Sudah pernah kubahas bahwa aku sama sekali tidak pernah bangga mengenakan hijab, pakaian yang menutupi seluruh tubuhku. Belakangan ini baru kutahu, ternyata bukan hanya aku saja yang tidak suka jika mengenakan pakaian seperti itu.
"Pakaianmu itu tidak bikin laki-laki bangga gaet kamu!" kata seorang kerabat pada suatu hari via chat WA.
Perkataan dari kerabatku di atas itu adalah jawaban dari pertanyaan tentang sebab kehidupan asmaraku yang selalu suram. Aku mempercayai itu, karena kehidupan cintaku begini-begini saja selama bertahun-tahun sebagai muslimah yang (dipaksa) taat. Belum juga pernah merasakan saling memiliki dengan seseorang. Ketika sekian banyak temanku memiliki kisah cinta yang bermacam-macam, kisahku sendiri malah nyaris tidak pernah jadi lebih baik selama bertahun-tahun lamanya.
Kerabat tersebut memang non-hijaber, jadinya wajar dan maklumlah jika ia memandang seperti itu kepada jenis pakaian begitu. Akan tetapi, semua temanku yang berhijab setidaknya pernah berpacaran satu kali saja. Bukannya kosong melompong seperti aku pengalaman asmaranya. Coba aku uji pernyataan itu dengan teman-temanku di kostan yang sesama hijaber, mereka ini sudah berpacaran lebih dari satu tahun.
"Iya bener, baju kamu itu nggak bikin lelaki mau gaet kamu!" kata temanku yang berpacaran selama dua tahun.
"Bener banget, emang kayak gitu kenyataannya!" Temanku yang lainnya yang sudah berpacaran selama empat tahun menyetujui pernyataan kerabatku itu.
See? Ternyata memang benar-benar tidak menyenangkan bagiku jika memakai hijab. Bukan hanya akunya aja yang gak seneng kalo berpakaian begitu, mereka para lawan jenis juga ikutan gak suka liatnya. Mau taat, tapinya koq jodoh jadi berat?
Padahal dua temanku tadi itu semuanya berhijab dan mereka berdua setuju bahwa pakaianku yang menutup aurat ini, tidak dapat membuat lelaki tertarik. Kondisi ini hanya khusus untukku sendiri, bukan untuk semua wanita muslimah. Buktinya, ketika teman-teman berpakaiannya tertutup, hubungan asmara mereka tetap langgeng. Malahan, banyak teman lainnya yang sudah menikah, padahal mereka semua sama tertutup rapat pakaiannya.
Lalu, bagaimana dengan pakaian yang biasa kukenakan? Ya, hijab biasa saja. Sama seperti yang dikenakan oleh teman-teman, baik di kantor maupun saat masih di sekolah dulu. Namun, sudah ada tiga orang yang mengatakan bahwa faktor pakaian juga berpengaruh terhadap sulitnya aku mendapat pasangan.
Mereka pakai gamis, ya aku juga pakai gamis. Mereka pakai rok, aku pun demikian. Mengapa nasibku bisa berbeda soal asmara, padahal pakaiannya sama? Oleh karena itu, harus kucoba usaha yang berbeda pula dari mereka untuk menggaet jodohku!
Memang ada banyak faktor untuk menarik lawan jenis, tetapi faktor pakaian juga tidak bisa dielakkan. Nasibku yang berbeda dengan para hijabers lainnya dalam soal pasangan, membuatku harus putar otak lebih keras. Ditambah dengan fenomena di media sosial dengan banjir komentar untuk para wanita yang mengunggah foto dirinya yang seksi, bikin aku makin nggak yakin sama profitnya aku pakai busana tertutup nan tidak seksoy. Lihat saja mereka, banyak cowok yang kasih likes, ingin berkenalan dengan mereka, bilang mereka cantik, minta nomor WhatsApp, dan sebagainya, sebagainya, di kolom komentar!
Dari perkenalan lewat medsos itu, akan tercipta interaksi. Hubungan dapat terjalin itu disebabkan oleh rasa nyaman, kalau tidak pernah berinteraksi ya bagaimana bisa tercipta kenyamanan? Sebelum kita saling nyaman dengan lawan jenis, ya mereka harus ditarik dulu oleh kita biar ada interaksinya. Kalo ternyata nggak nyaman dari interaksi dengan satu cowok, ya setidaknya sudah pernah mencoba.
Sebaliknya, para akhwat yang berjilbab biasanya hanya mendapatkan perhatian dari keluarga dan teman-teman satu circle saja di kolom komentar. Padahal tidak jarang dari mereka yang sudah sesuai dengan standar kecantikan umum. Namun, tetap saja para cowok nyaris tidak ada yang nongol di kolom komentar foto mereka seperti pada kasus yang pertama. Jika interaksinya lagi-lagi dengan keluarga atau besties, ya gimana mau buka interaksi dengan lawan jenis?
Kalau sudah begini, aku jadi semakin meragukan manfaat dari berpakaian sopan menutup aurat. Seumur hidupku, tidak pernah kurasakan secara langsung manfaat dari memakainya.