan hanya ditargetkan hingga tahun 2022 ini berakhir saja, tetapi targetkan hingga satu tahun dari mulai aktifnya kembali blog tersebut. Blog pribadi ini mulai aktif kembali sejak bulan Juni lalu, artinya jika selama setahun selalu diisi, targetnya hingga bulan Juni 2023 mendatang. Jika setiap hari sudah konsisten menulis di blog, semoga bukan hal yang sulit untuk melanjutkannya hingga tahun depan. Dengan konsisten mengisinya, semoga saja akan terjadi sebuah hal yang mengejutkan menantiku.

Tuesday, July 5, 2022

Jangan Terburu-buru Menyimpulkan!

Catatan 5 Juli 2022

Berhubung perbedaan sudut pandangnya aku ini agak lain atau malah kadang beda jauh dengan orang-orang, jadinya seringkali butuh waktu lama buat paham letak kesalahanku pada banyak kasus. Aku sudah sangsi sejak berhari-hari yang lalu jika menuliskan tentang Insiden Kelinci itu, khawatir orang yang membacanya malah bosan. Kuakui sih, aku memang memiliki semacam obsesi non-kesukaan akan peristiwa itu. Namun, hal yang menyebabkan obsesi itu tumbuh adalah karena banyak sekali hal luar biasa yang terjadi dalam hidupku setelahnya.

Insiden Kelinci itu sendiri memang kejadian yang luar biasa, dalam artian "terlalu tidak umum". Oleh karena itu, selama bertahun-tahun lumayan sulit untuk memahami apa yang menjadi kesalahanku jika bertanya seperti pada kejadian itu. Pada salah satu hasil screenshot di atas, tertulis banyak cara untuk "self-reward". Cara yang menurutku paling "ngena" adalah kalimat yang terakhir, yaitu "Don't trust your first conclusion".

Kalimat terakhir tadi itu jika diartikan kata perkata adalah "Jangan memercayai kesimpulanmu yang pertama." Tetapi, terjemahan yang lebih terasa enakan kira-kira adalah "Jangan langsung percaya dengan kesimpulan yang pertama muncul di kepalamu" atau lebih singkatnya, "Jangan terburu-buru mengambil kesimpulan". Dalam memahami Insiden Kelinci ini, aku memang sempat beberapa kali salah menyimpulkan arti dari kemarahan Papah pada saat kejadian itu. Sampai akhirnya ketika aku rebahan pada suatu siang yang membosankan ketika liburan Lebaran tahun 2011, kurang lebih tiga tahun sejak insiden itu terjadi. 

Ini adalah salah satu kisah ketika aku salah mengambil kesimpulan dari insiden tersebut. Ketika adikku yang bungsu Fariz masih kecil, umurnya saat itu kira-kira empat tahunan, dia pernah menempelkan berbagai gambar pasel hewan di sebuah buku tulis kosong. Paselnya teramat sederhana sesuai dengan umurnya, menjodohkan bagian depan dengan belakangnya dari berbagai macam jenis hewan. Saat hampir semua pasel hewan tersebut terselesaikan, ada satu hewan yang belum ditemukan bagian belakangnya!

Hewan yang baru ditempelkan gambar bagian depannya saja itu adalah kelinci! Seingatku, pasel itu adalah semacam hadiah dari suatu sereal atau makanan ringan, bukan guntingan dari sebuah majalah anak-anak. Gambar kelinci itu entah mengapa bisa kehilangan bagian belakangnya. Jadinya adikku Fariz itu hanya dapat menempelkan gambar bagian depannya saja yang terdiri dari kepala dan kaki depan.

Di situ aku diam-diam malah berburuk sangka kepada Papah, dengan mengira beliau menyembunyikan gambar bagian tubuh belakang pasel itu karena tidak suka dengan itu hewan. Sebelumnya, aku memang sempat salah paham dengan menyangka beliau membenci kelinci. Syukurlah sangkaanku itu ternyata tidaklah benar, karena ayah kami melengkapi pasel kelinci itu dengan digambar oleh beliau sendiri sebelum bagian belakang itu ditemukan. Skill menggambar beliau memang sangat bagus, terbukti dari hasil gambar beliau yang mampu menyesuaikan dengan artstyle pasel tersebut. 

