Thursday, February 2, 2023

Cognitive Dissonance, Mungkin Salah Satu Latar Belakangnya Banyak Kisah Hidupku

Catatan 2 Februari 2023

Pada suatu siang di saat aku masih kelas IV, aku sedang menulis buku cerpen di dalam kelas. Teman sekelasku, Nadia Regyna Nusivera (dia bukan friend, cuma classmate doang) lewat di belakang aku lalu terdiam.

"Hanna, kamu lagi apa?" tanya Nadia.

"Lagi nulis cerita," jawab aku sambil terus nulis di atas lembaran blocknote.

"Hah? Hanna, jawab aku ya. Apa aku nggak salah denger Hanna nulis cerita?" tanya dia lagi sambil pake nada sinis.

"Nggak," jawab aku datar, masih lanjut nulis. Sumpah, ide aku rasanya unlimited meski dijulidin manusia macam begitu yang herannya malah duluan ketemu her own truly prince charming.

"Hanna kan bego, mana mungkin bisa bikin cerita!" ejeknya sambil melenggang pergi dari belakang aku.

Kalo cemoohan classmates yang julid sih kayaknya aku bisa nggak terlalu hirau. Namun, di saat ortu nanya retoris, "Teteh (panggilan buat aku sebagai anak yang terbesar) itu pinter gak sih!?" rasanya nyaris mustahil buat nggak jadi bahan overthinking. Bukannya nyalahin ortu apalagi Papah yang udah lama nggak ada ya, soalnya kalo mereka sampai keluar kalimat gitu artinya ada something wrong dalam diri aku. Orang luar sih bisa aja cuman julid atau sirik doang.

"Kayaknya Teteh itu ada something wrong dalam Insiden Kelinci itu, makanya bisa telat paham," ujar Mamah langsung ke intinya bilang ada yang nggak beres dalam diri aku dengan nada khawatir.

Omongannya Nadia yang tadinya aku bisa cuekin, malah jadi keingetan lagi habis Insiden Kelinci itu. Pada saat itu, aku mikir gini, kayaknya aku ini emang bodo deh. Ketika banyak temen di sekolab ngejek aku bodo, ternyata emang beneran iya aku gitu karena bisa nanya soal itu. Pas aku beneran ngomong "Aku ini emang bodo", Papah nyuruh aku istighfar karena ucapan bisa jadi doa, khawatir jadi beneran lebih buruk lagi. Tapi kalo udah ada peristiwa modelan gitu sih rasanya susah biar nggak mikir gitu ke diri sendiri.

Seiring berjalannya waktu, dengan terapi ke psikolog dan berdiskusi dengan banyak orang baik sama temen real life atau curhat sama orang di medsos, semakin mantaplah aku mengenali diri ini. Hal yang dikira kebodohan, ternyata hanya sebuah cara pandang yang berbeda saja. Kurang dari setahun yang lalu, telah kuketahui bahwa otakku ini neurodivergent, yang artinya berpikir secara berbeda dari kebiasaan umum. Sejak pertengahan bulan Januari lalu, dapet lagi nih istilah baru dari seorang kerabatku buat kondisi aku : cognitive dissonance!

"Cognitive dissonance is the discomfort a person feels when their behavior does not align with their values or beliefs. It can also occur when a person holds two contradictory beliefs at the same time. Cognitive dissonance is not a disease or illness. It is a psychological phenomenon that can happen to anyone." 

Artinya : "disonansi kognitif adalah ketidaknyamanan yang dirasakan oleh seseorang ketika sikap mereka tidak sesuai dengan nilai-nilai atau kepercayaan mereka. Itu dapat pula terjadi ketika seseorang memegang dua kepercayaan yang bertolak belakang dalam waktu yang bersamaan. Disonansi kognitif bukan sebuah penyakit atau kelainan. Itu adalah fenomena psikologis yang dapat terjadi pada siapa saja."

Ya, Papah almarhum pernah mengatakan hal yang masih satu makna dengan pengertian dari istilah di atas. "Teteh itu punya sudut pandang yang berbeda, tetapi itu bukan sebuah penyakit mental, hanya sebuah perbedaan saja," papar beliau. 


Arti dari infografis di atas adalah "Tanda-tanda dari Disonansi Kognitif", banyak dari tanda di atas yang udah kaalaman (dialami oleh sendiri) pasca Insiden Kelinci. Juga untuk Insiden Iblis for the lesser extent. Apa saja tuh yang kualami? Kita artikan satu persatu dulu deh!

- menghabiskan waktu yang berlebihan untuk membuat sikapku menjadi dianggap masuk akal kepada diri sendiri atau orang lain. (Waktu lebih dari SEPULUH TAHUN jelas bukan waktu yang bentar buat masih terus kepikiran insiden itu. Bukannya aku dendam, sama sekali bukan. Meskipun udah banyak banget attempts aku buat ngelupainnya, tetep aja terus bercokol di kepala nggak mau ilang.)

