Sunday, September 4, 2022

Wishes Will Be Come True

Catatan 5 September 2022

"Ketika doamu belum terjawab, yakinlah Tuhan sedang sediakan yg terbaik untukmu."


Kutipan kalimat di atas sudah beberapa kali terbukti dalam hidupku. Contohnya, saat aku ingin tas Minmie pas kelas IV dulu, terus baru tercapai sebagai hadiah aku milad beberapa bulan setelahnya. Lalu, pas lebaran 2020 lalu akhirnya bisa beli juga boneka Doofenshmirtz pake uang THR, setelah berbulan-bulan nabung. Jika diingat seberapa banyak wishes come true, sebenarnya nggak sedikit juga.

Banyak keinginan yang tertunda, terus terkabulkan di tanggal atau momen yang sangat unforgettable. Untuk keinginan lain yang belum tercapai atau terkabulkan, mungkin aja bakalan sama kayak gitu, akhirnya jadi kenyataan di situasi yang lebih menyenangkan. Kira-kira apa ya keinginan aku untuk saat ini? Oh iya, pengen buku The Book of Doof!





Pelajaran dari Peristiwa Mischa

Catatan 4 September 2022

"It’s not a loss, it’s a lesson."


Artinya : "Itu bukan sebuah kehilangan, itu adalah pelajaran."

Pas tadi malem pulang ke rumah habis dari kantor, kerasa banget bedanya ketidakhadiran Mischa. Minggu lalu, si kucing betina item masih ada. Dia hampir aja kegiles motor waktu itu, karena dia malah rebahan di atas paving block dalam kondisi mendekati sekarat, mana udah malem lagian. Hujan tadi malem jauh lebih parah daripada malming sebelumnya, terlalu kasian buat Mischa kalo dia masih hidup dalam penyakitnya dalam cuaca yang tidak ramah ini.

Semua peristiwa pastinya ada hikmahnya. Begitu juga dengan kehilangan, meski hanya seekor kucing peliharaan. Tentunya mengandung pelajaran dari peristiwa matinya Mischa kurang dari seminggu yang lalu. Lantas, apa pelajaran untuk kami terkait tragedi kucing baru-baru ini?

Kalo liat video atau foto kucing-kucing punya orang di Instagram, terutama yang piara lebih dari lima ekor, suka kabita aja gitu. Pengen juga pelihara anabul sebanyak itu. Buat keluarga aku, kayaknya malah bakalan kewalahan kalo piara banyak banget, apalagi pas Mischa mulai sakit. Jadi, pelajarannya adalah jangan "serakah", bahkan dalam peliharaan sekalipun.

Inilah formasi sepeninggal Mischa :

Joe

Lula

Meylin (ibunya Joe dan Lula)

Lio (satu litter dengan Mischa dan Milo (not pictured))





Friday, September 2, 2022

Waktunya Menggambar di Saat Baper!

Catatan 3 September 2022

Masih ingat kan dengan caraku ketika mengatasi terbawa suasana? Ya menggambar saja! Namun, sudahkah aku rutin menerapkan cara tersebut? Baru-baru ini, aku memang baper akan sebuah gambar yang kulihat di internet.


Fakta kok, aku ini "lebay" gegara ke-baper-an aku ini! Cuma karena gambar Doofenshmirtz lagi pelukan sama Vanessa, aku spontan dengerin musik-musik kesukaan pengusir galau (seriusan, kejadian begini udah seberapa seringnya, sih?)! Banyak yang kasih komen di gambar itu "heartwarming", "very sweet", "cute", apalah, apalah, APALAAHHH, padahal kata aku itu hubungan ayah-anak yang paling mencurigakan! Malah keliatannya koq kayak couple?


Yodah daripada teterusan baper gak jelas, aku remake aja gambar itu jadi gambar couple beneran!


Gambar ini dapat juga dilihat di sini.