Setelah pasel kelinci itu dilengkapi dengan gambaran tangan Papah, tak lama kemudian bagian tubuh belakang paselnya baru ditemukan oleh beliau sendiri! Hasil gambar Papah memang sangat mirip dengan gambar pasel aslinya. Di satu sisi aku ikut merasakan lega karena pasel itu berhasil menjadi gambar yang seutuhnya, tetapi juga menyayangkan hasil karya Papah itu akhirnya tertutupi oleh bagian pasel yang sempat hilang itu. Akan tetapi, masih ada lagi satu sisi lainnya, yaitu perasaan bersalah karena aku telah menyangka beliau yang tidak benar, itu tandanya aku telah mengalami overthinking

Pikiranku itu hanya kuketahui oleh diriku sendiri selama kurang lebih sepuluh tahun, hingga catatan ini diketik. Jadi, saat itu tidak seorangpun yang mengetahui bahwa aku sempat berpikir negatif kepada beliau. Sebelum aku memahami kesalahanku pada insiden itu, kukira beliau marah karena beliau benci banget dengan kelinci, sehingga tidak terima jika aku berkeinginan agar hewan itu mendapatkan kepedulian yang sama seperti sesama manusia. Maafkan Teteh ya, Papah, karena Teteh telah salah sangka. 

Dengan terus mengikuti apa saja yang terjadi ketika bagian belakang pasel itu hilang hingga akhirnya ditemukan kembali, asumsi tanpa dasar yang telah hadir dalam kepalaku akhirnya terpatahkan dengan sendirinya. Peristiwa ini terus mendorongku supaya semakin banyak introspeksi, tidak mudah mencurigai orang lain. Apalagi beliau adalah ayahku sendiri. Juga, meningkatkan kemampuanku untuk menyamakan sudut pandangku dengan bagaimana cara pandang orang lainnya pada umumnya.



Monday, July 4, 2022

Hari-hari Gabut Nan Boring yang Akhirnya Disyukuri

Catatan 4 Juli 2022

Papahku memang orangnya tegas dan ketat soal peraturan, jadi sebenarnya bukanlah hal yang langka jika beliau marah atas kesalahan yang kulakukan, entah itu berupa perkataan atau perbuatan. Harusnya sih ya aku tidak kaget dan trauma atas Insiden Kelinci itu. Akan tetapi, penting untuk diingat bahwa butuh waktu paling sedikit tiga tahunan untuk memahami letak kesalahanku pada insiden tersebut. Pemahamanku akan hal itu kudapat ketika pada saat liburan Lebaran 2011 yang membosankan!

Sebelum pandemi menyerang, jika sedang liburan keluargaku memang sudah biasa "di rumah saja" karena sering tidak punya waktu dan biaya untuk bepergian. 

Lantaran hari-hari liburan yang sangat gabut karena tidak ada lagi rencana bepergian, aku saat itu hanya dapat merebahkan diri di atas kasur di kamarku. Aku menghitung lamanya Insiden Kelinci hingga tahun itu, ternyata sudah mencapai tiga tahun! Di situ aku termenung, memikirkan mengapa kemarahan Papah yang satu itu terasa begitu membekas, berbeda dengan kasus-kasus lainnya? Kasus yang satu ini memanglah unik, karena aku butuh berpikir dengan keras untuk menjadi paham letak dari kesalahanku pada saat terjadinya kasus ini. 

Sambil rebahan, pikiranku melayang ke penjelasan Papah tentang apa yang bikin beliau marah karena pertanyaanku pada saat kelinci itu mati. Beliau berkata bahwa aku ini menyamakan atau membandingkan antara anggota keluarga sendiri dengan binatang. Sungguh, bagiku (padahal bagi kebanyakan orang lain hal ini mudah untuk dipahami) penjelasan beliau itu lumayan membingungkan. Mengapa dianggap menyamakan, padahal dulu itu sama sekali tujuannya bukan untuk making fun of my own the late brother, malahan kataku sendiri juga itu tidak funny atau fun sedikitpun!