- merasa malu yang intens atau merasa malu akibat sesuatu yang dikatakan atau dilakukan, dan memiliki dorongan untuk menyembunyikan atau menghindari orang lain untuk mengetahui hal tersebut. (Tanda ini yang paling kerasa sama aku pas awal-awal pasca Insiden Kelinci itu terjadi, aku terlalu malu untuk curhat. Bahkan ke Mamah aja baru aku spill pas udah lewat setahun dari kejadiannya!)

- merasakan sedih akan sebuah keputusan pada saat sebelum atau sesudah membuat keputusan itu. (Ya, hingga detik ini masih aja sedih karena aku keceplosan nanyeak ke almarhum Papah mengenai perbedaan orang menyikapi situasi manusia dan hewan yang meninggal. Harusnya kalo gak tau jawabannya pada saat itu, aku biarin aja buat ketemu jawabannya sendiri suatu saat nanti.)

- menyerahkan diri karena tekanan dari orang-orang sekitar atau bertindak yang bertentangan dengan 

- mengalami rasa bersalah yang intens atau menyesali perbuatan secara mendalam. (Nyeselnya itu nggak ilang-ilang, bahkan banyakan nyesel daripada nyeseknya. Makanya waktu itu buruan ke psikolog karena waktu ternyata nggak menghapus peristiwa itu, the real "nggak lekang oleh waktu".)

- merasa tidak berdaya dan putus asa, karena tidak tahu bagaimana menyampaikan apapun yang terasa "tidak tepat". (Sebelum ke psikolog, aku udah nggak tau mau gimana lagi buat ngehibur diri dan ngelupain peristiwa itu, makanya dulu pas umur 11-14 tahun pernah fanatik sama Danny Phantom itu biar bisa lupa soal Insiden Kelinci itu, hasilnya ... ternyata nggak berhasil.)

Pada umumnya, orang beranggapan bahwa hewan itu hina, derajatnya di bawah manusia. Anggapan tersebut juga berkaitan dengan kepercayaan dalam banyak agama. Makanya binatang itu jangan dianggap setara dengan manusia menurut anggapan yang umum itu. Dalam pemahamanku, nyaris tidak pernah hewan itu dianggap makhluk rendahan.

Insiden Kelinci itu timbul karena rasa tidak nyaman melihat reaksi semua orang di sekitar yang kontras denganku akan kelinci yang mati, kemudian mempertanyakan hal itu. Rasa sedihku untuk hewan peliharaan dahulu itu sama besarnya dengan anggota keluarga yang sesungguhnya. Nah, itu bisa jadi contoh kasus dari cognitive dissonance tadi. Karena, pemikiran aku soal hewan itu beda dengan kebanyakan orang, bahkan bisa jadi melenceng dari ajaran ahama! 

Jelas tidak mungkin setara plek ketiplek antara manusia dengan hewan, pastinya manusia masih jelas jauh lebih berharga. Akan tetapi, hewan peliharaan pada satu titik pernah menjadi tempatku mencurahkan perhatian dan kasih sayang, sama persis dengan anggota keluarga sendiri. Mudah bagiku untuk menerima gagasan bahwa manusia lebih berharga daripada hewan, tetapi sulit bagiku untuk menerima gagasan bahwa hewan adalah makhluk hidup yang rendah sehingga tidak boleh ada penyamaan sama sekali dengan manusia. Padahal, sudah sekian lamanya kupegang prinsip bahwa akal membuat manusia lebih tinggi daripada hewan, hanya saja rasanya tetap sulit untuk bersikap datar-datar saja untuk kematian hewan layaknya kepada orang .

Bukan hanya Insiden Kelinci aja lho yang kayaknya disebabkan oleh cognitive dissonance ini. Perihal aku merasa terkekang oleh hijab juga disinyalir dari penyebab yang sama. Udah selalu ditanamkan dalam otak ini bahwa "hijab itu wajib, kalo gak dipake bakalan ke neraka", tapinya koq nggak pernah bikin tenang jika kewajiban itu sudah dijalankan. Padahal kan normalnya itu tenang karena benar, gelisah karena salah.




Wednesday, February 1, 2023

"Biar Tuhan Yang Balas", Apakah Benar Akan Begitu?

Catatan 2 Februari 2023

Sebenarnya udah lama ini ganjel di pikiran aku, tapinya harus aku tahan dulu karena bulan lalu ini lagi nyiapin buat sidang preview tugas akhir aku. Alhamdulillah, Senin kemarin lalu udah terlewati sidangnya dan lancar, jadinya sekarang udah agak nyantai. Buat aku, sungguh hal yang sulit, di saat harus fokus buat tugas akhir sambil nyesek sama pembalasan yang entah ada atau tidak untuk pelaku bullying selama masih sekolah dulu. Katanya sih jika kita dizolimi orang, biar Tuhan yang balas.