Thursday, September 1, 2022

Aku yang Perasa

Catatan 2 September 2022

"Jangan malu kalau Anda orang yg sensitif atau perasa, itu adl tanda Anda memiliki hati yg besar dan tidak takut menunjukkannya kepada sesama"

Satu hal lainnya yang menyebabkan rasa sedihku akan matinya hewan sama seperti kepada manusia : aku adalah orang yang sensitif atau perasa. Memang, aku saat kecil jauh lebih perasa ketimbang saat-saat ini. Waktu masih berumur empat tahun saja, aku sering terharu dan menangis jika mendengar suara adzan. Begitu juga jika dulu kudengar lagu-lagu bernada sedih, hingga tidur terus menerus terngiang-ngiang, padahal dengarnya tadi siangnya. 

Akibat perasaanku yang sensitif tadi itu, kesedihanku ketika peliharaanku mati itu kadarnya jauh melebihi orang-orang lain ketika menghadapi situasi yang sama. Ketika mereka berpikir "Ah, cuma kucing", atau "Kelinci kan cuma binatang", bagiku tidak ada kata 'cuma' untuk hewan. Sayangnya, untuk situasi ini aku seringnya disangka tidak merasakan kehilangan anggota keluarga dan malah lebih memilih hewan peliharaan. Padahal, pertanyaanku dulu itu hanya ingin mengetahui mengapa mereka hanya sedih dengan kematian manusia dan tidak sepertiku yang juga sedih untuk hewan.

Buatku yang perasa, semua kematian itu terasa sama menyedihkan. Malahan, bukan hanya peristiwa kematian saja, tetapi juga hancurnya sebuah tempat yang pernah dikunjungi oleh aku dan keluargaku dulu. Pada awal tahun 2016, kami liburan ke Kampung Gajah Bandung. Tiga tahun lebih setelah kunjungan kami tadi, kubaca berita tentang bangkrutnya tempat wisata tersebut dan seketika hatiku hancur. 

Tidak kusangka, pengalaman tadi itu adalah kunjungan kami yang pertama dan terakhir kalinya ke Kampung Gajah. Segera kuhela napas dalam-dalam setelah melihat banyak foto dokumentasi tempat tersebut setelah kehancurannya. Pada saat kami datang saja, tempat itu sudah kelihatan suram, ditambah dengan cuaca yang sedang hujan. Cuaca yang sama persis juga terjadi, di kala kubaca berita tentang tempat itu tutup permanen. 

Bagi orang biasa, perasaanku itu mungkin lebay. Atau baper Maksimum. Separah-parah sensi aku ini, sekarang udah jauh lebih mendingan. Di umurku yang tidak lagi usia kanak-kanak ini, aku masih bisa-bisanya nangis gegara interaksinya Doof dengan Vanessa.

Mengatasi Trauma Akibat Peliharaan

Catatan 1 September 2022

Pada tanggal bulan baru ini, sangat besar peluangku untuk menulis banyak topik. Terutama hari ini adalah peringatan 14 tahun dari hari insiden kelinci. 

Tiga hari sebelum hari ini, terjadi kabar duka cita untuk anabul. Setelah keluargaku memelihara kucing sejak 2020 lalu, perasaan bersalah karena insiden kelinci itu terasa kembali intens. Dengan kami lebih memerhatikan dunia perkucingan, tentu saja jika mereka mati, rasanya akan berkali-kali lebih menyedihkan ketimbang saat aku belum terlalu mempedulikan kucing. Aku harus selalu mencegah agar rasa sedihku akibat kematian mereka itu tidak sampai malah membuatnya terasa sama besarnya seperti kematian manusia. 