Sebelum insiden itu terjadi, pemahamanku akan istilah "menyamakan hewan dengan manusia" itu hanya sebatas mencela atau mengejek bentuk tubuh maupun wajah seseorang yang kontennya adalah memiripkan orang yang bersangkutan dengan suatu hewan saja. Beneran, pengertian dari istilah tersebut ternyata lebih luas dari yang kuperkirakan! Baru kupahami maksud beliau ketika sedang rebahan di liburan Idul Fitri 2011 tanpa rencana apapun itu, tanpa kubertanya kepada siapapun! Begitu pikiran ini mendapat pencerahan lewat lamunan, rasanya bagaikan terkena petir di siang bolong, waktu itu memang sedang tengah hari juga.

Ternyata maksudnya dari istilah yang disebut oleh Papah itu adalah "menganggap matinya hewan itu sama pentingnya dengan meninggalnya manusia"! Namun, bagiku kepedulian terhadap makhluk hidup di luar manusia itu memang sama pentingnya dengan memperhatikan sesama anggota keluarga sendiri. Kita juga tidak boleh menelantarkan hidup hewan yang tidak memiliki akal pikiran seperti kita-kita ini, sama seperti kepada sanak saudara kita. Saat terakhir kulihat kelinciku yang berbulu coklat itu adalah pada sore hari menjelang Maghrib sedang berada di luar kandangnya dan semua orang di rumahku lupa untuk memasukkannya kembali ke dalamnya, itulah sebabnya kelinciku itu mati pada saat sahur pertama di bulan Ramadhan 2008. 

"Jadi, menurut Teteh, antara meninggalnya adikmu dengan matinya kelinci itu sama, begitu!?" tanya Papah setelah beliau marah karena pertanyaanku itu.

Kalau ditanya begitu, agak dilematis untuk kujawab. Rasanya agak sulit jika dijawab dengan "Ya" atau "Tidak", karena memang menurutku hewan peliharaan itu sama layaknya untuk diperhatikan seperti manusia, bahkan anggota keluarga sendiri. Akan tetapi, jika kujawab dengan "Ya", beliau akan menyangka bahwa aku justru merendahkan nilai adikku sendiri yang telah wafat karena dibandingkan dengan seekor binatang. Padahal, maksudku sama sekali bukan seperti itu, tidak seburuk seperti kedengarannya bagi mayoritas manusia. 

Lalu, jika sudah ketemu jawabannya dari apanya yang salah dari pertanyaan itu, mengapa kesedihan itu berlanjut hingga lebih dari sepuluh tahun kemudian? Perasaan pahit itu berawal dari kesadaranku akan kesalahan itu. Kepedulianku akan sesama makhluk hidup, sayangnya berakhir sebagai hal yang tidak etis. Semakin lama semakin kupahami bahwa wafatnya seorang anak adalah sesuatu yang sensitif, melebihi rasa kehilanganku sebagai seorang kakak, jadi tidak boleh diulik-ulik.

Untuk cari amannya, kujawab saja dengan "Tidak". Karena memang tujuannya benar-benar tidak untuk membuat worth dari nyawa adikku itu jatuh. Malahan aku kaget untuk yang kedua kalinya setelah mendengar Papah marah, begitu mengetahui ternyata bagi beliau pertanyaan itu dirasa melecehkan. Otakku berpikir keras untuk mencerna bahwa "menganggap nyawa hewan sama pentingnya dengan manusia adalah hal yang menyinggung".

Sudut pandangku ini langka, sehingga lumayan sulit untuk dipahami kebanyakan orang. Akibatnya, aku sering kesulitan untuk memahami sebab seseorang tersinggung dengan perkataanku. Maka, banyak orang yang mengiraku ini bodoh. Beruntunglah Papah sempat mengatakan tentang perbedaan caraku dan cara orang lain memandang banyak hal, yang justru merupakan keunikan tersendiri dari diriku dan bukannya penyakit mental.