Ini adalah pernyataan yang unconventional (nggak umum, nggak biasa) tentang balasan dari Tuhan. Jadi, jika si pem-bully sekarang hidup bahagia aman tentram damai sentosa, sementara korbannya ada yang hampir putus asa, apakah kayak gini balasan dari Tuhan? Bagaimana bisa dia lebih berhak untuk hidup lebih bagja waluya daripada korban-korbannya? Dahlah, kalo kayak gini cara mainnya sih ya mau gak mau harus ngusahain buat balas dendam!

Kalo aku nulis ini di medsos, yang bisa semua orang baca, bahaya bingits! Pasalnya, udah trust issue nih sama pernyataan "Biar Tuhan yang balas" tadi! Biasalah orang Indo, gampang panasan sama orang yang kurang iman dikit aja. Akupun nggak akan denial sama sesuatu sampai hal itu terpatahkan oleh pengalaman sendiri, contohnya ya nasib sekarang buat pelaku bullying yang aku udah sebut di paragraf pertama. Pelaku perundungan ini bukannya satu orang sih, tapi tetap satu orang doang yang paling impactful, yaitu Nadia Regyna Nusivera!

Beneran, Nadia ini nggak ada yang ngalahin jahatnya dari semua temen mulai dari TK hingga SMA! Pernah deh dia nusuk lengan aku pake pulpen, katanya itu "main suntik-suntikan". Biasanya sih "kejahatannya" itu berupa maksa aku masuk kamar mandi sekolah. Dia di situ nyiksa aku buat alasan yang gak jelas kayak karena aku males masuk sekolah di hari Sabtu yang cuma ekskul doang (waktu itu nggak ada ekskul yang demen) atau gegara terlambat datang ke sekolah pake banget. Hih, guru aja nggak ada yang segitu galaknya!

Kalo di-rank dari kejahatan temen-temen selama sekolah, Nadia ini masih menduduki posisi legend. Bukan pro lagi. Kalo yang nge-bully cuma berupa ejekan-ejekan aja itu, kata aku cuma masuk level noob atau paling banter ya kerad! Anak laki-laki aja nggak ada yang nyamain jahatnya dia.

Kenapa sampai menempati tingkat dewa? Itu baru sebagian kecil bingits dari seluruh kejahatannya! Kayaknya postingan ini nggak akan cukup buat nyeritain dari A sampai Z tindakannya dia. Bahkan bisa aja udah aku spoiler dikit pas bahasan lain.

Sohib aku sejak jaman SD, Diva, juga ternyata ikut jadi korbannya Nadia ini. Dia sekelas sama N ini waktu kelas II dan III, sedangkan aku waktu kelas IV. Karena kelakuannya, guru cegah aku sekelas lagi sama Nadia buat dua tahun terakhir kami di SD. Diva sampai nulis dua part untuk curhat soal penderitaannya jadi korban bully, bahkan pelakunya bukan hanya temen doangan tapi juga shadow teacher!



Menurut dua bagian dari post punya Diva di blognya, dia pernah punya niat buat ngakhirin hidup dari waktu kelas II SD sampai lulus sekolah. Karena waktu kelas II, III, IV kelasnya di lantai 2 suka liat ke arah jendela. Mikirin gimana caranya untuk loncat dari atap gazebo sampai ke paving block. Kadang sambil lihat dari koridor, pengen tau tinggi koridor sama atap gazebo tuh berapa meter.

Apa gampang buat aku jangkau atau nggak, begitu pikir Diva tiap kali ngeliat atap gazebo sekolah. Ternyata ama cleaning service di sekolah kami aja begitu ngambil pel atau sapu bisa nyampe gitu.

Lantai dua itu lokasi kelas II sampai IV itu. Waktu itu aku kelas III A, dia III B, nah kelasnya Diva ini di sudut gedung sekolah yang bentuknya kayak huruf L, jadi atap gazebo ini selalu keliatan tiap kali buka pintu kelas. Nadia ini pas kelas tiga sekelas sama Diva tapi belum sekelas sama aku, nah sebelum sekelas juga Nadia udah suka nindas aku.

Beneran, hingga Diva udah kuliah, masih suka kepikiran sama tindakannya Nadia itu. Ternyata dia senasib sama aku yang masih trauma sama kelakuannya si N itu! Nenek aku sampai kaget, "Jahat sekali!" katanya. Beliau bahkan baru denger ada bocil sejahat itu, karena di jaman beliau sekolah nggak ada temen yang segitunya.

Nah, terus apa hubungannya dengan trust issue sama statement bahwa "Semua kejahatan pasti ada balasannya" itu? Di saat aku masih juga trauma dan sahabatku itu depresi sampai lebih dari sepuluh tahun pengen suicide, eh si pelaku kini malah menempuh hidup yang happily ever after! Nadia ini malah ketemu "Prince Charming" (setidaknya versinya sendiri, meskipun mungkin orang lain malah eneg kalo liat cowok itu), alias jodohnya! Kami berdua sengsara, eh dia malah enak-enak hidup bahagia dengan orang yang sudah saling mencintai dan memiliki hatinya. 