Kucing-kucing lucu yang tersisa di rumah kami sudah menghibur kami lebih dari cukup

Kiri ke kanan : Lio, Joe, dan Meylin

Akan tetapi, jika saja aku tidak memberanikan diriku untuk kembali memelihara hewan darat setelah lebih dari sepuluh tahun lamanya, traumaku akibat kesalahanku pada insiden kelinci tidak akan pernah membaik. Lagipula aku tidak tahan dengan kelucuannya Kenéng-kenéng si kucing kuning yang lahir pada awal 2020 lalu. Adikku Fariz yang pertama menjinakkan kucing itu. Dengan aktivitas kami memelihara kucing, selama pandemi kami tidak terlalu bosan.

Mamahku menyebut kucing hitam bernama Spicy di atas ini "old soldier" atau "veteran", karena selain umurnya yang tertua di antara kucing-kucing yang biasa berkeliaran di rumahku, dia sudah lama juga mengenal rumahku, bahkan jauh sebelum Keneng-keneng lahir pada awal 2020 lalu

Mendadak Kayak Singa

Catatan 1 September 2022

Ternyata ketika Lio baru dipasangi corong supaya tidak memperparah luka di belakang telinganya, malah membuat setidaknya dua kucing lainnya merasa takut! Kejadian ini diceritakan oleh adikku yang terbesar Irsyad, karena ketika sedang terjadinya, aku sedang tidak ada di rumah, tempat terjadinya peristiwa itu. Kucing yang ketakutan melihat wajah baru Lio adalah Milo, saudara jantannya, dan Meylin, kucing lainnya yang lebih besar. Bulu mereka mencuat dan tubuh mereka menegang saat berpapasan dengan Lio. (untuk Meylin, bisa dilihat ekspresi ketakutannya di foto!)

Ada saja yang ketakutan oleh penampilan imut nan lucu ini!



Meylin yang terancam dan ketakutan oleh ornamennya Lio 

Ekspresi ketakutannya Meylin dilihat dari dekat

Milo yang sedang takut, segera mengenali kembali saudara orennya setelah mengendus aroma tubuhnya. Baunya dia sudah hapal. Adapun untuk Meylin, setelah berhenti takut, dia malah kembali tidak memedulikan Lio seperti biasanya. Kucing yang besar saja ketipu ya!


Lio, Matahari yang Terluka

Catatan 1 September 2022

Di saat-saat yang hampir bersamaan dengan memburuknya kesehatan Mischa, saudara jantannya yang berwarna oranye bernama Lio juga tidak dalam kondisi yang terlalu baik! Bagian belakang telinganya Lio terluka karena penyebab yang hampir sama dengan abses Mischa : garukan! Jadi, supaya satu-satunya kucing oyen yang tersisa di rumah kami itu tidak lagi menggaruk belakang telinganya yang menyulitkan kesembuhannya, Lio dipasang corong. Corong tersebut berwarna merah dan berbentuk bunga, tetapi ketika dipakai jadi mengingatkan akan matahari.

Lio dengan corong bersama Mischa beberapa hari sebelum kematiannya

Keduanya sedang terluka di tubuhnya

Lio sedang makan, karena mangkuknya ketutupan corong jadinya nggak kelihatan deh dia lagi ngapain

Luka di belakang kupingnya Lio

Mamahku adalah orang yang paling pertama teringat matahari jika melihat Lio dengan corong. Beliau bahkan menyanyi lagu anak-anak lawas yang dinyanyikan oleh Chicha Koeswoyo yang liriknya "Bersinar matahari, o... O... O ..." ketika bertemu dengannya. Lio adalah matahari yang terluka. Plus, dengan corong merahnya, dia juga terlihat semakin seperti singa, selain bulunya yang oranye.





Di atas adalah video lagu yang dinyanyikan Mamah, ternyata lagunya memang berjudul "Bersinar Matahari"


Mengenang Kembali Karakter Anime Berambut Hijau Mint: Martina Zoana Mel Navratilova

Catatan Rabu, 20 November 2024 Ada kalanya, sebuah kenangan masa kecil kembali muncul begitu saja, membawa kita ke waktu yang lebih sederhan...