"Orang yang kreatif adalah orang yang mampu melihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Karena kamu memiliki sudut pandang yang unik dibandingkan orang-orang, makanya kamu itu kreatif," terang psikolog aku.

Dengan menulis catatan ini, aku jadi mensyukuri liburan Lebaran 2011 yang gabut dan boring itu. Jika saja saat itu aku tengah piknik, tidak akan ada waktu untukku rebahan sambil merenungkan lebih dalam peristiwa itu. Malah justru banyak mengikuti piknik belum tentu menghiburku dan menemukan akar dari masalahku. Itu terbukti dari akhir tahun 2008 ketika aku banyak piknik, sekitar satu hingga tiga bulan dari insiden kelinci itu.



Menampilkan "Sisi Kurang Sopan" dari Karakter Ciptaanku dengan Sarong

Catatan 4 Juli 2022

Karena sering membaca tweet tentang OC (original character), aku jadi teringat banyak karakter ciptaanku yang masih sangat kurang mendapatkan perhatian dariku. Salah satu tokoh favorit yang berasal dari ideku sendiri adalah Bella Hayden (tadinya mau pake nama keluarga Lasseter), doi ini terpicu untuk kubuat karakter setelah lama mengenal game Sally Salon. Game tersebut biasa kumainkan di komputer LCD ketika aku kelas VIII. Tokoh Bella ini dibuat berdasarkan tokoh "Bride" dari game tersebut. 
Tweet tentang OC itu biasanya meminta para pembuatnya untuk menampilkan gambar karakter ciptaan mereka masing-masing. Setelah sering menampilkan gambar Bella, aku baru sadar ternyata gambarnya itu sedikit sekali! Bahkan aku belum pernah menggambarnya dalam pakaian di luar baju utamanya! Hehehe, ide yang sedikit nakal menghampiri kepalaku, tetapi tenang saja, aku tidak akan pernah menikmati menggambar sesuatu yang 18+ kategorinya. 

Setelah menonton episode ke pantai dari serial kartun American Dad, aku mendapatkan ide tersebut. Ide yang agak kurang baik ini kudapatkan ketika melihat Francine, salah satu tokoh utama serial tersebut mengenakan pakaian renang plus sarong (rok lilit dari kain pantai), jenis pakaian renang yang paling kusukai. Pakaian renang dan sarongnya berwarna merah dengan corak bunga-bunga, cocok untuk imej Bella yang identik dengan berbagai jenis bunga dan warna pink atau merah. Sudah lama aku ingin menggambar karakter dengan sarong sebagai pelengkap pakaian renangnya, setelah menggambar Vanessa Doofenshmirtz pada bulan Desember 2021 lalu. 

Inspirasi lainnya dari karakter Bella Hayden adalah Suzie Kokoschka dari Hey Arnold. Suzie atau Mrs. Kokoschka juga pernah memakai pakaian renang ber-sarong pada sebuah episode pantai. Ini sih membuatku semakin kuat buat memilih sarong sebagai bagian dari pakaian renangnya Bella! Pakaian utamanya Suzie adalah pink, ketika berganti menjadi pakaian untuk ke pantai, warnanya berganti menjadi merah, situasi tersebut sama untuk Bella.

Satu karakter lagi yang ikut menjadi referensi pembuatan karakter Bella! Pastinya ini adalah karakter yang paling terkenal dari semua karakter yang sebelumnya kusebutkan dan juga dikenal sangat baik oleh para anak perempuan! Siapa sih yang masih asing dengan Sunset Shimmer dari Equestria Girls? Tokoh dengan nickname "Sunshim" ini kuambil gaya rambutnya sebagian untuk Bella, Sunshim juga mengenakan pakaian renang tipe sarong!