"Pembalasan itu harus direncanakan,  tetep. Kalo nggak ya euweuh (Bahasa Sunda, artinya 'nggak ada')," kata seorang kerabatku pada suatu hari di bulan Januari tahun ini, 2023. 

Tuh, kan, trust issue aku tuh makin gede sama ajaran yang bilang kita nggak usah balas dendam, biar kita serahkan ke Yang Maha Adil aja.

Menurutnya lagi, kami nggak ada dana dan tenaga buat bales dendam ke Nadia. Kalo kayak di Drakor "The Glory" sih ya aku tau kapasitas diri, nggak mungkin kekejar! Ah, gak perlu rencana yang ribet rumit gimana buat bales dia. Ngetik postingan blog yang ngupas habis setajam penyerut tentang perlakuan dia ke kami berdua (mungkin korbannya bisa jadi lebih banyak), itu bisa jadi sangat powerful buat bikin dia keok.

Kasian suaminya, dapet perempuan yang dulunya jahat banget pas masih bocah. Kasian juga anaknya, emaknya itu udah bikin orang lain hampir bunuh diri. Heh emangnya bangga gaet cewek yang udah keliatan bibit sikopet dari usia belum juga ada 10 tahun!? Anaknya nanti pasti malu punya mamah yang bikin track record yang bukan jelek lagi tapi ambyar, dan ini bukan berkat jejak digital.


Sunday, January 22, 2023

Jangan Kasih Kendor Nulis (Biar Segera Punya Buku Sampul Custom)!

Catatan 11 Januari 2023

Kemarin sehari aja gak nulis, hari ini udah nge-blank lagi ini kepala! Walaupun udah hampir gak ada lagi kegelisahan di hati, kebiasaan nulis ini jangan dikasih kendor. Sepupu aku Mayang udah pernah ke psikolog sebelum aku, katanya dia pernah dikasih tugas nulis catatan harian selama tiga tahun jangan putus. Itu aku dengernya waktu tahun 2018, jika sejak tahun tersebut aku konsisten nulis tanpa putus, mungkin di tahun 2021 udah punya banyak diary!

Makanya, buku catatan hadiah dari buku antologi ini harus cepat habis! Hari ini kepikiran, gimana kalo buku catatan custom dengan sampul pake foto aku itu bikinnya nggak cuma sekali? Alias, ada beberapa buku dengan sampul yang di mana foto aku itu terpampang! Biar cepet ganti buku, berarti buku catatan yang masih dipake buat nulis itu harus habis, dong!

Makanya, jangan bosen-bosen nulis di sini! Semakin sering buka blog ini, semakin banyak yang pengen ditulis di sini. Jika sudah banyak ide, niscaya akan tiada hentinya keinginan untuk mengisi buku catatan yang ada! Tapiii, foto yang mau dipake untuk sampulnya juga belum ada, karena aku belum sempet aja mau ke studio foto untuk photoshoot.






Kalau mau pesan buku custom sampul custom, bisa ke link ini.























Kesenangan Tersendiri dengan Foto Sendiri yang Terpampang di Sampul Buku

Catatan 14 Januari 2023

Nggak kerasa, buku catatan hadiah dari salah satu buku antologi quotes yang biasa aku pake buat nyatet curhat, udah mau habis lagi aja. Wajar sih, mengingat bukunya itu tipis. Sok-sokan pengen beli buku baru, padahal banyak buku catatan yang masih kosong! Hehehe, kan udah dari lama pengen buku catatan custom pake foto sendiri pas lagi cosplay, tapi fotonya belum ada.

Sebenarnya sifat kabitaan nggak begitu bagus, ya. To be honest, aku emang kabita atau tergiur dengan temen SMA aku yang punya buku catatan pake sampul custom foto dia. Tapi kalo barangnya aku gak suka ya gak akan kepengen aku juga, aku juga kan emang seneng nulis meski itu cuma “ngacapruk” atau nulis gak jelas. Selain karena hobi aku nulis, aku pengen foto aku pas cosplay nanti nggak hanya berakhir di TL media sosial.

Kalau dipikir-pikir, ini adalah salah satu dari few times (kira-kira apa ya Indonesianya? Ini lebih jarang dari “beberapa kali”) aku bersikap narsis, bahkan selfie aja jarang banget. Padahal menurut kuis “Girl’s Test” dari Majalah Girls edisi 15, aku ini masuknya “mencintai diri sendiri tetapi tidak berlebihan”. Bahkan, kayaknya sich udah nyerempet ke arah sebal kepada diri sendiri. Pengen deh setidaknya satu barang dipakein foto sendiri (dulu pas kecil pernah sih punya kaos yang pake foto sendiri pas ke Dufan, tapinya kan feel-nya udah beda antara pas kecil dan jaman sekarang).

Makanya, biar nggak sebal kepada diri sendiri terus, harus membiarkan sekali-kali sifat narsis aku keluar.

Iblis Menurut Kacamata Agama vs Kacamata Budaya Populer

Catatan 14 Januari 2023

Meskipun catatan ini baru diposkan pada tanggal 22 Januari 2023, ini adalah salinan dari catatan di buku pada tanggal 14 Januari 2023.

Selain Insiden Kelinci, dalam hidupku pernah juga mengalami “Insiden Iblis”. Hanya saja, insiden yang kedua disebut ini (walaupun secara timeline kejadiannya lebih duluan daripada Insiden Kelinci) memang kalah impactful (pengaruhnya kurang) daripada yang pertama disebut. Namun, bukan berarti insiden itu kurang memorable, karena aku selalu kepikiran lagi Insiden Iblis ini setiap kali ada niat pengen ulas manga “Crimson Prince” karya Souta Kuwahara, terbitan Elex Media Komputindo. Pasalnya, ini adalah salah satu dari sekurang-kurangnya dua manga yang aku tahu tentang iblis yang digambarkan sebagai makhluk gagah dan tampan, juga mereka ini tidak selalu jahat dalam cerita mereka.

Tenang saja, Insiden Iblis ini bukan melibatkan iblis yang sungguhan, sama sekali tidak, lho, ya! Insiden ini kejadiannya pas kelas 5, kurang dari sehari sebelum Insiden Kelinci. Pantas saja Insiden Kelinci ini terasa begitu membekas, karena didahului oleh banyak peristiwa yang damage-nya lumayan gede, salah satunya Insiden Iblis ini. Sejak usia belum baligh, ternyata aku ini banyak melontarkan kalimat yang kontroversial, ya?

Insiden Iblis ini terjadi tepat satu hari sebelum Insiden Kelinci (walaupun kurang dari 24 jam). Kejadiannya pada hari terakhir bulan Sya’ban 1429 yang jatuh pada tanggal 31 Agustus 2008 (sejujurnya aku malas ngapalin kalender Hijriyah, tapi otomatis aku apal karena hari itu tepat sebelum hari pertama bulan puasa pada tahun tersebut). Pada tahun 2008 memang sangat mudah untuk ngapalin kalender Hijriyah, karena nyaris bertepatan dengan kalender Masehi. Insiden Iblis ini kira-kira terjadi pada siang atau sore hari, sedangkan Insiden Kelinci terjadi pada saat keluargaku makan sahur hari pertama Ramadhan.

Oke, langsung saja ke inti cerita dari Insiden Iblis ini! Berawal dari suatu judul manga dalam Majalah Manga Cherry edisi 01 tahun 2005, terbitan M&C! Comics, yang mengisahkan tentang seorang gadis dengan pacar atau crush yang merupakan seorang iblis. Sayangnya aku lupa judul manganya, tapi masih ingat betul plotnya. Mereka ini udah sahabatan sejak kecil, si cowoknya itu bilang dia nanti bakalan kelak jadi kuma yang dalam bahasa Jepang artinya “beruang”, si ceweknya ini padalah salah denger, padahal cowok itu bilangnya akuma, yang artinya itu “iblis”.

Dalam kisah tersebut, cowok tadi itu bukanlah makhluk yang jahat apalagi menakutkan, ganteng en gagah banget malahan. Oleh karena itu, pada hari Insiden Iblis itu terjadi, aku menyebut tokoh favoritku Danny Phantom itu adalah sebagai iblis. Berhubung Danny Phantom ini spesiesnya manusia yang bisa bol-bal berubah jadi hantu, teman-teman jaman SD nyebut karakter itu adalah “setan”. Makanya aku sebut dia iblis, karena iblis ini lebih kuat daripada sekedar setan.

Aku lebih merujuk kepada toko iblis yang ganteng dan gagah tapi belum tentu jahat di manga tadi, ketimbang iblis yang digambarkan secara tradisional yang jahat dan menakutkan. Sayangnya, ketika almarhum Papah mendengarnya, bagi beliau tidak ada penggambaran iblis selain yang secara konvensional. Hanya ada iblis yang membangkang, tidak mau bersujud kepada Nabi Adam as. Tidak ada yang lainnya!

“Istighfar sebelas kali, iblis itu musuh manusia nomor satu!” seru Papah.

Kalau iblis yang itu sih aku juga setuju jika dia harus dimusuhi. Akan tetapi, iblis yang satu ini beda. Meski telah kujelaskan bahwa iblis yang kumaksud adalah Danny Phantom, bukan makhluk yang aslinya, beliau memang tidak oke dengan pernyataan tersebut. Wajar saja jika mahkluk gaib tersebut dipandang buruk, karena yang digunakan adalah kacamata agama.

Akan lain ceritanya jika iblis dipandang menggunakan kacamata pop culture. Seperti dalam anime atau kartun, iblis ini boleh jadi personality-nya malah bertolak belakang dengan penggambaran pada umumnya, dalam kisah tertentu malah sifatnya itu lebih baik daripada malaikat! Oh ya, dua manga yang menceritakan iblis sebagai makhluk yang belum tentu jahat adalah Crimson Prince dan yang kuma/akuma tadi. Lalu ada tokoh King yang merupakan iblis nan imut dan gemoy dari serial animasi Disney kekinian, The Owl House.