Ya, sudah fix untuk model pakaian renang Bella adalah tipe "ber-sarong" dan didominasi warna merah. Panjang sarong-nya akan mengikuti kepunyaannya Francine Smith, bagian atasnya akan mengikuti yang dikenakan oleh Suzie Kokoschka, dan pewarnaannya akan meniru sebagian dari sarong milik Sunset Shimmer. Skema warna Bella tidak memiliki warna kuning, jadinya warna tersebut dari sarong Sunshim tidak akan dimasukkan ke dalam gradasi warna pakaian renang Bella. Coraknya akan berupa corak bunga seperti Francine, tetapi akan digantikan dengan mawar alih-alih kembang sepatu (hibiscus). 

Sebagai anak yang besar di keluarga cukup religius, aku dididik ketat soal aurat wanita. Itu termasuk soal menggambar. Akan tetapi, ketika aku konsultasi dengan psikolog aku waktu itu, kata beliau sebaiknya aku membebaskan diriku sendiri untuk menggambar apa saja yang ada dalam pikiran ini. Meskipun terdengar bertentangan dengan ajaran agama Islam yang ditanamkan oleh ortu sejak kecil, itu justru akan lebih mengembangkan potensiku menghasilkan karya menurut beliau.

Entah perasaan apa namanya yang timbul ini, pastinya timbul semacam rasa bangga kepada diriku sendiri setelah menggambar karakter kartun dengan pakaian yang tidak terlalu sopan seperti Vanessa tadi. Kalau begitu, aku jangan ragu lagi untuk menambah keragaman jenis pakaian untuk para OC! Bukan hanya untuk Bella saja, aku juga ingin menggambar Davina dalam pakaian renangnya, hanya saja modelnya bukan plus sarong seperti yang pertama disebutkan. 


Ketidakjujuran Hanya Akan Memperumit Masalah

Catatan 1 Juli 2022

Kata pamanku, adik bungsunya Papa almarhum, aku ini terobsesi dengan insiden kelinci. Ya, beliau memang benar karena aku terus saja mengaitkan banyak hal dengan peristiwa lama tersebut. Sekali saja menemukan kata "meninggal/mati", "membandingkan", "menyamakan", atau "tidak etis", ingatanku segera terpicu akan insiden tersebut. Efek samping dari kisah itu berlangsung lama sekali dan baru terpecahkan cara untuk mengobatinya ketika sudah lewat dari sepuluh tahun kejadiannya.

Mengapa kesedihan itu bisa berlangsung lama, lama, lama sekali? Salah satu faktor yang kuketahui adalah kurang terbukanya aku dengan orang lain untuk mencari solusi untuk mengatasinya ketika kejadian itu masih baru atau agak baru. Ketika aku diam-diam menangisi peristiwa itu di sekolah saat kelas V SD lalu seorang kawan perempuan memergokiku menangis, bukannya menceritakan kisah yang sebenarnya, malah beralasan "kelinciku mati". Padahal waktu itu kami sedang berada di bulan puasa Ramadlan, kok aku malah berbohong?

Baiklah, mungkin pada saat itu aku tidak sepenuhnya berkata bohong. Pada saat kelinci itu mati, aku memang sedih, yang tentunya tidak akan melebihi rasa kehilangan anggota keluarga yang sebenarnya. Akan tetapi, ketika tertangkap basah sedang menangis itu, bukan lagi kematian kelinci peliharaan itu yang menyebabkannya. Seperti yang sudah sering kuceritakan, tangisan itu muncul sebab tingkat insecure diriku ini tinggi sekali, karena mencurigai bahwa aku ini orang bodoh, sebelum akhirnya berkonsultasi dengan psikolog.

Ditambah pengalaman memang sering dikatai "bodoh" oleh banyak teman sekelas karena aku juga banyak tidak mengerti Matematika, aku berusaha menutupi rapat-rapat kisah nyata itu. Oleh karena itu, bukannya jujur menceritakan tentang peristiwa itu, malahan memilih untuk mengada-ada dengan cerita yang lebih mudah untuk diterima oleh orang banyak. Alhasil, kesedihan itu belum juga benar-benar terobati, padahal belum tentu juga si kawan itu akan mencemooh atau merespon dengan buruk jika saja kuceritakan yang sebenarnya. Kesalahanku yang serupa alias "same energy" dengan kejadian di sekolah tadi itu adalah ketika acara halalbihalal bersama keluarga besar plus ART pada saat aku kelas V.