King, makhluk yang aslinya raja iblis tapi sudah dilemahkan/dijinakkan karena dia kehilangan mahkotanya, dari serial animasi "The Owl House". Malah lebih mirip anjing atau anak serigala, kan?
Sumber gambar : https://theowlhouse.fandom.com/id/wiki/King


Maou Sadao, mantan raja iblis dari anime "Hataraku Maou-sama". Sama sekali nggak kayak iblis biasa, kan? Sumber gambar : https://cdn.idntimes.com/content-images/duniaku/post/20191030/maou-sadao-ebf6484e55e63431f1869d5006f01491.png


Ya, lagi-lagi soal perbedaan sudut pandang yang menjadi akar dari masalah dalam Insiden Iblis ini. Hampir sama kayak Insiden Kelinci. Apalagi timeline terjadinya kedua insiden itu juga mepet, terlalu berdekatan karena nggak nyampe sehari. Hanya dipisahkan dengan hitungan jam. Apabila periodenya hampir bersamaan, bisa jadi faktor penyebabnya juga tidak jauh berbeda karena otakku ini masih menggunakan mindset atau pola pikir yang sama.

Ada satu pertanyaan dalam membandingkan dua insiden yang menuai kontroversi dalam masa pra-remajaku ini: mengapa Papah tidak menyuruhku istighfar pada Insiden Kelinci, tidak seperti pada Insiden Iblis?

Pada Insiden Iblis ini wajar, sangat wajar apabila beliau menyuruh istighfar sebelas kali, karena aku memang sering berkata hal-hal yang (kata banyak orang) kurang masuk akal sehat. Tetapi, yang aneh itu kenapa pada insiden yang terjadi selanjutnya itu tidak ada perintah seperti itu dari beliau?

Insiden Iblis –> suruh istighfar 11x

Insiden Kelinci –> tidak disuruh istighfar sama sekali?

“You have a hard childhood,” kata Fariz, adikku yang bungsu, ketika aku menceritakan Insiden Kelinci.

Buat yang belum tau, quote dari adik bungsuku di atas itu artinya adalah, "Kamu (di sini konteksnya itu tentang aku) punya sebuah masa kecil yang sulit".

Friday, January 20, 2023

Fashion Blog yang Baru

Catatan 20 Januari 2023

Mulai tahun 2023 ini, aku udah bikin fashion blog punya diriku sendiri. Supaya nggak saingan dengan banyaknya fashion blog yang udah ada, topiknya harus lebih mengerucut lagi alias punya pembahasan tentang hal yang lebih khusus.

Jika kebanyakan blog semacam itu adalah untuk outfits sehari-hari, blog aku ini khusus untuk tentang cosplaying. Kontennya adalah rekomendasi pakaian untuk cosplay, cerita latarbelakang dari tokoh yang dipilih untuk cosplay, foto-foto aku nanti ketika sedang cosplay, dan banyak lagi! Tokoh yang aku pilih untuk di-cosplay-kan juga bukan tokoh anime yang seksi lebay bar-bar. Rencananya, semua cosplay yang aku lakukan harus low budget (pakaian yang diperlukan dapat dibeli dengan harga yang murah), kostumnya masih realistis jadinya masih bisa nyamar jadi pakaian kasual (biasanya tokoh anime kan kostum yang dipakainya itu terlalu nyentrik), dan item pakaian yang diperlukan mudah didapat di pasaran (karena tokoh anime itu ya tadi, kostumnya biasanya suka nyentrik jadinya cuma bisa didapat dari toko khusus kostum untuk cosplaying), karena tokoh-tokoh yang bakalan aku pilih ini pakaiannya masih mirip pakaian biasa.

Argh, gara-gara Eyang Putri nyuruh ngambil kecap asin di atas meja, jadi aja nge-blank pas nulis kalimat-kalimat terakhir paragraf yang di atas! Akhirnya aja aku tulis sekenanya! Maaf ya kalo agak-agak ngaco kalimatnya. Masih untung bisa lanjut nulis, jadinya nggak gantung.

Aaah, asiiiiiin!


Catatan ini juga lanjutan dari artikel/catatan ini, karena artikel tersebut masih bersambung.

6. "Cewek Mencintai Diri Sendiri" - Majalah Girls Edisi 15 Tahun 2008
Dia ini sebenarnya cewek "tanpa nama" kayak si ubur-ubur biru. Bahkan dia sama sekali bukan pelaku cerita dari media manapun! Si tanpa nama ini cuma gambar pemanis dari rubrik "Girl's Test" pada Majalah Girls terbitan Kompas Gramedia edisi 15 tahun 2008, bersama dua karakter cewek lainnya yang juga tidak diberi nama. Rubrik "Girl's Test" edisi kali ini tentang "Apakah Kamu Cewek Narsis?", jadi ada tiga karakter cewek sebagai ilustrasi dari rubrik ini :

Satu, karakter cewek narsis. Dua, karakter cewek yang mencintai diri sendiri tetapi masih batas wajar. Tiga dan terakhir, karakter cewek yang sebal dengan dirinya sendiri. Menurutku, karakter cewek yang mencintai diri sendiri ini punya outfit yang paling unik dan juga paling simpel.

Mereka bertiga nggak akan pernah tampil lagi di media manapun, kecuali aku gambar ulang mereka.

7. "Cewek Keren" - Majalah Girls Edisi 20 Tahun 2008
Ya, dia ini sama kasusnya kayak "cewek mencintai diri sendiri" tadi, nggak punya nama! Ilustratornya juga masih sama dengan karakter yang tadi. Karakter yang ini juga merupakan bagian dari ilustrasi untuk rubrik "Girl's Test" dari Majalah Girls edisi 20 tahun 2008, nggak jauh dari terbitnya edisi 15 tadi. Rubrik untuk edisi yang kali ini adalah "Seberapa Kerennya Kamu?".

Di sini tiga karakter cewek masing-masing mewakili cewek cupu, cewek keren, dan cewek biasa-biasa saja. Aku ingin cosplaying si cewek keren ini. Bukan karena predikatnya, tetapi masih soal outfit-nya yang dipakai. Dia ini nggak banyak warna yang dipakai, jadi tidak terlalu sulit untuk mencari warna item pakaian yang dibutuhkan.

Wednesday, January 18, 2023

Menjalani Hidup Fangirling dalam Berbagai Tipe Fangirl

Catatan 19 Januari 2023


Aku emang seorang fangirl, tetapi aku pernah menjadi tipe fangirl yang berbeda-beda selama hidup aku. Sebenarnya tipe ini tergantung dengan tokoh siapa dulu yang aku fangirling.

❤️‍🔥 Denial Fangirl

Artinya, seorang fangirl yang terus mengingkari atau menyangkal (denial) bahwa dia nge-fan terhadap artis atau tokoh fiksi. Secara IRL kelihatannya aja kayak yang B aja atau bahkan pura-pura benci, padahal sih cinta mati! Dalam kasus aku, aku selalu jadi seorang fan untuk tokoh fiksi karena aku entah kenapa nggak pernah bisa demen banget sama artis. Apabila aku tertarik dengan seleb yang real, kemungkinannya 99,9% itu cuma ikut-ikutan seseorang yang nggak mesti dia itu my love interest tapi orangnya cukup signifikan dalam hidupku. 

Waktu jaman SMP, sebenarnya udah ada benih-benih asmara dengan Dr. Heinz Doofenshmirtz, tapi aku selalu mengatainya sebagai tokoh kartun yang jelek, gak good-looking. Padahal sejak 2011 aja udah nyimpen beberapa gambarnya di komputer LCD sebelum jamannya smartphone. Tadinya aku emang hampir jadikan dia penggantinya Danny Phantom, akan tetapi mendadak jadi hater buat Heinz sejak insiden celana boxer corak Perry The Platypus itu. Bertahun-tahun lamanya ngerasa KZL dan ZBL dengan profesor jahat dari Phineas and Ferb itu, hingga diriku sendiri resmi sebagai fan pada September 2019.

Adegan ini nih yang dulunya bikin aku benci sama Heinz Doofenshmirtz!

Lama-kelamaan aku capek nyembunyiin fakta bahwa sebenarnya rasa tertarik kepada Doofenshmirtz itu memang ada. Mukanya itu nggak jelek-jelek amat, malahan nggak kayak wajah tokoh penjahat, yang selama ini bikin kesal itu adalah karena dia sering buka aurat. Jadinya mending ngaku aja kalo aku emang suka sama Doof. Itu adalah ketika aku kuliah semester 7 (tujuh), setelah hampir sepuluh tahun lamanya membenci tokoh itu karena kelakuannya, bukan sebab bentuk rupanya. 

Walaupun aku udah anggap Heinz alias Doof ini sebagai idolaku (tidak mengurangi rasa hormatku kepada junjungan nabi terakhir ya), tapi aku masih meragukan diriku punya rasa kepada Doof. Pasalnya, aku jarang banget minat buat bikin gambar fan art atau nulis fan fiction tentang Heinz Doofenshmirtz. 

❤️‍🔥 Collector Fangirl

Buat aku di tahun 2019 ke bawah, lebih tepat jika aku disebut "Collector Fangirl Wannabe", yang artinya "ingin menjadi fangirl yang merupakan seorang collector". Collector di sini artinya lebih sebagai pengoleksi, bukan semacam kolektor barang langka, merchandise apapun ya akan tetap dikoleksi. Sebelum menjadi fangirl untuk Heinz Doofenshmirtz (yang dulunya aku benci banget2), aku belum pernah mengoleksi buku, merch, novel, dan sebagainya dari tokoh kartun yang aku sukai. Karena, kebanyakan tokoh kartun idolaku itu obscure, kurang populer sehingga jarang ada merchandise-nya.