Ini sudah pernah kubahas pada catatan tahun 2021 lalu. Ketika aku curhat pada seorang ART pada acara halalbihalal tadi, aku hanya menceritakan bahwa aku hanya merasa bodoh saja, tanpa membahasnya lebih jauh. Padahal nasihatnya sangat menyentuh, sayangnya sering terlupakan karena tidak masuk ke inti masalahnya. Hal itu bisa terjadi karena belum adanya keberanian untuk mengisahkan tentang peristiwa itu dengan jujur karena khawatir akan semakin dianggap aneh oleh orang lain. Karena terlalu banyak merasa rendah diri dan bukannya percaya diri, tidak lagi dapat mengingat kelebihan dari diriku sendiri dan lupa dengan perkataan banyak orang yang membesarkan hatiku.

Bukti dari diriku sebagai pengidap OCD adalah terlalu terpaku dengan tokoh yang sudah menjadi tokoh idola sebelum insiden itu terjadi, nama ini sudah tidak asing lagi : Danny Phantom! Sebagai penghilang rasa tertekan akibat rendah diri yang teramat hebatnya, malahan kututupi perasaan tidak menyenangkan itu dengan canda tawa seputar si tokoh dengan inisial DP itu. Tanda yang paling jelas bahwa aku sudah kecanduan Danny Phantom itu adalah sering sekali tertawa kencang ketika memandangi gambarnya. Itu kulakukan dengan banyak mengkhayalkan berbagai skenario lucu agar tidak terus menerus terpikirkan soal insiden kelinci itu. 

Dengan menghindari pemecahan masalah yang sebenarnya, malah memberikan macam-macam dampak buruk dari ketertarikanku kepada Danny Phantom yang tidak sehat. Dari seringnya mengkhayal kisah-kisah gila mengenai DP, malah aku justru yang dikira gila oleh banyak teman karena sering tertawa sendiri tanpa sebab yang jelas. Keluarga dan teman jadi bosan bahkan mungkin muak dengan sang karakter pahlawan super itu karena selalu kubawakan tanpa henti. Malahan tokoh itu menciptakan tekanan batin yang baru karena dia kurang terkenal sehingga sulit untuk ditemukan barang-barangnya, tidak seperti Spongebob. 

Bakat menggambarku jadi tidak dapat berkembang dengan optimal karena terus berputar-putar dalam melukiskan Danny Phantom. Sampai-sampai bapak wali kelasku saat itu berkata, "Jangan menggambar tokoh kartun yang sudah ada terus dong. Sesekali ciptakanlah tokoh buatanmu sendiri." Akupun merindukan saat-saat dahulu ketika ideku masih mengalir lancar, tidak buntu seperti itu. Mendadak otakku berhenti menghasilkan ide untuk menggambar di luar DP saat masih suka dengan dia. 

Karena rasa yang mungkin adalah trauma akibat Insiden Kelinci selama ini tidak segera benar-benar teratasi, kemudian menjadi semakin sulit untuk diobati hingga bertahun-tahun lamanya.

Menghibur diri dengan minat dan hobi memang baik untuk dilakukan, akan tetapi jagalah agar itu semua tidak sampai malah menguasai pikiran kita dan berusahalah untuk jujur dalam mengungkapkan perasaan kita supaya mudah mencari jalan keluar dari masalah dengan jitu.

Tambahan : catatan ini lagi-lagi tidak diposkan tepat waktu, karena saat itu aku harus fokus mengerjakan tugas UAS!

Mengenang Kembali Karakter Anime Berambut Hijau Mint: Martina Zoana Mel Navratilova

Catatan Rabu, 20 November 2024 Ada kalanya, sebuah kenangan masa kecil kembali muncul begitu saja, membawa kita ke waktu yang lebih sederhan...