Dulu, saat aku menyukai Danny Phantom pada periode 2008-2012, aku ingin beli bonekanya dan segala merch lainnya. Sayangnya, jarang yang suka tokoh itu, padahal di negara asalnya (USA) itu kartun cukup populer. Di Indonesia cuma pernah terbit beberapa judul majalah anak-anak yang mengulas tentang serial kartun itu. Makanya di sini hampir nggak ada yang jual merchandise yang official.

Pada Agustus 2019, dari T***pedia aku beli ganci Danny Phantom tapinya fanmade, bukan asli dari Nickelodeon. Baru punya merchandise dari tokoh kartun manusia setengah hantu itu pas udah kuliah, padahal nge-fan itu pas SD kelas IV semester genap (2008) hingga SMP kelas IX semester ganjil (2012). Itu gantungan kunci bikinan sesama fangirl Danny Phantom dari Indonesia. Sebenarnya banyak juga mungkin fans lokal kartun itu, sayangnya kurang populer. 

Setelah empat tahun lebih masa "kejayaan" Danny Phantom (di hatiku) berakhir, aku mulai tertarik dengan Mr. Hyunh dari Hey Arnold pada Agustus 2015. Saat itu aku masih kelas XII SMA semester ganjil. Tiga tahun setelah jadi fangirl Mr. Hyunh, ketika aku udah masuk semester lima kuliah pada tahun 2018, aku beli novel Hey Arnold The Movie dari toko daring yang sama dengan ganci tadi. Karena Mr. Hyunh ini bukan tokoh utama dan hanya tokoh yang sesekali muncul, wayahna (Bahasa Sunda, artinya kurleb "apa boleh buat") jika kepopulerannya bernasib sama seperti ketika Danny Phantom bertahta di hatiku. 

Tidak bisa berharap banyak untuk mengoleksi banyak barang yang berhubungan dengan sang imigran dari Vietnam itu! Kecuali, aku bikin sendiri merch dari Mr. Hyunh semisal mug, Tote bag, dan sebagainya. 

Ternyata aku memiliki tokoh kesukaan terpendam yang lebih populer lagi daripada Danny Phantom, yaitu Dr. Doofenshmirtz! Aku nggak bisa menutup mata bahwa Doofenshmirtz dari Phineas and Ferb ini emang acara kartunnya beken, meski nggak nyampe level SpongeBob SquarePants. Lupakan dulu bagaimana bentukan mukanya, barang-barang mengenai Doof ini banyak yang jual dan relatif mudah untuk didapat! Bahkan majalah Phineas and Ferb belinya bukan di toko online T***pedia, tapi di supermarket salah satu mall di Kota Bandung! 

Beli majalah itu tuh pas tahun 2015, nggak jauh dari waktu aku mulai suka Mr. Hyunh.

Satu tahun dari suka Doof, aku nambah lagi tokoh kesukaan dari anime jadul Yatterman. Bukannya jatuh cintrong sama Gan Takada alias Yatterman-1 si main character, tapi malah sama Boyacky dari Dorombo Gang! Kok kebanyakan tokoh kesukaan aku itu yang antagonisnya, ya? Aku suka Boyacky sejak September 2020 dan beli figurinnya pas kira-kira Maret 2021.

❤️‍🔥 Fangirl Musiman

Tipe fangirling seperti ini juga aku pernah. Kira-kira sekitar Juli-Agustus 2019, sebelum suka Dr. Doofenshmirtz, aku pernah nge-fan Tony The Talking Clock dari animasi web Don't Hug Me I'm Scared (DHMIS). Orang yang cari tau soal dia pastinya bakalan kaget, "Lah, kok cinta sama jam?" Sebenarnya ini berkat satu fan art di mana dia humanized, alias diubah jadi manusia yang good-looking!

Tony The Talking Clock ini cuma muncul secara proper di episode 2 animasi tersebut, kemunculan pada episode lainnya hanya cameo. Animasi yang konspnya nyerempet "versi dark dari Sesame Street" itu juga hanya sedikit episodenya, total enam! Pas September 2022 lalu, animasi itu udah dibikin serial tevenya tapi hanya tayang di Inggris. Kayaknya Tony ini nggak bakalan muncul lagi, deh, makanya cepet bosen aku sama si tokoh itu.

Sebenarnya ini adalah catatan yang ditulis pada tanggal 1 November 2019 di buku, akan tetapi baru diketik sekarang untuk jadi postingan di blog. Seiring berjalannya waktu, pengalaman aku banyak berubah dan versi di sini nggak persis sama dengan catatan aslinya di buku.




Mengenang Kembali Karakter Anime Berambut Hijau Mint: Martina Zoana Mel Navratilova

Catatan Rabu, 20 November 2024 Ada kalanya, sebuah kenangan masa kecil kembali muncul begitu saja, membawa kita ke waktu yang lebih sederhan...